Indeks Massa Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh: Rizkiyah 1111101000071

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H


(2)

(3)

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMNINATAN GIZI

Skripsi, 22 Juni 2016

Rizkiyah, NIM: 1111101000071

Indeks Massa Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

xvi + 105 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 2 lampiran ABSTRAK

Merokok merupakan perilaku atau kebiasaan yang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya. Merokok juga dapat mempengaruhi IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan melihat IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik perokok dan bukan perokok pada mahasiswa Universitas Esa Unggul angkatan 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain cross sectional menggunakan deskripsi komparasi. Penelitian ini dilaksanakan pada November 2015-Mei 2016. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik simple random sampling sejumlah 220 mahasiswa. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik t-test independent dan uji Chi Square

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi perokok adalah sebesar 30,9%. IMT perokok lebih rendah jika dibandingkan bukan perokok. Asupan gizi (energi dan protein) dan aktivitas fisik pada perokok lebih tinggi jika dibandingkan bukan perokok. Terdapat perbedaan yang signifikan asupan protein (p = 0,000) antara perokok dan bukan perokok. Tidak terdapat hubungan antara status merokok dengan IMT dan aktivitas fisik.

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah 1) Untuk mahasiswa: Diharapkan mahasiswa yang memiliki status gizi kurang khususnya perokok mulai memperhatikan asupan makanannya sehingga status gizi yang dicapai optimal dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam, dan memperbaiki pola makan dalam kesehariannya dan diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup.; 2) untuk Universitas Esa Unggul: Pemegang kebijakan diharapkan dapat memberikan edukasi kepada seluruh mahasiswa; 3) untuk peneliti lain: a) diharapkan adanya penelitian selanjutnya yang serupa dengan status merokok yang lebih luas dan adanya penelitian lain yang dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara status merokok dengan faktor lainnya.

Kata Kunci: status merokok, mahasiswa, komparasi Referensi : 74 (1990-2016)


(4)

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, 22 June 2016 Rizkiyah, NIM: 1111101000071

Body Mass Index, Nutrient Intake, and Physical Activity of Smokers and Non-Smokers among Students in Esa Unggul University 0f 2016

xvi + 105 pages, 13 tables, 2 charts, 2 attachments ABSTRACT

Smoking is a behavior or habit that is very harmful, either for ourselves or people around us. Smoking can also affect Body Mass Index (BMI), nutrient intake, and physical activity. This study examines the BMI, nutrient intake, and physical activity of smokers and non-smokers among students in Esa Unggul University class of 2013.

This study is quantitative research based on cross sectional design by using comparative description method. This study was conducted in November 2015 until May 2016. The Sampling was undertaken by applying simple random technique of 220 students. The data analyses consist of univariate and bivariate analyses using independent t-test and chi square of statistical test.

The results show that the prevalence of smokers is 30.9%. BMI of smokers are lower than non-smokers. The intake of nutrients (energy and protein) and physical activity among smokers are higher than non-smokers. There are significant differences of protein intake (p = 0.000) between smokers and non-smokers. There is no correlation between smoking status to BMI and physical activity.

Based on the results of this study, the suggestions that can be given are 1) To students: For students who have undernutrition nutritional status especially smokers started paying attention to food intake so that optimal nutritional status are achieved by consuming a wide variety of foods, and improve in their daily diet and balanced with enough physical activity; 2) To Esa Unggul University: The university is expected to provide education to all students; 3) To other researchers: a) The subsequent studies are expected to be smoking status in various subjects and also other studies that can illustrate the causal relationship between smoking status and other factors.

Keywords: smoking status, students, comparative References: 74 (1990-2016)


(5)

(6)

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Rizkiyah

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

E-mail : rizkiyahabudan@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 2011-Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Jurusan Kesehatan Masyarakat

 2008-2011 : SMAN 37 Jakarta

 2005-2008 : SMPN 265 Jakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Indeks Massa Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Muhammad Obed Abudan (alm.) dan Suraya Awad

Abudan yang telah bersabar dalam mendidik, memberi dukungan dan motivasi serta do’a yang tiada henti.

2. Keluarga Besar di Abu Dhabi, khususnya Muhammad Abdullah Al Jabri yang sangat membantu penulis menyelesaikan kuliah dari awal sampai saat ini. 3. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes., Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Ir. Febrianti, M.Si dan Ibu Fase Badriah, S.KM, M.Kes, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta memberikan saran dalam penyusunan skripsi.

6. Kepada seluruh dosen PSKM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.


(9)

viii

7. Kepala Bagian Sarana dan Prasarana dan Departemen Administrasi Akademik, staf, mahasiswa serta semua pihak Universitas Esa Unggul, yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pengambilan data dalam skripsi ini 8. Abang dan kakak kesayangan, Musallam, Awad, Rahmah, dan Fitriani yang

telah memberi dukungan dan mendo’akan adiknya. Serta dua bocah penghibur kesayangan, Fuzera dan Surur.

9. Sahabat seperjuangan Wulan Savitri yang banyak membantu penulis dalam penyeselesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan motivasinya ya.

10.Teman- teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat 2011, khususnya di Peminatan Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Sahabat kesayangan Marwah, Zainah, Fatin, Nabilah, Widaad yang selalu memberi semangat dan motivasi. Terimakasih atas dukungannya selama ini, kesayangankuu!

12.Special thanks for Abdurrahman Abudan yang selalu memberi semangat, bantuan, masukan dan tidak pernah bosan mendengarkan curahan hati penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

1. Bagi Pihak Universitas Esa Unggul ... 7

2. Bagi Peneliti Lain ... 7

3. Bagi Peneliti ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Status Gizi ... 9

1. Pengertian Status Gizi ... 9

2. Penilaian Status Gizi ... 9


(11)

x

1. Metode Food Recall 24 Jam ... 11

2. Metode Estimasi Pencatatan Makanan... 12

3. Food Frequency Questionnaire ... 13

C.Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang ... 14

1. Umur ... 14

2. Jenis Kelamin ... 14

3. Asupan Energi ... 15

4. Asupan Protein ... 16

5. Aktivitas Fisik ... 18

6. Suku/ras ... 19

7. Genetik ... 20

8. Merokok ... 21

9. Status Kesehatan ... 23

D.Rokok ... 23

1. Pengertian Rokok ... 23

2. Kategori Perokok ... 24

3. Jenis –jenis Rokok ... 25

E. Kerangka Teori... 26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 30

A. Kerangka Konsep ... 30

B. Definisi Operasional ... 32

C. Hipotesis ... 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 35

3. Besar Sampel ... 35


(12)

xi

D. Pengumpulan Data ... 38

1. Jenis Data ... 38

2. Metode Pengumpulan Data ... 42

E. Pengolahan Data ... 45

1. Manajemen Data ... 45

2. Analisis Data... 46

BAB V HASIL ... 48

A. Gambaran Perilaku Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 48

B. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 49

C. Gambaran Rata-rata IMT menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 50

D. Hubungan Status Merokok dengan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 51

E. Gambaran Asupan Gizi Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 52

F. Gambaran Rata-rata Asupan Gizi menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 53

G. Gambaran Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 54

H. Gambaran Rata-rata Skor Aktivitas Fisik menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 53

I. Hubungan Status Merokok dengan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 51

BAB VI PEMBAHASAN ... 54

A. Keterbatasan Penelitian ... 58

B. Perilaku Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 58

C. Status Merokok Berdasarkan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 59


(13)

xii

D. Status Merokok Berdasarkan Asupan Gizi pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul

tahun 2016 ... 62

E. Status Merokok Berdasarkan Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 ... 67

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Halaman

2.1 Ambang batas IMT untuk orang Indonesia 11

3.1 Definisi Operasional 32

4.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Status Merokok 35 4.2 Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya 36

