Uji menggunakan mikroskop cahaya Uji menggunakan FT-IR

dimana pengaruh kerusakan dari tiap fermentasi cenderung tidak terjadi secara langsung. Hal ini dikarenakan adanya lapisan kedua dari kitosan sehingga menyebabkan pengaruh dari substrat dan faktor perusak bead dapat di atasi oleh adanya kitosan di lapisan luar.

4.2.6 Pengujian interaksi antara sel Saccharomyces cerevisiae-Ca-alginat-kitosan

4.2.6.1 Uji menggunakan mikroskop cahaya

Dalam uji ini dapat kita lihat terdapat lapisan gelap pada lapisan terluar dari bead. Hal ini dapat diasumsikan bahwa lapisan tersebut adalah kitosan. Hal ini didasarkan pada penambahan lapisan kitosan terjadi setelah lapisan alginat – sel terbentuk. Sehingga tidak ada kontak langsung antara sel dengan kitosan karena alginat telah melapisi sel diawal. Uji menggunakan mikroskop cahaya tidak dapat dijadikan dasar untuk melihat posisi secara pasti kitosan di luar permukaan. Uji menggunakan FT-IR dapat dijadikan dasar bahwa lapisan akhir yang melekat di luar bead merupakan kitosan, hal ini dikarenakan jika terdapat spektrum spesifik dari kitosan pada bead, maka didalam bead tersebut terdapat kitosan.

4.2.6.2 Uji menggunakan FT-IR

Dalam analisa menggunakan FT-IR, diperoleh bahwa didalam sampel terdapat gugus fungsi kitosan yaitu pada panjang gelombang 1595,43 cm -1 untuk N-H , 1032 cm -1 untuk C-O serta gugus fungsi Alginat pada panjang gelombang 1411,88 cm -1 untuk garam karboksilat simetris COO - , 3337,9 cm -1 untuk OH, dan 1071,76 cm -1 untuk C-O. Hal ini menunjukkan terdapatnya kitosan dan alginat didalam penyusun bead. Hal ini juga didukung oleh uji menggunakan mikroskop cahaya dimana terdapat lapisan kerak dilapisan terluar bead yang dapat diasumsikan sebagai kitosan, Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan bead, pelapisan kitosan dilakukan setelah bead Ca-alginat-sel telah terbentuk. Sehingga lapisan kitosan berada diluar bead Ca-alginat-sel. Adapun Peran kitosan adalah Universitas Sumatera Utara sebagai pelapis yang meningkatkan stabilitas dari bead. Kitosan tidak dicampurkan sejak awal dikarenakan sifat antibaketri dari kitosan sendiri sehingga dikhawatirkan jika ditambahkan diawal, akan mempengaruhi aktivitas dari sel Saccharomyces cerevisiae yang terjebak. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Stabilitas Sel Saccharomyces cerevisae yang diimobilisasi menggunakan alginat- kitosan meningkat dengan adanya lapisan luar kitosan. Hal ini dibuktikan dengan uji tekanan osmosis dan uji kerusakan permukaan setelah fermentasi. 2. Etanol yang diperoleh dari tiap-tiap fermentasi menggunakan sel Saccharomyces cerevisiae terimobil yaitu 37,54314 pada fermentasi ke 1; 26,65614 pada fermentasi ke 2; dan 13,29089 pada fermentasi ke 3. Jumlah etanol yang dihasilkan memiliki hubungan dengan kerusakan permukaan yang terjadi pada permukaan sel terimobil bead, dimana semakin rusak permukaan dari bead maka jumlah etanol yang dihasilkan akan semakin rendah.

5.2. Saran

Perlu kiranya dilakukan penelitian tentang proses regenerasi sel Saccharomyces cerevisiae setelah rusak untuk mengoptimalkan penggunaan sel tersebut agar tidak menjadi limbah. Universitas Sumatera Utara