karena itu sebagai intervensi tehadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua di berikan beban dan tanggung jawab. Oleh karena
itu keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
26
Namun untuk masyarakat kita di Indonesia ada tiga bentuk corak pendidikan agama dalam keluarga beserta ciri-cirinya. Yakni pendidikan
agama masyarakat sederhana, berkembang dan modern. a
Pendidikan agama masyarakat sederhana Yang dimaksud masyarakat sederhana artinya lingkungan masyarakat
yang penghidupan dan hubungan sosialnya masih sederhana. Pengetahuan dan pemahaman keagamaannya masih terbatas. Ciri-ciri dan peran keluarga
pada masyarakat ini biasanya para Ibu dan Bapak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan serta memantau pendidikan untuk anak-anak
mereka. Dalam masyarakat yang demikian keterkaitan mereka dengan kaidah
agama umumnya cukup kuat. Bagi mereka hidup merupakan karunia yang maha kuasa. Rasa ketergantungan kepada kasih sayang dan keridhoan
Tuhan begitu kuat. Oleh karena itu kesempatan bagi mereka untuk mensyukuri nikmat dengan cara melakukan pendidikan, khususnya
pendidikan agama pada keluarga mereka.
27
b Pendidikan agama masyarakat berkembang
Dalam masyarakat ini kesibukan keluarga sudah mulai menguat sehingga kesempatan mereka dalam membina keluarga termasuk pendidikan
agama mulai mengurang. Hal itu disebabkan karena kesibukan mereka diluar makin banyak terutama dalam hal pekerjaan. Mereka berharap semua
tugas pendidikan termasuk pendidikan agama dapat di ambil alih oleh sekolah.
26
Jalaludin, Ilmu Jiwa Agama,…. h. 241
27
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Pembinaan Perkembangan Agama Islam, Pola Pembinaan PendidikanAgama Islam Terpadu, Jakarta : 1998 cet 1, h. 5
c Pendidikan agama masyarakat modern
Pada keluarga masyarakat modern ini, pengertian keluarga sudah menyempit, bahkan peran bapak dan ibupun terhadap putra dan putrinya
lebih bersifat kemitraan, bukan penentu. Ciri masyarakat modern ini bersifat praktis, pragmatis, mencari yang aman dan nyaman, mementingkan
kepentingan kini dan di sini serta yang akan datang tapi bukan akhirat. Pendidikan yang dapat diterima masyarakat ini adalah lembaga formal dan
profesional yang siap pakai. Kebutuhan mereka akan pendidikan agama sudah mulai berkurang.
Sekalipun dibutuhkan ketika pendidikan agama disini dapat menguntungkan bagi mereka, meski tidak keseluruhan seperti itu, namun menurut
masyarakat ini meraka beranggapan agama itu harus fungsioanal. Agama akan dihargai jika beguna untuk mencapai cita-cita mereka, menyembuhkan
penyakit dan sebagainya.
28
2 Lingkungan Institusional
Lingkungan institusioanal yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah, ataupun yang
nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisai. Sebagian pendidik kedua dari keluarga tentunya sekolah memiliki peran
yang sangat besar dalam pembinaan moral serta akhlak seorang anak terutama pada usia remaja. Dengan pemberian pendidikan agama
diharapkan pada siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya sehingga menimbulkan kesadaran
beragama dalam perilaku mereka sehari-hari, dengan kesadaran beragama ini, para siswa selalu menjadikan agama sebagai pedoman atau petunjuk
untuk meentukan mana yang baik dan mana yang buruk dalam sikap, preilaku dan perbuatannya. Dengan demikian mereka akan terdorong untuk
selalu berbuat yang baik menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama.
3 Lingkungan Masyarakat
28
Departemen Agama, Pola Pembinaan ….. h. 15
Lingkungan masyarakat
sangat besar
pengaruhnya terhadap
pembentukan keberagamaan seseorang, karena sebagian waktu banyak dihabiskan dalam masyarakat. Sehingga segala sesuatu yang ada dalam
masyarakat, baik yang langsung maupun yang tidak langsung mempengaruhi sikap atau prilaku keberagamaan seseorang.