4.3 Pembagian Jumlah Sampel Per Fakultas 38

5.1 Distribusi Status Kategori Perokok, Jenis Rokok yang

Dihisap, dan Waktu merokok. 48

5.2

Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

49

5.3

Gambaran Perokok dan Bukan perokok Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

50

5.4 Gambaran rata-rata IMT menurut Status Merokok pada

Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 51 5.5 Hubungan Status Merokok dengan IMT Pada Mahasiswa

Universitas Esa Unggul Tahun 2016

51

5.6 Gambaran Asupan Energi Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

52

5.7 Gambaran Asupan Protein Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

52

5.8 Gambaran rata-rata asupan Energi menurut Status Merokok

pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016 53 5.9 Distribusi rata-rata asupan protein menurut Status Merokok


(15)

xiv

5.10 Gambaran Skor Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

54

5.11

Gambaran Kategori Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

55

5.12

Gamabaran Rata-rata Skor Aktivitas Fisik Menurut Status Merokok Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

56

5.13 Hubungan Status Merokok dengan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016


(16)

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan

Halaman

2.1 Kerangka Teori 29


(17)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Bagan

Halaman

1 Kuesioner Penelitian 83


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menempati urutan ketiga dunia dengan jumlah perokok terbanyak setelah Cina dan India yaitu sebesar 4,8% (WHO (2008) dalam Tobacco Control Support Center, 2012). Perilaku merokok di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan hasil Riskesdas perokok aktif di Indonesia yaitu 34,2% tahun 2007, 34,7% tahun 2010 dan pada 2013 meningkat menjadi 36,3%. Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2007 perokok laki-laki sebesar 65,6% naik menjadi 65,8% tahun 2010 dan pada tahu 2013 naik menjadi 66 % (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2013 provinsi DKI Jakarta menempati posisi ke- 10 di Indonesia dimana prevalensi perokok aktif hampir sama dengan prevalensi nasional dan Jakarta Barat menempati peringkat ke-3 dengan prevalensi tertinggi (29,5%) (Kemenkes RI, 2013).

Tingginya perokok juga terjadi di kalangan mahasiswa, penelitian Rosiana (2012) menunjukkan bahwa pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia tahun 2012 prevalensi merokok sebesar 32,8%. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan pada Mahasiswa S1 Universitas Tanjungpura, Kalimantan barat tahun 2012 menunjukkan prevalensi perokok lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 52,1% (Sinurat, dkk,


(19)

2012). Begitu pula di Universitas Esa Unggul (UEU), perilaku merokok juga ditemukan pada kalangan mahasiswa. Studi pendahuluan yang di lakukan dengan cara skrining menunjukkan bahwa dari 683 mahasiswa terdapat 211 perokok (30,9%). Angka tersebut melebihi prevalensi perokok di DKI Jakarta tahun 2013 yaitu 29,2%.

Mahasiswa merupakan usia produktif yang termasuk dalam periode dewasa awal/dewasa muda (Saufika, 2012). Dewasa muda merupakan periode dimana seseorang berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan tubuhnya (Papallia, 2008). Dalam perkembangannya mereka memerlukan asupan gizi yang seimbang agar terhindar dari berbagai penyakit yang akan berdampak pada penurunan produktivitas (Mahan, 2004).

Merokok merupakan perilaku atau kebiasaan yang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya. Setiap rokok mengandung banyak bahan kimia, salah satunya nikotin. Nikotin dapat memicu efek adrenalin pada otot perut sehingga dapat menekan rasa lapar dan mengurangi nafsu makan serta nikotin juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang sehingga menyebabkan penurunan asupan makanan. Asupan makan sangat dibutuhkan oleh organ tubuh untuk melakukan fungsi secara optimal sehingga apabila nikotin dapat mempengaruhi nafsu makan, maka membuat perokok lebih kurus dibandingkan bukan perokok (Oktavianis, 2011).

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian di berbagai negara. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dyer dkk (2003) di Cina, Jepang,


(20)

3

Inggris, Amerika Serikat, Bamia dkk (2004) di Yunani, Chiolero dkk (2008) di Amerika Serikat dan Jitnarin dkk (2008) melaporkan bahwa terdapat perbedaan status gizi (IMT) antara perokok dan bukan perokok. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. .

Merokok juga dapat mempengaruhi asupan gizi. Asupan gizi pada perokok dan bukan perokok juga mengalami perbedaan. Penelitian yang dilakukan di 4 negara yaitu Cina, Jepang, Inggris dan Amerika oleh Dyer (2003) menunjukkan bahwa asupan energi total pada perokok laki-laki di Amerika Serikat lebih tinggi daripada bukan perokok (Dyer, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Dyer, dkk (2003) menunjukkan bahwa asupan protein lebih rendah pada perokok daripada bukan perokok.

Selain IMT dan asupan gizi, aktivitas fisik pada perokok dan bukan perokok juga menunjukkan perbedaan. Hal tersebut dibuktikan penelitian yang dilakukan oleh Klesges dkk (1990) yang menunjukkan secara signifikan rendahnya tingkat aktivitas fisik pada perokok dibandingkan bukan perokok. Hasil tersebut di dukung dengan dengan penelitian yang dilakukan Sneve dan Jorde (2008) bahwa semakin banyak batang rokok yang dihisap semakin sedikit aktivitas fisik yang dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, masih banyaknya jumlah perokok dikalangan mahasiswa dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa antara perokok dan


(21)

bukan perokok terdapat perbedaan IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik lebih rendah dibandingan dengan bukan perokok serta belum ada penelitian terkait hal ini di Universitas Esa Unggul. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada perbedaan IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik antara perokok dan bukan perokok?

B. Rumusan Masalah

Prevalensi perokok di DKI Jakarta masih tinggi dan masih banyaknya perokok di Universitas Esa Unggul. Merokok dapat menurunkan status gizi (IMT), asupan gizi (energi dan protein) dan aktivitas fisik seseorang. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Indeks Massa Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016” karena selain masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, juga belum ada penelitian terkait hal ini di Universitas Esa Unggul.

C. Pertanyaan penelitian

1) Bagaimana gambaran perilaku merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

2) Bagaimana gambaran IMT perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

3) Apakah ada atau tidak perbedaan rata-rata IMT antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?


(22)

5

4) Apakah ada hubungan status merokok dengan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

5) Bagaimana gambaran asupan gizi (energi dan protein) perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

6) Apakah ada atau tidak perbedaan rata-rata asupan gizi (energi dan protein) antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

7) Bagaimana gambaran aktivitas fisik perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

8) Apakah ada atau tidak perbedaan rata-rata aktivitas fisik antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

9) Apakah ada hubungan status merokok dengan aktivitas fisik pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016?

D. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum

Diketahuinya IMT, asupan gizi (energi dan protein) dan aktivitas fisik perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.


(23)

2) Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran perilaku merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

b. Diketahui gambaran IMT perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

c. Diketahui ada atau tidak perbedaan rata-rata IMT antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

d. Diketahui ada hubungan status merokok dengan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

e. Diketahui gambaran asupan gizi (energi dan protein) perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

f. Diketahui ada atau tidak perbedaan rata-rata asupan gizi (energi dan protein) antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

g. Diketahui gambaran aktivitas fisik perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

h. Diketahui ada atau tidak perbedaan rata-rata aktivitas fisik antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

i. Diketahui ada hubungan status merokok dengan aktivitas fisik pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.


(24)

7

E. Manfaat Penelitian

1) Bagi Pihak Universitas Esa Unggul

Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian dan menambah bahan kepustakaan di institusi serta memberikan tambahan informasi yang berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait status merokok, IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

2) Bagi peneliti lain

Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan yang berminat untuk penelitian dalam tema yang sama yaitu terkait status merokok, IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswa.

