Pengamatan Biomasa Hutan Pengamatan Biomasa Kebun sawit

Analisis data dilakukan terhadap parameter yang diamati, dengan cara deskriptif melalui analisis indikasi kebakaran hutan, potensi biomasa dan indeks kekeringan yang dilakukan dengan analisis grafik. Perhitungan C tersimpan yang digunakan adalah dari Subekti, Lusiana, dan Van Noordwijk 2005 yaitu C tersimpan = 0,45 x total biomasa, sebagaimana telah beberapa kali digunakan oleh peneliti sebelumnya dan hasil perhitungan juga diacu sebagai data sekunder pada penelitian ini. Perhitungan biomasa pada sawit menurut Brwoun 1997 harus memperhitungkan 20 x biomasa pohon, yang merupan perkiraan biomasa dari daun yang tidak dilakukan pengukuran secara langsung.

3.3. Pengamatan Biomasa Hutan

Pengukuran biomasa hutan dilakukan pada kawasan hutan produksi yang berlokasi di Kecamatan Barumun Tengah, dengan kondisi vegetasi hutan tidak merata. Pengamatan pada plot pengamatan ke-1 ukuran 5 x 40 cm ditemukan 61 enam puluh satu pohon untuk kelas diameter 5 D 30 cm dan 14 empat belas pohon untuk pohon kelas diameter 30 cm, plot 2 ukuran 5 x 40 cm ditemukan 57 lima puluh tujuh pohon untuk kelas diameter 5 D 30 cm dan 10 sepuluh pohon untuk pohon klas diameter 30 cm dan plot pengamatan ke-3 ukuran 5 x 40 m ditemukan 38 tiga puluh delapan pohon untuk kelas diameter 5 D 30 cm dan tidak ada pohon untuk pohon kelas diameter 30 cm atau rata-rata 2.600 dua ribu Sahdin Zunaidi : Kajian Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Dari Aspek Biomasa Dan Indeks Kekeringan Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009 USU Repository © 2008 enam ratus pohon untuk kelas diameter 5 D 30 cm dan 40 empat puluh pohon untuk kelas diameter 30 cm Lampiran 1, 2 dan 3.

3.4. Pengamatan Biomasa Kebun sawit

Pengukuran biomasa pada kebun sawit dilakukan pada kebun sawit masyarakat yang berlokasi di Kecamatan Padang Bolak. Tanaman sawit berumur 14 empat belas tahun tahun, persiapan lahan pada awal penanamannya dilakukan dengan cara manual yang dimulai dengan membabat dan selanjutnya dilakukan pembakaran. Hasil pengamatan pada plot pengamatan ke-1 ditemukan 2 dua pohon sawit untuk kelas diameter 5 D 30 cm dan 41 empat puluh satu pohon sawit untuk pohon kelas diameter 30 Cm, plot pengamatan ke- 2 tidak ditemukan pohon sawit untuk kelas diameter 5 D 30 cm sedangkan pada kelas diameter 30 Cm ditemukan 38 tiga puluh delapan pohon sawit, adapun untuk plot pengamatan ke -3 tidak ditemukan pohon sawit untuk kelas diameter 5 D 30 cm akan tetapi ada 36 tiga puluh enam pohon sawit untuk pohon kelas diameter 30 Cm. Dari ke tiga plot pengamatan sawit ditemukan 43 empat puluh tiga pohon pada plot 1, 43 empat puluh tiga pohon pada plot 2 dan 36 tiga puluh enam pohon pada plot 3 dengan luas plot 2.000 m 2 atau rata-rata pohon sawit adalah 195 pohonha Lampiran 4, 5 dan 6. Sahdin Zunaidi : Kajian Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Dari Aspek Biomasa Dan Indeks Kekeringan Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009 USU Repository © 2008 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis terletak pada 0 10’- 1 50’LU dan 98 50” – 100 10’ BT dengan ibukotanya Padangsidimpuan, berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara di sebelah Utara, Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu di sebelah Timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Mandailing Natal di sebelah Barat dan Propinsi Sumatera Barat Kabupaten Mandailing Natal di sebelah Selatan. Luas seluruh Kabupaten adalah 12.261, 55 km 2 , yang berada pada ketinggian 0 – 1.915 m dpl. Tapanuli Selatan dalam struktur pemerintahannya terbagi kedalam 28 dua puluh delapan kecamatan, 1.193 kelurahandesa dengan jumlah penduduk 638.573 jiwa dengan perbandingan laki-laki 315.509 jiwa dan perempuan 323.064 jiwa. Pada tahun 2007 sesuai dengan Undang-Undang No. 38 Tahun 2007 sebagian wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dipisahkan menjadi Kabupaten Padang Lawas yang terdiri dari 9 sembilan kecamatan. Dan sesuai Undang-Undang No. 37 Tahun 2007 dibentuk Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri dari 8 delapan kecamatan, yang sebelumnya termasuk kedalam Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian masih menggunakan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, karena data yang dipergunakan merupakan rangkaian data sejak tahun 2004 pada secara keseluruhan kabupaten saat itu, adapun data untuk Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara masih bergabung dalam data kabupaten induk. Sahdin Zunaidi : Kajian Potensi Kebakaran Hutan Dan Lahan Dari Aspek Biomasa Dan Indeks Kekeringan Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009 USU Repository © 2008 V. HASIL

5.1. Biomasa pada Hutan