Sudah Menjadi Suatu Kebiasaan adat Kurangnya Kesadaran Hukum

Berangkat dari suatu kebiasaan mereka bercerai tanpa prosedur Pengadilan Agama, maka mereka bisa di katakan orang yang tidak taat hukum, dan kurang sadar terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia mengenai masalah perceraian. hal ini di ungkapkan oleh responden yang bernama Yeti: “Sebenarnya saya mengetahui kalau cerai itu harus ke Pengadilan, tapi dengan beberapa faktor, terutama masalah biaya jadi saya tidak bisa menjalankan aturan hukum yang berlaku.” 80 Dan perkataan ini bisa diperkuat oleh pernyataan kepala Kantor Urusan Agama kecamatan Sodonghilir. Bapak Drs. Ana Suryana: “Pada dasarnya masyarakat kecamatan Sodonghilir ini sedikit banyak sudah mengetahui tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah perceraian. Pihak Kantor Urusan Agama juga suka memberikan penyuluhan jika mereka hendak melangsungkan pernikahan, yang di katakan oleh naib di dalam ta’lik talak, jika melakukan perceraian hendaklah dilakukan di Pengadilan Agama setempat” 81

D. Akibat Perceraian di Luar Prosedur Pengadilan Agama di Kecamatan

Sodonghilir 80 Ibu Yeti, Wawancara Pribadi, 4 Januari 2007 81 Ana Suryana, Kepala Kantor Urusan Agama Sodonghilir, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya 10 Januari 2007 Sebelum dipaparkan hasil dari penelitian, sebelumnya akan dijelaskan pengertian dari akibat. Akibat yaitu “ sesuatu yang menjadi kesudahan atau hasil dari pekerjaan, keputusan atau keadaan yang mendahuluinya. 82

1. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama terhadap Status Perceraian

Sesuai dengan undang-undang perkawinan, perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sejak berlakunya undang-undang perkawinan secara efektif, yaitu sejak tanggal 1 Oktober 1975 tidak dimungkinkan terjadinya perceraian di luar prosedur Pengadilan. Untuk perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. Namun nampaknya, dengan ditetapkannya undang-undang perkawinan tersebut tidak begitu berpengaruh bagi sebagian masyarakat kecamatan Sodonghilir, yang sudah terbiasa dengan melakukan perceraian di luar prosedur Pengadilan, padahal perceraian tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap status perceraian, yaitu status perceraian tersebut tidak memiliki kekuatan hukum, karena putusan cerai tersebut tidak dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Hal ini diperkuat dengan perkataan hakim Pengadilan Agama Kabupaten Tasikmalaya Drs.Masnun, SH pada waktu wawancara Suatu 82 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. ke-1, h. 15