3) Bagi peneliti

Bagi peneliti dapat membuka wawasan dan dapat dijadikan referensi bagi kalangan akademisi kesehatan pada umumnya dan lebih khusus peminatan gizi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain cross sectional menggunakan deskripsi komparasi, yang bertujuan untuk mengetahui IMT, asupan gizi dan aktivitas fisik antara perokok dan bukan perokok dan untuk mengetahui hubungan status merokok dengan IMT dan aktivitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Mei 2016 di Universitas Esa Unggul. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa laki-laki


(25)

Universitas Esa Unggul angkatan 2013 dengan jumlah sampel 220 orang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode probability sampling pendekatan teknik simple random sampling. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner untuk mengetahui perilaku merokok dan aktivitas fisik, serta lembar Semiquantitative FFQ digunakan untuk melihat asupan zat gizi.


(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan kerangka teori penelitian. Pada bab tinjauan pustaka menjelaskan status gizi, penilaian status gizi, penilaian konsumsi makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi kurang, yaitu umur, jenis kelamin, asupan energi dan protein, suku/ras, genetik, aktivitas fisik, merokok dan status kesehatan. Selain itu, pada bab ini juga menjelaskan mengenai rokok.

A. Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti, pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan (Suyatno, 2009)

2. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi dari suatu kelompok individu atau masyarakat perlu memperhatikan 2 masalah dasar yaitu memeriksa


(27)

hubungan antara tingkat hidup keluarga dengan status gizi masyarakat dan menelaah tingkat gizi secara individu atau perseorangan.

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu: antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga, yaitu survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

Penilaian status gizi yang paling sering digunakan yaitu antropometri. Antropometri, artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri terdiri dari BB/U, TB/U, BB/TB, LLA/U dan IMT (Supriasa (2002) dan Anggraeni (2012).

Pada umumnya mahasiswa berusia 18 tahun ke atas, pengukuran status gizi yang cocok untuk digunakan adalah IMT (Indeks Masa Tubuh). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dapat menggambarkan berat otot, jaringan adiposa, tulang, juga air tubuh. IMT tidak dapat digunakan untuk orang yang berusia dibawah 18 tahun, ibu hamil dan olahragawan serta adanya edema, asites dan hepatomegali (Supriasa (2002) dan Beiquni (2007)).


(28)

11

Tabel 2.1 Ambang batas IMT untuk orang Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Kategori IMT

Kurus < 18.5

Normal 18.5-24.99

Overweight ≥ 25- <27

Obesitas ≥ 27

Sumber: Kemenkes RI (2010)

B. Penilaian Konsumsi Makanan 1. Metode Food Recall 24 Jam

Metode food recall adalah wawancara asupan makanan dalam 3x24 jam yang lalu. Untuk membantu mengingat banyaknya makanan yang di konsumsi, maka digunakan alat bantu seperti food picture atau ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall 3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 3x24 jam yang lalu, pencatatan di deskripsikan secara mendetail oleh pewawancara yang sebaiknya dilakukan berulang pada


(29)

hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. Metode food recall ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut (Gibson, 2005):

a. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain:

1) Berguna untuk rata-rata asupan sehari-hari dalam populasi 2) Penggunaannya sangat mudah

3) Hasilnya representatif

4) Dapat digunakan secara internasional, untuk melihat hubungan asupan makanan dan penyakit kronis.

b. Kelemahan metode recall 24 jam diantaranya: 1) Tidak bisa menunjukkan kebiasaan makan 2) Membutuhkan daya ingat yang kuat

3) Tidak dianjurkan untuk lansia dan anak kecil

2. Metode Estimati Pencatatan Makan (EstimatedFood Records)

Metode Etimasi Makan adalah metode dimana responden mencatat semua makanan dan minuman termasuk snack yang telah dimakan dari periode 1 sampai 7 hari. Metode ini digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan makan individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat dikur dengan menggunakan data komposisi makanan. Pengukuran berlangsung saat dilakukan pencatatan (Gibson, 2005).


(30)

13

3. Kuesioner Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)

FFQ merupakan kuesioner yang didalamnya terdapat daftar makanan yang spesifik yang dapat menggambarkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan. Frekuensi konsumsi makan dapat dilihat dalam hari, minggu, bulan dan tahun. Pencatatan ini dapat dilakukan dengan mewawancara responden atau di isi sendiri (Gibson, 2005).

Beberapa jenis FFQ adalah sebagai berikut: (departemen gizi dan kesmas, 2010)

1. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang biasa di konsumsi sehingga menggunakan standar porsi.

2. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong roti, secangkir kopi.

3. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi responden, seperti kecil, sedang, atau besar.

Kelebihan FFQ yaitu:

1. Dapat diisi sendiri oleh responden

2. Machine readable/dapat dibaca oleh mesin 3. Relative murah untuk populasi yang besar

4. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dengan penyakit 5. Data usual intake lebih representative dibandingkan dengan diet record


(31)

Keterbatasan FFQ yaitu:

1. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih responden

2. Tergantung kepada kemampuan responden untuk mendeskripsikan dietnya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi kurang antara lain: 1. Umur

Umur adalah masa hidup seseorang dalam tahun dimulai dari ia lahir sampai dengan ulang tahun terakhir. Umur mempunyai peran dalam memilih makanan. Pada saat masih bayi, seseorang tidak dapat memilih makanan yang mereka inginkan, namun pada saat dewasa seseorang dapat memilih makanan yang mereka inginkan. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan dewasa, pengaruh terhadap kebiasaan makannya menjadi sangat kompleks (Worthington, 2000). Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok umur di masyarakat (Gibney, 2009).

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang diberikan oleh tuhan sejak lahir. Jenis kelamin dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Kebutuhan zat gizi laki-laki dan perempuan berbeda, hal itu dikarenakan pertumbuhan dan perkembangannya berbeda.


(32)

15

Menurut Worthington (2000) pada umumnya laki-laki lebih aktif dalam melakukan kegiatan fisik sehingga membutuhkan energi dan protein yang lebih besar dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan Zarei (2014) menunjukkan adanya hubungan secara bermakna antara status gizi dengan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Omigbodum (2010) dan Banerjee (2011) ditemukan yang menderita gizi kurang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

3. Asupan Energi

Manusia dalam kehidupanya membutuhkan energi untuk mempertahankan hidupnya, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi yang ditimbulkan dalam tubuh manusia dapat dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Agar manusia selalu tercukupi energinya, maka diperlukan makanan yang cukup ke dalam tubuhnya (Kartasapoetra, 2009).

Kecukupan energi tiap kelompok umur dan jenis kelamin berbeda-beda. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, angka kecukupan energi usia 16-18 tahun untuk laki-laki 2675 kkal dan 2125 untuk perempuan. Sedangkan angka kecukupan energi usia 19-29 tahun untuk laki-laki adalah 2725 kkal dan 2250 kkal untuk perempuan.

Jika seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama kekurangan asupan energi, maka akan mengakibatkan menurunnya berat badan bahkan kurang gizi (Gibney, 2009). Penelitian yang dilakukan Muchlisa (2013), diketahui adanya hubungan antara asupan energi dengan status gizi, apabila


(33)

asupan energi seseorang rendah maka ia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berada pada kategori status gizi kurus. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2004) yang menyebutkan bahwa konsumsi energi yang rendah dapat menyebabkan IMT yang rendah juga dan adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan IMT (Ubro, 2014).

