83
4.3.2 Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa variabel Dana Bagi Hasil memiliki nilai signifikansi 0,000 0,05 yang
berarti terdapat pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel Dana Bagi Hasil mempunyai hubungan yang
berlawanan arah dengan Belanja Modal, maka pengajuan hipotesis yang menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja
Modal ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Maryadi 2014 dan Wandira 2013 menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin meningkat Dana Bagi Hasil maka Belanja Modal semakin menurun pada KabupatenKota di provinsi Sumatera Utara. Hal ini
disebabkan bahwa Pemerintah Daerah tidak mengalokasikan dengan baik penerimaan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal. Namun lebih
memusatkan pada pengeluaran lain misalnya pengeluaran rutin.
4.3.3 Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa variabel Dana Alokasi Umum memiliki nilai signifikansi 0,000 0,05
yang berarti terdapat pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum mempunyai
hubungan yang searah dengan Belanja Modal, maka pengajuan hipotesis yang
Universitas Sumatera Utara
84 menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap
Belanja Modal dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Situngkir dan Manurung 2009 dan Sianipar 2011 menyatakan bahwa Variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja
Modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat Pendapatan Asli Daerah maka Belanja Modal semakin meningkat pula pada KabupatenKota
di provinsi Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena Dana Alokasi Umum merupakan transfer
yang bersifat umum block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan
fiskalnya. Dengan adanya transfer DAU dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk membiayai Belanja
Modal. Pemda tidak hanya mengalokasikan seluruh DAU hanya untuk membiayai pengeluaran rutin daerah saja, tapi juga mengalokasikan DAU
untuk kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk Belanja Modal, sesuai dengan tujuan DAU yaitu
untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah.
4.3.4 Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan uji T yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa variabel Dana Alokasi Khusus memiliki nilai signifikansi 0,631 0,05
yang berarti tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Nilai
Universitas Sumatera Utara
85 t negatif menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus
mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Belanja Modal. maka pengajuan
hipotesis yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarmi 2012 dan Sianipar 2011 menyatakan bahwa variabel Dana
Alokasi Khusus berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi Belanja Modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat Dana Alokasi
Khusus maka Belanja Modal semakin menurun pula pada KabupatenKota di provinsi Sumatera Utara.
Hal ini mengindikasikan bahwa Dana Alokasi Khusus yang selama ini diterima daerah tidak digunakan untuk pembangunan daerah yang terlihat
dalam alokasi Belanja Modal. Hal ini disebabkan karena DAK hanya dialokasikan untuk kepentingan khusus saja.
4.3.5 Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Terhadap Belanja