Tujuan Penelitian Sistematika Penulisan

Metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengem- bangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan dengan penyelidikan yang kritis.

2. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data peneltian dari berbagai sumber, sebagai berikut: a. Penelitian kepustakaan library research yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari literatur buku atau teks-teks lain, membaca dan memahami serta menganalisa hal yang berkaitan dengan masalah perceraian, khususnya perceraian di luar Pengadilan Agama. b. Penelitian lapangan field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan yang ada relevansinya dengan skripsi ini. 10 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara langsung secara mendalam dengan pegawai Pencatat Nikah Sodonghilir, hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya dan ulama setempat. Juga wawancara langsung dengan pihak yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama. Selain itu, juga dilakukan observasi di lapangan, terutama berkaitan dengan fenomena cerai di bawah tangan yang terjadi di masyarakat Kecamatan Sodonghilir.

3. Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam. Wawancara penulis 10 Ibid., h. 3 lakukan kepada para pejabat di lingkungan Peradilan Agama dan tokoh ulama, yaitu kepada hakim Pengadilan Agama, Drs. Masnus, SH., Kepala KUA Sodonghilir, Drs. Anas Suryana, anggota MUI Sodonghilir, Kiai Abdul Majid. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan pihak-pihak yang bercerai di bawah tangan yang terjadi di Kecamatan Sodonghilir, di antaranya Ibu Yeni, Ibu Andang, Ibu Evi, Ibu Mula, Ibu Erna dan Bapak Suryana. Setelah melakukan wawancana tersebut, penulis mengubah hasil wawancara ke dalam bahasa tulisan, untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisis.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan terarah, maka penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu: Bab Pertama, Pendahuluan, yang meliputi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab Kedua, Tinjauan Umum Tentang Perceraian, yang meliputi: pengertian perceraian dan dasar hukumnya, macam-macam perceraian dan hukum menjatuh- kannya, pemeriksaan sengketa perceraian, dan alasan yang membolehkan perceraian menurut undang-undang dan akibat perceraian. Bab Ketiga, Wilayah Hukum Pengadilan Agama Tasikmalaya, yang meliputi: dasar hukum dan sejarah, dan kondisi umum masyarakat Kecamatan Sodonghilir. Bab Keempat, Gambaran Perceraian di Luar Prosedur Pengadilan di Kecamatan Sodonghilir, meliputi: hukum perceraian di luar pengadilan, perceraian di luar Pengadilan di Kecamatan Sodonghilir, faktor-faktor terjadinya perceraian di luar Pengadilan Agama di Kecamatan Sodonghilir, akibat hukumnya, dan analisa penulis. Bab Kelima, Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya

1. Pengertian Perceraian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan pisah atau putus. 11 Cerai yang dalam bahasa Arab disebut dengan talak adalah isim masdar dari kata “ - - ” yang semakna dengan kata ‘ ’ dan ‘ ﻝ ’ yaitu melepaskan atau meninggalkan. Dalam istilah Agama talak artinya melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan. Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia talak menurut istilah adalah melepaskan tali perkawinan atau mengakhiri hubungan perkawinan. 12 Adapun beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ulama, di antaranya: Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya, Fikih al-sunnah mengartikan talak dengan : ﻝ ﻝ ﻝ 13 Artinya : “Talak adalah lepasnya ikatan dan berakhirnya hubungan perkawinan atau hubungan suami istri”. Sedangkan Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya, al-Fiqih ala al- Mazahib al-Arba’ah mendefinisikan talak dengan “ 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. ke-1, h. 163 12 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah 8, Bandung: Al-Ma’arif, 1990, Cet. ke-7, h. 9 13 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Beirut: Dar al- Kitab al-Arabi, 1973, Cet. ke-2, Jilid 2, h. 241 ﻝ +,ﻝ - . 1 + 2 3 45 6 7 4890 14 Artinya : “Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi ikatan pelepasan dengan kata-kata tertentu”. Kemudian Abu Zakaria al-Anshari menjelaskan talak dengan “ :; ﻝ 53 . -+,ﻝ = 15 Artinya” “Melepaskan ikatan nikah dengan menggunakan lafadz talak ”. Dari beberapa definisi talak di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa talak adalah hilangnya atau lepasnya ikatan perkawinan, hanya saja ada beberapa mainstream yang mengakibatkan perbedaan dalam mendefinisikan arti talak. Sebagian ulama ada yang menekankan pada akibat hukum dari adanya talak, yaitu hilangnya hubungan suami istri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri. Sedangkan ulama yang lainnya berorientasi pada tindakan seseorang yang bertujuan untuk melepaskan ikatan perkawinan dengan menggunakan lafadz tertentu. Sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan yang diungkapkan oleh Abdurrahman al-Jajiri adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu yang terjadi dalam talak raj’i. Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan maupun dalam putusan pemerintah N0.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- 14 Abdurahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala al-Arba’ah, Mesir: Al-Maktabah At-Tijariyyah al-Kubra, t.th., jilid 4 h. 278 15 Abu Zakariya al-Anshari, Fathul Wahab, Semarang: Syirkah an-Nur Asia, t.th., juz 2, h.