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa asupan zat gizi energi antara perokok dan bukan perokok memiliki perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Dallongeville dkk (1998) dengan cara menganalisis 51 studi pada 15 negara yang berbeda menyebutkan bahwa asupan energi pada perokok lebih rendah dengan bukan perokok secara signifikan. Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palaniappan (2001) yang menunjukkan bahwa asupan energi lebih rendah pada perokok dibandingkan bukan perokok.

4. Asupan Protein

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh setelah air (Yuniastuti, 2008). Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlimanya di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluhnya di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi yang khas yaitu membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009).


(34)

17

Pangan sumber protein hewani adalah daging ayam, sapi, ikan, telur, susu dan produk olahannya. Pangan nabati yang banyak mengandung protein adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Sebagian kecil protein terdapat dalam sayuran dan buah-buahan (Yuniastuti, 2008)

Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein juga berfungsi sebagai pembentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan juga menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan. Selain itu, protein dapat mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen yaitu intraseluler, interseluler dan intravaskuler, serta dapat mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh (Yuniastuti, 2008).

Kecukupan zat gizi protein tiap kelompok umur dan jenis kelamin berbeda-beda. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, angka kecukupan lemak usia 16-18 tahun untuk laki-laki 66 gram dan 59 gram untuk perempuan. Sedangkan angka kecukupan lemak usia 19-29 tahun untuk laki-laki adalah 62 gram dan 56 gram untuk perempuan.

Penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Astrup (2003) menunjukkan bahwa protein memiliki daya mengenyangkan lebih tinggi perkalori dibandingkan karbohidrat dan lemak pada orang dewasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggantian diet karbohidrat dengan protein ad libidum bersamaan dengan diet rendah lemak dapat memperbaiki


(35)

kehilangan berat badan. Penelitian yang dilakukan Muchlisa (2013) juga menunjukkan adanya hubungan antara asupan protein dengan status gizi berdasarkan IMT. Dimana, responden yang asupan proteinnya kurang lebih banyak yang tergolong status gizi kurus berdasarkan IMT.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa asupan zat gizi protein antara perokok dan bukan perokok memiliki perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Dallongeville dkk (1998) dengan cara menganalisis 51 studi pada 15 negara yang berbeda menyebutkan bahwa asupan protein pada perokok lebih rendah dengan bukan perokok secara signifikan.

5. Aktivitas fisik

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Russell (2005), aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Bergerak/aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori) (Russell, 2005). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik adalah segala macam gerak yang membutuhkan energi. Aktivitas fisik secara teratur telah lama dianggap sebagai komponen penting dari gaya hidup.

Menurut Jakicic (2006) peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dalam penurunan berat badan atau pencegahan penambahan berat badan. Seseorang yang melakukan aktivitas fisik lebih sering dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan aktivitas fisik


(36)

19

berat badannya berbeda sehingga status gizinya juga berbeda. Hasil penelitian tersebut di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi menurut IMT. Aktivitas fisik dan IMT mempunyai hubungan berpola negatif, artinya semakin besar aktivitas fisik maka semakin kecil IMTnya (Rosiana, 2012).

Aktivitas fisik pada perokok dan bukan perokok juga menunjukkan perbedaan. Hal tersebut dibuktikan penelitian yang dilakukan oleh Klesges dkk (1990) yang menunjukkan secara signifikan rendahnya tingkat aktivitas fisik pada perokok dibandingkan bukan perokok. Hasil tersebut di dukung dengan dengan penelitian yang dilakukan Sneve dan Jorde (2008) bahwa semakin banyak batang rokok yang dihisap semakin sedikit aktivitas fisik yang dilakukan.

6. Suku/ras

Di Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan suku adalah bentuk komunitas manusia yang merupakan suatu ciri khas dari sistem komunal primitif yang dianggotai oleh orang yang masih memiliki satu darah (Dagun, 2000). Di Indonesia, sebagian besar suku mengikuti garis keturunan ayah (suku Jawa, Bugis, Batak, Ambon), kecuali di Sumatera Barat (suku Minangkabau) masih mengikuti garis keturunan ibu (Salampessy, 2007).


(37)

Menurut Davis dkk (2005) menunjukkan adanya perbedaan ras dalam penurunan berat badan pada wanita yang berstatus obesitas. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hagler dkk (2007) menemukan bahwa prevalensi gizi lebih berdasarkan ras berbeda-beda, 70.6% pada kulit putih non-hispanik, 18.3% pasa latin hispanik, 5.2% pada Amerika Afrika, 2% pada multiras ,1.6% pada Asia dan Kepulauan Pasifik, 1.6% pada bukan warga negara Amerika dan 0.5% pada pribumi Amerika.

7. Genetik

Faktor genetik penting dalam status gizi. Anak dari orang tua yang mengalami obesitas memiliki kesempatan lebih besar mengalami obesitas daripada anak dari orang tua yang kurus (Salampessy, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Khader (2009) di Jordan menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan genetik. Anak yang mempunyai orang tua gemuk akan meningkatkan peluang menjadi gizi lebih (Khader, 2009).

Semakin besar berat badan orang tua maka semakin tinggi peluang gizi lebih pada anaknya. Hal ini dapat dijelaskan apabila salah satu orang tua atau keduanya underweight maka peluang anak menjadi gizi lebih sebesar 3%. Pada anak yang kedua orang tuanya mempunyai status gizi normal maka peluang aak menjadi gizi lebih meningkat menjadi 3.2%. Peluang anak menjadi gizi lebih akan meningkat menjadi 6.9% jika dalah satu orang tuanya mempunyai status gizi normal dan satunya lagi overweight. Peluang semakin meningkat menjadi 11.4%, 22% dan 39.1% apabila kedua orang


(38)

21

tuanya overweight, satu overweight dan satu obesitas, serta keduanya obesitas (Li et al, 2007).

8. Merokok

Status merokok dapat dibedakan menjadi perokok dan bukan perokok. Status merokok merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Merokok dapat menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan laju metabolisme, menurunkan efisiensi metabolik atau menurunkan absorbsi kalori (mengurangi nafsu makan) (Chiolero, 2008)

Nikotin yang terkandung dalam rokok bekerja di reseptor nikotinik kolinergik di otak dan ganglia otonom. Ikatan nikotin dengan reseptor ini membuka kanal ion, menarik masuk sodium dan kalsium, yang selanjutnya meningkatkan pengeluaran berbagai neurotransmiter. Proses ini menyebabkan pengeluaran sistemik katekolamin yang berperan meningkatkan laju metabolisme, serta pengeluaran dopamin, serotonin, norepinefrin dan epinefrin yang efeknya meningkatkan satiety system sehingga terjadi penurunan nafsu makan (Govern, 2011). Penurunan nafsu makan yang terus menerus atau berlangsung lama dapat menyebabkan berat badan menurun dan mempengaruhi status gizi.

Menurut Chhabra dan Sunil (2011) yang melakukan penelitian di India menunjukkan bahwa merokok berhubungan negatif dengan status gizi. Hasil penelitian tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bamia dkk (2004) di Yunani melaporkan bahwa jika dibandingkan dengan


(39)

bukan perokok, perokok memiliki nilai rata-rata IMT yang lebih rendah. Hasil penelitian Jitnarin (2014) menunjukkan bahwa mereka yang saat waktu penelitian merokok memiliki IMT lebih rendah daripada responden yang tidak pernah perokok atau orang-orang yang telah berhenti merokok. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Napradit (2007) dan Kadowaki (2006) yang menyebutkan adanya kenaikan berat badan setelah berhenti merokok.

Banyaknya batang rokok yang dihisap juga dapat mempengaruhi IMT. Bamia (2004) melaporkan bahwa peningkatan jumlah rokok yang dihisap cenderung berhubungan dengan IMT. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosiana (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat adanya korelasi yang signifikan antara rata-rata batang rokok yang dihisap per-hari dengan IMT dengan kekuatan korelasi sedang dan berpola negatif. Sehingga dikatakan bahwa semakin banyak batang rokok yang dihisap maka IMTnya pun akan semakin kecil.

