4.2.1.2 Uji positif sel Saccharomyces cerevisiae
Sifat fisik dari Biomassa yang tumbuh di media PDA sangat mirip dengan yang dijelaskan Nikon 2004. Untuk melihat bentuk Blastospora, maka dilakukan analisa menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x 10 dan 10 x 40. Hasil dari pengamatan diperoleh Gambar 5.a dan 5.b yang menunjukkan bentuk blastospora dari sel
Saccharomyces cerevisiae. Bentuk ini sesuai dengan teori dari Nikon, 2004 dan menjadi bukti bahwa sel yang tumbuh di media PDA merupakan sel Saccharomyces cerevisiae.
4.2.1.3 Pengembangbiakan Saccharomyces cerevisiae pada media YGP
Setelah positif bahwa sel yang tumbuh merupakan sel Saccharomyces cerevisiae , selanjutnya dilakukan pengembangbiakan kembali ke media cair. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan proses penjebakan imobilisasi dari sel tersebut, bentuk lunak dan berada pada media padat PDA membuat proses pencampuran antara sel dengan matrix penjebak
sulit dilakukan. Untuk itu dilakukan penumbuhan kembali sel dalam media cair. Media tumbuh cair yang digunakan adalah yeast glucose peptone YGP. Diambil 3 ose sel
Saccharomyces cerevisiae dari media PDA kemudian di inokulasikan kedalam media YPG dan diinkubasi sambil diguncang shake pada kecepatan 150 rpm pada suku 30
o
C selama 48 jam. Setelah 48 jam, Media dikeluarkan dan akan terlihat kekeruhan dari media YPG
yang mengindikasikan bahwa sel Saccharomyces cerevisiae telah tumbuh. Kemudian sel yang telah tumbuh dimasukkan ke media starter yang berisi nutrien yang dibutuhkan sel
sehingga pertumbuhan sel akan maksimal sebelum diimobilisasi.
4.2.2 Imobilisasi sel Saccharomyces cerevisiae
Dalam proses imobilisasi sel ini dilakukan tahap awal, yaitu menghitung jumlah sel yang berada di media starter. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak sel
Universitas Sumatera Utara
Saccharomyces cerevisiae yang terjebak didalam bead. Dengan menggunakan Haemocytometer diperoleh jumlah sel awal yang akan dijebak a. Selanjutnya Imobilisasi
dilakukan dalam 2 tahap.
Pertama starter sel Saccharomyces cerevisiae dicampurkan dengan larutan natrium alginat dan dihomogenkan. Setelah homogen campuran keduanya diteteskan menggunakan
jarum suntik ke dalam larutan CaCl
2
2 dan dibiarkan selama 30 menit untuk memantapkan proses pengerasan dari Ca-alginat yang terbentuk. Setelah 30 menit, bead
dicuci menggunakan akuades sebanyak 3 kali. Air cucian dan CaCl
2
yang digunakan selanjutnya dihitung kembali jumlah sel yang tidak terjebak. Karena dalam proses
penjebakan tidak semua sel akan terjebak dalam matrix b.
Tahap kedua, setelah bead Ca-alginat sudah mengeras, maka bead tersebut kemudian direndam dalam larutan kitosan 1-CaCl
2
2 selama 12 jam. Hal ini bertujuan untuk memberi lapisan pada bead pertama sehingga stabilitas dari bead akan meningkat.
Dalam penambahan lapisan kitosan ini kita juga menambahkan CaCl
2
2, hal ini dikarenakan penambahan ion kalsium dalam larutan kitosan meningkatkan presentase
ikatan yang terjadi antara kitosan dan alginat Gaserod et al, 1998. Setelah 12 Jam maka bead disaring dan dicuci dengan menggunakan NaCl fisiologis NaCl 0,9 untuk
menghilangkan sisa-sisa ion natrium yang ada pada permukaan bead. Ion natrium ini dapat menganggu kestabilan dari bead yang terbentuk. Prinsip pencucian bead ini berdasarkan
pencucian menggunakan ion senama. Artinya dalam hal ini kita ingin menghilangkan ion natrium sehingga kita mencucinya menggunakan NaCl yang mengandung natrium,
kemudian dicuci kembali menggunakan akuades untuk menghilangkan sisa NaCl yang tertinggal. Setelah pencucian bead siap untuk digunakan. Sama seperti tahap pencucian
pertama, di tahap ini air cucian bead beserta larutan kitosan dan CaCl
2
selanjutnya dihitung jumlah sel yang terlepas c.
Untuk mengetahui jumlah sel yang terikat maka dapat digunakan persamaan : Jumlah sel yang terimobilisasi = Jumlah sel total – Jumlah sel terlepas. Adapun jumlah sel
Universitas Sumatera Utara
yang terlepas pada tiap fermentasi tidak dapat dihitung secara pasti, hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain, media fermentasi yang digunakan berwarna gelap dan sel yang
terdapat didalamnya tidak dapat dihitung menggunakan haemocytometer. Kedua sel yang terlepas cenderung akan berkembangbiak ketika kontak langsung dengan media fermentasi
yang memiliki glukosa. Hal ini dikarenakan sifat dari sel yang berkembang biak jika terdapat media tumbuhnya sehingga jumlah sel yang terlepas pada proses fermentasi tidak
dapat dihitung secara pasti. Adapun Efisiensi penjebakan sel sebesar 77.72 .
4.2.3 Fermentasi Molase menggunakan sel Saccharmoyces cerevisiae terimobil