Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sistim Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan

2.5. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah upaya melindungi hutan dan lahan dari kerusakan akibat kebakaran melalui usaha pencegahan dan menekan sekecil mungkin terjadinya kebakaran Dephut, 1998. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan, baik langsung maupun tidak langsung antara lain dikenal; penerapan peraturan perundangan, pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat dan mengurangi bahaya atau kemungkinan timbulnya kebakaran Dephut, 1997. Dalam Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2001 disebutkan bahwa dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan, maka setiap instansi yang terkait bertanggung jawab mengembangkan kemampuan sumber daya manusia di bidang evaluasi dampak lingkungan hidup dan penyusunan strategi pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan. Selanjutnya Anonim, 2007 berdasarkan laporan Kantor Menteri Negara Lingkungan HidupUNDP menyimpulkan bahwa secara kelembagaan “Indonesia belum memiliki suatu organisasi pengelolaan kebakaran yang profesional”. Berbagai usaha pemadaman kebakaran dilakukan berdasarkan koordinasi diantara beberapa lembaga yang terkait. Berbagai lembaga yang terlibat dalam pengelolaan kebakaran tidak memiliki mandat yang memadai, tingkat kemampuan dan peralatan yang tidak memadai untuk melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Sahdin Zunaidi : Kajian Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Dari Aspek Biomasa Dan Indeks Kekeringan Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009 USU Repository © 2008

2.6. Sistim Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan

Dalam sistem pengendalian kebakaran hutan dan lahan, maka pengenalan faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan sangat penting. Pratondo et al, 2003 membagi faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan menjadi; faktor fisik, faktor aktivitas dan faktor aksessibilitas. Pendugaan untuk peringatan dini kebakaran hutan dan lahan menggunakan indikator-indikator berupa hotspot, penutupan lahan, cuaca dan potensi bahan bakar. Hasil pengolahan data dari indikator di atas dapat dimunculkan dalam bentuk peta kerawanan kebakaran, yang menjadi peringatan untuk antisipasi kebakaran UPTD, 2004. Cuaca sebagai indikator kebakaran hutan dituangkan dalam bentuk indeks kekeringan, yang menggambarkan keadaan suatu wilayah mudah terbakar atau tidak. Untuk menghitung Indeksnya KeetchByram memperkenalkan KBDI Keetch Byram Drought Index yang merupakan indeks yang diperhitungkan setiap hari dari curah hujan tahunan dan suhu maksimum harian, rata-rata tertinggi curah hujan tahunan dan curah hujan. Untuk mulai menghitung KBDI pada daerah tertentu, pengguna harus kembali ke periode ketika KBDI berada pada posisi “0”, yaitu saat satu hari setelah masa hujan dengan curah hujan sebanyak 150 – 200 mm dalam satu minggu Keetch dan Byram dalam Thoha, 2006. Thoha 2006 menyebutkan bahwa hotspot dapat digunakan sebagai indikator terjadinya kebakaran hutan, berdasarkan hasil interpretasi dan analisa citra landsat. Lahan terbakar diidentifikasi dengan karakteristik warna merah muda hingga merah Sahdin Zunaidi : Kajian Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Dari Aspek Biomasa Dan Indeks Kekeringan Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009 USU Repository © 2008 tua untuk kombinasi Band 543 dan hijau muda hingga hijau tua untuk kombinasi Band 543.

2.7. Kandungan Karbon