Namun, menurut Jitnarin (2009) dan Sneve (2008) hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan U-shaped antara banyaknya rokok yang dikonsumsi perhari dengan IMT, dimana perokok ringan (1-9 batang rokok/hari) memiliki IMT yang paling rendah secara signifikan, perokok berat (>20 batang rokok/hari) dan non-perokok memiliki IMT yang lebih tinggi. Meskipun terdapat hubungan U-shaped, ini bertentangan dengan teori bahwa merokok mempengaruhi berat badan melalui efeknya pada


(40)

23

metabolisme, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok berat memiliki IMT tinggi karena gaya hidup yang tidak sehat seperti konsumsi alkohol, kurang berolahraga, dan konsumsi tinggi lemak (Padrao, 2007). 9. Status Kesehatan

Kesehatan seseorang dapat mempengaruhi status gizinya. Status gizi buruk mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi misalnya TB. Penelitian yang dilakukan Izzati (2015) menunjukkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian TB paru. Apabila seseorang berstatus gizi kurang beresiko 9.4 kali menderita TB Paru dibandingkan dengan responden dengan status gizi normal dan atau berlebih.

D. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok merupakan suatu benda yang tentu saja sudah tidak asing lagi. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan bagi individu itu sendiri maupun orang yang ada dilingkungannya. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003 dalam Aula (2010), diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,Nicotiana Rustica dan spesies lainnya, atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Dalam sebatang rokok terdapat beberapa kandungan zat seperti, nikotin, karbon monoksida, tar, arsenic, amonia, formic acid, acrolein, hydrogen cyanide,


(41)

nitrous oksida, formaldehyde, phenol, acetol, hydrogen sulfide, pyridine, methyl chloride dan methanol (Aula, 2010).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung lainnya. Biasanya, rokok dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong (Aula, 2010).

2. Kategori Perokok

Menurut Bamia (2004), perokok aktif dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Perokok ringan

Perokok dikatakan perokok ringan apabila jumlah rokok yang dikonsumsi berkisar 1-9 batang per hari.

b. Perokok sedang

Perokok dikatakan perokok sedang apabila jumlah rokok yang dikonsumsi berkisar 10-19 batang per hari.

c. Perokok berat

Perokok dikatakan perokok berat apabila jumlah rokok yang dikonsumsi berkisar ≥ 20 batang per hari.


(42)

25

3. Jenis-jenis rokok (Aula, 2010).

1. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus

1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

2) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas 3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau

2. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi

1) Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak yaitu rokok yang baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok Berdasarkan Proses Perbuatan

1) Sigaret kretek tangan (SKT) adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana.

2) Sigaret kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Caranya, material rokok


(43)

dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok dan keluarannya berupa rokok batangan.

4. Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter

1) Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

2) Rokok nonfilter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori ini merupakan adaptasi atau kolaborasi dari hasil-hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang. Selain itu terdapat beberapa perbedaan yang ditimbulkan dari status merokok. Kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1. Berikut ini penjabaran dari penelitian-penelitian yang digunakan untuk kerangka teori:

1. Gibney (2009) menjelaskan bahwa keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok umur di masyarakat.

2. Benerjee (2011) menjelaskan bahwa adanya hubungan status gizi kurang dengan jenis kelamin. Gizi kurang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

3. Ubro (2014) menjelaskan bahwa asupan energi berhubungan dengan gizi kurang.

4. Muchlisa (2013) menjelaskan bahwa asupan protein berhubungan dengan gizi kurang.


(44)

27

5. Sada (2012) menjelaskan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan status gizi.

6. Haghler (2007) menjelaskan bahwa suku atau ras dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

7. Khader (2009) menjelaskan bahwa genetik berhubungan dengan underweight.

8. Chhabra (2011) menjelaskan bahwa merokok berhubungan dengan gizi kurang. Merokok atau tidak juga dapat mempengaruhi status gizi kurang, asupan gizi (energi dan protein) dan aktivitas fisik.

9. Izzati (2015) menjelaskan bahwa status kesehatan berhubungan dengan gizi kurang.


(45)

Asupan Gizi - Energi - Protein Status

merokok

Status Gizi Kurang

Suku Faktor Biologis

- Umur

- Jenis Kelamin - Genetik

Status Kesehatan Aktivitas Fisik

Bagan 2.1 Kerangka teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang adaptasi dari Ubro (2014), Muchlisa (2013), Gibney (2009), Benerjee (2011), Khader (2009), Sada (2012), Chhabra (2011) dan Izzati (2015)


(46)

30 BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, asupan gizi (energi dan protein), aktifitas fisik, ras/suku, genetik, merokok, dan status kesehatan. Sehubungan dengan penelitin ini yaitu “Indeks Massa Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016” maka dikembangkan kerangka konsep berdasarkan teori-teori tesebut.

Dalam kerangka konsep ini IMT, asupan gizi (energi dan protein), merokok dan aktivitas fisik yang diteliti. Sedangkan, umur, jenis kelamin, suku, genetik dan status kesehatan tidak diteliti karena:

1. Umur dan jenis kelamin, bersifat homogen karena berada dalam satu kelompok umur dan jenis kelamin yang sama.

2. Suku, secara tidak langsung dapat mempengaruhi konsumsi makanan 3. Genetik, sulit mengukur status gizi orang tua responden.

4. Status kesehatan, tidak dimasukkan dalam sampel penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas variabel-variabel yang akan diteliti dapat digambarkan dalam kerangka berikut ini:


(47)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Status

Merokok

Asupan gizi

(energi dan protein) IMT


(48)

32

B. Definisi Operasional

Berikut adalah tabel definisi operasional dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. IMT

(Indeks Massa Tubuh)

Keadaan gizi responden yang dihitung melalui pengukuran

antropometri yaitu berat badan (dalam kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (dalam meter)

Menimbang berat badan dalam kg dan

mengukur tinggi badan dalam meter

1.Timbangan digital untuk menimbang BB 2.Mikrotois

untuk

mengukur TB

Kg/m2 Rasio 0. gizi kurang,

jika IMT <18,5 1. Normal, jika IMT 18,5-24.99 2. Gizi lebih, jika IMT≥ 25

Ordinal

2. Asupan energi

Total rata-rata makanan yang mengandung energi yang dikonsumsi responden dalam bentuk Kkal diperoleh dari hasil Semiquantitative FFQ.

Wawancara Kuesioner (form.. Semiquantitative

FFQ)

Kkal Rasio

3. Asupan protein

Total rata-rata makanan yang mengandung protein yang dikonsumsi responden dalam bentuk gram diperoleh dari hasil Semiquantitative FFQ.

Wawancara Kuesioner (form.. Semiquantitative

FFQ)

Gram Rasio

5. Aktivitas Fisik

Jumlah energi yang dikeluarkan tubuh permenit-nya dalam waktu seminggu.

Wawancara Kuesioner International Physical Activity

Questionnaire (Short Last 7

Days) Skor METs-min/minggu Rasio 0. aktivitas ringan 1. aktivitas sedang 2. aktivitas berat Ordinal

6.. Status merokok

Kebiasaan responden secara teratur menghisap rokok dalam sehari-hari

Wawancara Kusioner 0. Perokok 1. Bukan perokok


(49)

C. Hipotesis

1. Adanya perbedaan rata-rata IMT antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016 secara signifikan.

2. Adanya hubungan status merokok dengan IMT pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016 secara signifikan.

3. Adanya perbedaan rata-rata asupan gizi (energi dan protein) antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016 secara signifikan.