C. Kerangka Berfikir
Minat adalah suatu modus yang mengarah pada rasa suka atau keinginan akan suatu objek atau pada suatu hal, dan keinginan untuk mencapai atau
mempelajari objek atau suatu hal yang dipelajarinya tersebut sesuai dengan kebutuhannya dan memuaskan keinginan jiwanya sehingga dapat
mempengaruhi apa yang ada didalam dirinya sendiri, pengetahuan atau keterampilannya, serta membawa kemajuan pada dirinya yang akan membuat
dia dapat mencapai apa yang menjadi tujuannya selama ini. Minat baca adalah kecenderungan hati dan jiwa terhadap suatu yang
dapat dibaca baik dalam bentuk buku-buku, majalah, surat kabar, artikel, dan sumber-sumber bacaan lainnya, yang dianggap penting dan berguna, sehingga
sesuatu itu diperlukan, diperhatikan dan diingat terus-menerus yang kemudian diikuti dengan perasaan senang. Minat membaca bukanlah tingkah laku
tetapi, mendorong timbulnya tingkah laku. Tingkah laku tersebut merupakan tanggapan mendekat approach response atau tanggapan menjauh avoidance
response. mager 1968. Minat didasarkan pada konsep-konsep evaluative terhadap sifat-sifat
objek atau kegiatan tertentu yang merangsang timbulnya tingkah laku. Minat adalah
karakteristik yang dipelajari, tidak diturunkan atau bawaan, namun
diperoleh melalui interaksi dengan objek-objek, orang atau kelompok orang dalam siuasi dan kejadian-kejadian tertentu oleh karena itu minat dalam
kelangsungan dapat diubah. Dalam penelitian sebelumnya banyak fakta yang menjelaskan bahwa
kecakapan membaca mempengaruhi perkembangan intelegensi. Hal ini
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu minat baca merupakan ketertarikan peserta didik dalam membaca sedangkan sikap
adalah dalam arti sempit merupakan pandangan atau kecenderungan mental. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang kurang membaca maka akan
timbul kecenderungan orang tersebut kurang pengetahuan dan dalam bersikap tidak seperti kebanyakan orang yang sering membaca buku-buku agama
Islam. Manusia adalah homo relegius manusia beragama, akan tetapi untuk
menjadikan manusia memiliki sikap keberagamaan, akan potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungan. Melihat
fenomena yang ada maka, di sini pentingnya menumbuhkan minat membaca buku-buku agama kepada siswa khususnya siswa SMK yang sedang mencari
jati diri dalam usianya yang sangat rentan terhadap pergaulan yang salah, karena dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan dan akan
menjadikan atau membentuk suatu sikap yang baik yaitu sikap yang mengakar dalam jiwa dan darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah
dan gampang tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan. Menurut Zakiyah Drajat bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan
pokok. Beliau mengemukakan, selain kebutuhan jasmani dan rohani manusiapun mempunyai kebutuhan akan adanya kebutuhan akan
keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan. Unsur-unsur yang dikemukakan yaitu: kebutuhan kasih sayang, kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, kebutuhan akan rasa ingin tahu. Dan diantara
kebutuhan-kebutuhan tersebut terdapat kebutuhan rasa ingin sukses dan rasa ingin tahu dapat diwujudkan dengan adanya minat.
Menurut Zakiah Daradjat, semua kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
disalurkan. Dengan melaksanakan ajaran agama secara baik, maka kebutuhan
rasa ingin tahu akan terpenuhi, jadi terdapat hubungan antara minat membaca buku-buku pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan.
29
Jadi minat membaca buku-buku pendidikan agama Islam akan menumbuhkan perilaku keagamaan siswa yang baik, maka minat merupakan
salah satu faktor atau wujud seseorang dalam memberi perhatian terhadap sesuatu kegiatan tertentu, sehingga tercapai hasil yang diinginkan.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara, yang sifatnya bisa benar juga bisa salah. Maka untuk itu diperlukan penelitian.
Jadi, dari kerangka berfikir di atas hipotesis yang diajukan penulis sementara ini adalah untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis mengenai
pengaruh antara minat membaca buku-buku pendidikan agama Islam dengan sikap keberagamaan.Tegasnya, jika terdapat pengaruh yang positif antara
minat membaca buku-buku pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan, maka alternatif Ha diterima, sedangkan hipotesa nihil Ho
ditolak. Dalam penelitian skripsi ini, penulis ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ha : Terdapat hubungan positif yang nyata antara minat membaca buku-
buku pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan siswa
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara minat membaca
buku-buku pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan siswa.
29
Zakiyah daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, cet. 15.