4. Adanya perbedaan rata-rata aktivitas fisik antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016 secara signifikan.

5. Adanya hubungan status merokok dengan aktivitas fisik pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016 secara signifikan.


(50)

34 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain cross sectional menggunakan deskripsi komparasi. Disain cross sectional merupakan penelitian menguji teori untuk menunjukkan hubungan antar variabel, data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Deskripsi komparasi dipilih karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui IMT, asupan gizi (energi dan protein) antara kelompok perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Esa Unggul pada bulan November 2015 sampai Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel

Berikut adalah populasi dan sampel dalam penelitian ini. 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Esa Unggul berjenis kelamin laki-laki angkatan 2013. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 683 orang.


(51)

Berikut merupakan hasil dari skrining yang dilakukan peneliti pada total populasi.

Tabel 4.1

Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Status Merokok

Fakultas n

Total

Perokok Bukan Perokok

Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%)

Fakultas Ekonomi 134 45 6,6 89 13,0

Fakultas Teknik 53 25 3,7 28 4,1

Fakultas Ilmu Komputer 154 57 8,3 97 14,2

Fakultas Komunikasi 97 28 4,1 69 10,1

Fakultas Hukum 73 23 3,4 50 7,3

Fakultas Desain Dan Industri 46 15 2,2 31 4,5

Fakultas Kesehatan 71 7 1,0 64 9,4

Fakultas Fisioterapi 32 4 0,5 28 4,1

Fakultas Psikologi 23 7 1,0 16 2,3

Total 683 211 30,9 472 69,1

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah diambil mahasiswa Universitas Esa Unggul berjenis kelamin laki-laki angkatan 2013 kelas regular yang bersedia menjadi responden. Kriteria sampel ekslusi adalah responden yang menderita PJK, DM, Hipertensi, ginjal, TB paru, dll.

3. Besar Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini di tentukan menggunakanr umus uji hipotesis beda proporsi (Lemeshow dkk, 1991):


(52)

36

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

p1 : Proporsi merokok dan gizi kurang (Rochman, 2013) p2 : Proporsi tidak merokok dan gizi kurang (Rochman, 2013) P : Rata-rata proporsi (p1+ p2/2)

− ⁄ : Derajat kepercayaan α = 5% (Z-score=1.96) − : derajat kepercayaan β = 20% (Z-score=0.84)

Tabel. 4.2

Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya Variabel

Dependen

Variabel Independen

P1 P2 Jumlah sampel

Sumber Status Gizi Status

Merokok 0,66 0,33 35 Rochman, 2013 Pola

konsumsi

Status

Merokok 0,55 0,92 22 Aginta, 2012. Aktivitas

fisik

Status

Merokok 0,0 0,23 29 Harpsari, 2014

Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal pada tabel 4.2 pada sampel minimal terbesar sebanyak 35 orang. Untuk mengantisipasi adanya data yang kurang atau hilang maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel. Oleh karena itu, jumlah sampel minimal adalah 39 orang. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan beberapa variabel pada dua kelompok, maka untuk satu kelompok minimal sampel 39 orang. Namun, pada penelitian ini peneliti berhasil mendapatkan masing-masing kelompok berjumlah 110 sampel.


(53)

4. Teknik sampel/ alur pengambilan sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara proposional berdasarkan jurusan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode probability sampling pendekatan teknik simple random sampling dengan cara membuat kerangka sampling dari daftar mahasiswa angkatan 2013 Universitas Esa Unggul. Kerangka sampling dibuat berdasarkan nomor urut daftar nama mahasiswa laki-laki yang diberikan oleh bagian departemen administrasi akademik Universitas Esa Unggul.

Kerangka sampling di buat berdasarkan status merokok, sehingga terdapat dua kerangka sampling yaitu kerangka sampling perokok dan kerangka sampling bukan perokok. Kerangka sampling perokok dibuat berdasarkan temuan perokok dari hasil skrining sebanyak 211 mahasiswa kemudian dipilih 110 sampel dan bukan perokok dipilih dari 472 mahasiswa menjadi 110 sampel. Berikut ini pembagian jumlah sampel per-fakultas mahasiswa Universitas Esa Unggul angkatan 2013 tahun 2016.


(54)

38

Tabel 4.3 Pembagian Jumlah Sampel Per Fakultas Mahasiswa Universitas Esa Unggul angkatan 2013 tahun 2016

Fakultas Perokok Bukan Perokok

Fakultas Ekonomi 23 21

Fakultas Teknik 13 7

Fakultas Ilmu Komputer 30 23

Fakultas Komunikasi 15 16

Fakultas Hukum 12 12

Fakultas Desain Dan Industri 8 7

Fakultas Kesehatan 4 15

Fakultas Fisioterapi 2 7

Fakultas Psikologi 4 4

Total 110 110

D. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari responden. Pengumpulan data primer diluar jam kuliah dibantu dengan enumerator atau mahasiswa gizi. Data primer yang dikumpulkan diantaranya yaitu:

1. Data tentang IMT (Indeks Massa Tubuh) mahasiswa Universitas Esa Unggul. Data tersebut didapatkan melalui penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunakan mikrotois. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dilakukan tiga kali pengukuran pada alat


(55)

ukur yang sama. Hasil pengukuran yang dilakukan tiga kali dijadikan rata-rata kemudian dimasukan ke dalam rumus untuk mendapatkan IMT.

2. Data tentang merokok mahasiswa Universitas Esa Unggul, didapatkan melalui jawaban responden yang terdapat di kuesioner. Kuesioner tersebut berasal dari peneliti sebelumnya dan sudah dilakukan uji validitas dan telah digunakan berulang kali pada kalangan mahasiswa.

3. Data tentang asupan gizi (energi dan protein) mahasiswa Universitas Esa Unggul didapatkan melalui wawancara dengan mengisi lembar Semiquantitative FFQ.

4. Data tentang aktivitas fisik mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum didapatkan melalui jawaban responden dengan pengisian kuesioner IPAQ yang telah digunakan berulang kali pada kalangan mahasiswa.

Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2-3 orang mahasiswa peminatan Gizi Universitas Esa Unggul angkatan 2013. Prosedur yang akan dilakukan dalam pengambilan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiaan penelitian hal-hal yang dilakukan antara lain:

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui distribusi jumlah perokok di Universitas Esa Unggul dengan mendatangkan


(56)

40

kelas-kelas dan menyebarkan formulir yg berisi nama, jurusan, no. tlp dan status merokok.

2. Peneliti membuat surat perijinan penelitian dari akademik Prodi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dan meminta perizinan serta meminta daftar nama mahasiswa Universitas Esa Unggul angkatan 2013 ke bagian departemen administrasi akademik. Setelah mendapatkan perizinan, peneliti meminta izin untuk peminjaman ruangan ke bagian Sarana dan Prasarana Universitas Esa Unggul.

3. Peneliti melakukan peminjaman alat seperti mikrotois, timbangan digital ke bagian Laboratorium Peminatan Gizi Masyarakat prodi Kesehatan Masarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti juga melakukan uji keakuratan timbangan digital yang dipinjam.

Tahapan yang akan dilakukan pada saat pelaksaanan penelitian antara lain:

1. Pemilihan responden

Pemilihan responden dilakukan dengan cara pengundian hasil kerangka sampling sehingga diperoleh mahasiswa yang terpilih menjadi responden. Selanjutnya, peneliti menghubungi responden yang terpilih dengan cara mengirimkan SMS (Short Message Service) dengan tujuan untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan serta menanyakan ketersediaan mereka menjadi


(57)

responden dalam penelitian ini. Apabila responden yang terpilih dalam waktu 1x24jam tidak membalas SMS, peneliti akan menelpon responden tesebut. Jika ada yang tidak bersedia menjadi responden peneliti akan menggantinya dengan responden lain yang didapatkan dengan cara yang sama seperti tahap awal.

2. Pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) dilakukan sebanyak tiga kali pada alat dan oleh orang yang sama. Hasil pengukuran tersebut dicatat didalam kuesioner dan hasil pengukuran tiga kali tersebut dirata yang kemudian nilai rata-rata tersebut digunakan sebagai perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden.

3. Pengambilan data mengenai karakteristik responden, perilaku merokok dan aktivitas fisik dilakukan dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner.

4. Pengambilan data asupan zat gizi

Data mengenai asupan zat gizi didapatkan dari hasil wawancara menggunakan lembar semiquantitative FFQ yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 2-3 orang mahasiswa peminatan Gizi Universitas Esa Unggul angkatan 2013. Pada saat wawancara, responden peneliti menggunakan food picture untuk membantu responden mengestimasi makanan yang dimakan.


(58)

42

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang berasal dari suatu instansi atau data yang didapatkan bukan hasil dari dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu daftar nama mahasiswa. Data tersebut diperoleh dari bagian departemen administrasi akademik Universitas Esa Unggul.

2. Metode Pengumpulan Data a. Variabel IMT

1. Instrumen: Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data IMT yaitu timbangan digital dan mikrotois. Timbangan digital untuk mengukur berat badan (dalam kg) dan mikrotois untuk mengukur tinggi badan (dalam cm).

2. Cara ukur: Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dilakukan tiga kali pengukuran pada alat ukur yang sama. Pada saat melakukan penimbangan berat badan responden menggunakan pakaian seminimal mungkin atau melepaskan benda yang melekat pada tubuh, kedua tangan bergantung di sisi tubuh dan posisi tegak dengan pandangan lurus ke depan. Pada saat pengukuran tinggi badan responden melepaskan alas kaki dan berdiri tegak lurus tumit menyentuh siku dinding dengan kedua tangan bergantung pada sisi tubuh dan pandangan lurus ke depan.


(59)

3. Hasil ukur: Hasil pengukuran tersebut ditulisakan pada kuesioner point C. Hasil pengukuran yang dilakukan tiga kali dijadikan rata-rata kemudian dimasukan ke dalam rumus untuk mendapatkan IMT. Berdasarkan Kemenkes (2010), jika IMT < 18.5 maka tergolong status gizi kurang, jika IMT 18.5-24.99 tergolong status gizi normal dan status gizi lebih jika IMT ≥ 25.

b. Variabel asupan gizi

1. Instrumen: Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data tentang pola konsumsi (energi dan protein) mahasiswa Universitas Esa Unggul didapatkan melalui wawancara dengan mengisi lembar semiquantitative FFQ. Lembar semiquantitative FFQ yang digunakan sudah tervalidasi dan banyak digunakan peneliti lain. 2. Cara ukur: Data asupan gizi (energi dan protein) diperoleh dengan

cara peneliti menanyakan frekuensi bahan makanan yang terdapat di lembar semiquantitative FFQ kemudian menanyakan makanan yang dimakan responden dalam waktu satu kali makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT). Peneliti menggunakan bantuan food picture dalam memperkirakan ukuran berat dan takaran makanan minuman yang responden konsumsi. Pengonversian ini dilakukan dengan software penghitung asupan zat gizi.

3. Hasil ukur: hasil ukur asupan menggunakan rata-rata dalam satuan jenis asupan gizi.


(60)

44

c. Variabel merokok

1. Instrumen: Instrumen yang digunakan untuk variabel merokok mahasiswa Universitas Esa Unggul, yaitu kuesioner. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini sudah sering digunakan pada penelitian lain dikalangan mahasiswa.

2. Cara ukur: Data tentang merokok didapatkan melalui jawaban responden yang terdapat di kuesioner.

3. Hasil ukur: Dikatakan merokok jika responden pada saat wawancara masih merokok secara teratur, dikatakan tidak merokok jika responden tidak pernah menghisap rokok atau > 6 bulan tidak merokok secara teratur (sesekali) (Chiolero, 2007)

d. Variabel aktivitas fisik

1. Instrumen: Data tentang aktivitas fisik mahasiswa Universitas Esa Unggul, didapatkan melalui jawaban responden dari International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) yang ada di kuesioner poin D.

2. Cara ukur: Aktivitas fisik diukur berdasarkan kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan responden selama seminggu terakhir sebelum wawancara. Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam MET-menit/minggu berdasarkan penjumlahan dari aktivitas fisik berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat dalam durasi (menit) dan frekuensi (hari). MET merupakan hasil dari perkalian Basal Metabolic Rate dan MET-menit merupakan hasil dari perhitungan


(61)

dengan mengalikan skor MET dengan kegiatan yang dilakukan dalam menit. Nilai MET untuk berjalan adalah 3.3, aktivitas sedang adalah 4.0, dan aktivitas berat adalah 8.0 (IPAQ, 2005).

Total MET-menit/minggu = aktivitas berjalan (METs x durasi x frekuensi) + aktivitas sedang (METs x durasi x frekuensi) + aktivitas berat (METs x durasi x frekuensi).

3. Hasil ukur: Hasil ukur aktivitas fisik dijadikan rata-rata skor METs-min/minggu dan dapat dikategorikan menjadi aktivitas berat (≥1500 METs-menit/minggu), aktivitas sedang (600 – 1500 METs-menit/minggu, dan aktivitas ringan (<600METs-menit/minggu).

E. Pengolahan Data

Kuesioner yang telah di isi oleh responden dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukan dan diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan program pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Manajemen Data

a. Pemeriksaan Data (editing)

Kuesioner yang telah diisi oleh responden diperiksa kelengkapannya oleh peneliti/enumerator sebelum meninggalkan responeden karena dikhawatirkan ada pertanyaan yang terlewati.


(62)

46

b. Pemberian Kode (coding)

Coding pada penelitian ini yaitu peneliti/enumerator memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam mengolah dan menganalisis data serta berpedoman pada definisi operasional.

c. Memasukan Data (entry)

Data yang telah dikode kemudian dimasukan kedalam program komputer untuk di olah. Data diolah menggunakan program komputerisasi.

d. Cleaning

Pemeriksaan kembali data yang telah dientry untuk memastikan data tersebut tidak salah sehingga data siap untuk di analisa.

2. Analisis Data a. Univariat

Analisis data univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi setiap variabel penelitian, seperti status merokok, IMT, pola konsumsi (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan aktivitas fisik pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. Setelah dilakukan uji statistik deskriptif, maka data disajikan berupa tabel frekuensi yang selanjutkan akan di interpretasikan.

b. Bivariat

Pada analisis bivariat IMT dan aktivitas fisik dengan status merokok menggunakan uji Chi Square. Hal ini bertujuan untuk


(63)

mengetahui kemaknaan hubungan secara statistik. Uji Chi Square dipilih sesuai dengan salah satu kegunaannya, yaitu untuk menguji independensi antara dua variabel.

Pada analisis bivariat untuk variabel IMT, asupan energi (energi dan protein) dan aktivitas fisik berdasarkan status merokok (perokok dan bukan perokok) dianalisis menggunakan t-test independen. Hal ini bertujuan untuk membandingkan nilai mean masing-masing variabel antara kedua kelompok tersebut.


(64)

48 BAB V HASIL

A. Gambaran Perilaku Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Hasil skrining dari 683 ditemukan 211 mahasiswa yang tergolong perokok. Berdasarkan perhitungan rumus besar minimal sampel maka, responden perokok dipilih secara acak sebanyak 110 responden.

Berikut merupakan perilaku merokok pada responden yang saat wawancara tergolong menjadi perokok.

1. Distribusi Perokok berdasarkan Kategori Perokok, Jenis Rokok yang Dihisap, dan Waktu Merokok.

Berikut ini distribusi responden berdasarkan kategori perokok, jenis rokok yang dihisap, dan waktu merokok:

Tabel 5.1

Distribusi Status Kategori Perokok, Jenis Rokok yang Dihisap, dan Waktu merokok.

Variabel Frekuensi (N) Presentase (%) Kategori Perokok

Perokok Ringan (1-9) 68 61,8 Perokok Sedang (10-19) 32 29,1

Perokok Berat (≥20) 10 9,1

Total 110 100%

Waktu Merokok

Sebelum Makan 2 1,8 Sesudah Makan 52 47,3 Tidak Tentu 52 47,3 Lainnya 4 3,6


(65)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa berdasarkan variabel kategori perokok sebanyak 68 (61,8%) responden termasuk perokok ringan. Jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok filter, yaitu sebanyak 100 orang (90,9%). Pada Tabel 5.1 juga dapat terlihat kesamaan waktu yang digunakan responden untuk merokok yaitu sesudah makan 52 responden (47,3%) dan tidak tentu sebanyak 52 responden (47,3%). Waktu merokok responden secara tidak tentu maksudnya, yaitu responden merokok sebelum dan sesudah makan.

B. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu alat pengukuran untuk mengetahui status gizi pada orang dewasa atau seseorang yang sudah berusia 18 tahun ke atas. Berikut distribusi responden berdasarkan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT):

Tabel 5.2

Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Status Merokok Mean SD Min Max

Perokok 22,42 4,48 16,28 37,24

Bukan Perokok 23,07 4,94 15,01 36,92

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata IMT responden perokok adalah sebesar 22,42 kg/m2 dan 23,07 kg/m2 pada responden bukan perokok.


(66)

50

Berdasarkan Kemenkes RI (2010) status gizi berdasarkan IMT dikategorikan menjadi kurus, normal, overweight dan obesitas. Namun, pada penelitian ini status gizi berdasarkan IMT dikategorikan menjadi tiga kategori, kurus menjadi gizi kurang, overweight dan obesitas menjadi gizi lebih.Sehingga kategori status gizi berdasarkan IMT pada penelitian ini yaitu gizi kurang jika IMT <18,5, normal jika IMT 18,5-24,99 dan gizi lebih jika IMT ≥ 25. Berikut distribusi responden berdasarkan kategori Indeks Massa Tubuh (IMT):

Tabel 5.3

Gambaran Perokok dan Bukan perokok Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Gizi Kurang Normal Gizi Lebih Total

n % N % N % n %

Perokok 21 19,1 54 49,1 35 31,8 110 100

Bukan perokok 15 13,6 66 60 29 26 110 100

Total 36 16,36 120 54,54 64 29,1 210 100 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa gizi kurang dan gizi lebih, lebih besar pada perokok di bandingkan bukan perokok, yaitu 21 responden (19,1%) untuk gizi kurang dan 35 responden (31,8%) untuk gizi lebih.

C. Gambaran Rata-rata IMT menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Hasil analisis bivariat antara rata-rata IMT responden dengan Status merokok dapat dilihat pada tabel berikut:


(67)

Tabel 5.4

Gambaran rata-rata IMT menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Status Merokok N Mean SD Pvalue

Perokok 110 22,42 4,481

0,307

Bukan Perokok 110 23,07 4,948

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata IMT bukan perokok lebih besar dibandingkan dengan IMT perokok, yaitu sebesar 23,07 kg/m2, sedangkan rata-rata IMT perokok yaitu 22,42%. Namun, berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan IMT yang signifikan antara perokok dan bukan perokok dengan P-value 0,307.

D. Hubungan Status Merokok dengan IMT Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

Tabel 5.5

Hubungan Status Merokok dengan IMT Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

Status Merokok

Indeks Massa Tubuh Total P

Value Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

N % n % N % N %

Perokok 21 28 54 72 35 31,8 110 100

0,324 Bukan Perokok 15 18,5 66 81,5 29 26 110 100

Total 36 23,1 120 76,9 64 29,1 220 100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki IMT gizi kurang lebih banyak pada responden perokok, yaitu 28%. Hasil uji statistik menunjukkan P-value sebesar 0,324 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan status merokok.


(68)

52

E. Gambaran Asupan Gizi Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Berikut merupakan distribusi responden berdasarkan asupan energi:

Tabel 5.6

Gambaran Asupan Energi Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Mean SD Min Max

Perokok 2421 419,14 1727 3168

Bukan Perokok 2316 428,75 1528 3203

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata asupan energi pada responden perokok adalah sebesar 2421 kkal dan rata-rata asupan energi pada responden bukan perokok sebesar 2316 kkal.

Berikut merupakan distribusi responden berdasarkan asupan protein:

Tabel 5.7

Gambaran Asupan Protein Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Mean SD Min Max

Perokok 84,09 26,49 17 162

Bukan Perokok 72,52 18,85 32 137

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein pada responden perokok adalah sebesar 84,09 gram dan rata-rata asupan protein pada responden bukan perokok sebesar 72,52 gram.


(69)

F. Gambaran Rata-Rata Asupan Gizi menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

1. Distribusi rata-rata asupan energi Responden menurut Status Merokok Hasil analisis bivariat antara rata-rata asupan energi responden dengan status merokok dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8

Gambaran rata-rata asupan Energi menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Status Merokok N Mean SD Pvalue

Perokok 110 2421 419,14

0,068

Bukan Perokok 110 2316 428,752

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rata-rata asupan energi perokok lebih besar dibandingkan dengan asupan energi bukan perokok, yaitu sebesar 2421 kkal, sedangkan rata-rata asupan energi bukan perokok yaitu 2316 kkal. Namun, berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan asupan energi yang signifikan antara perokok dan bukan perokok dengan P-value 0,068.

2. Gambaran rata-rata asupan protein menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Hasil analisis bivariat antara rata-rata asupan protein responden dengan status merokok dapat dilihat pada tabel berikut:


(70)

54

Tabel 5.9

Gambaran rata-rata asupan protein menurut Status Merokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Status Merokok N Mean SD Pvalue

Perokok 110 84,09 26,49

0,000

Bukan Perokok 110 72,52 18,85

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein perokok lebih besar dibandingkan dengan asupan energi bukan perokok, yaitu sebesar 84,09 gram, sedangkan rata-rata asupan protein bukan perokok yaitu 72,52 gram. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan asupan protein yang signifikan antara perokok dan bukan perokok dengan P-value 0,000.

G. Gambaran Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Berikut merupakan distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik:

Tabel 5.10

Gambaran Skor Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul tahun 2016

Mean SD Min Max

Perokok 1118 599,2 245 2529


(1)

(2)

Kuesioner

IMT, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

Assalamualaikum wr. Wb.

Perkenalkan saya Rizkiyah, mahasiswi peminatan gizi masyarakat, program studi kesehatan masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta tahun 2011. Saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul “IMT, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016”. Saya memohon kerjasama yang sebaik-baiknya dari teman-teman demi kelancaran penyusunan skripsi saya. Mohon diisi dengan jawaban yang sejujur-jujurnya. Selain kuesioner dan lembar FFQ

saya juga akan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada teman-teman. Terima kasih atas kerjasamanya 

Saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini serta mengisi kuesioner dengan sejujur-jujurnya

TTD Responden


(3)

Kuesioner

IMT, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tahun 2016

B. Perilaku Merokok

Diisi oleh peneliti B.1

Apakah Anda pernah merokok? 0. Ya

1. Tidak, (langsung ke B10) B.2

Umur berapa pertama kali Anda merokok? 0. …….. tahun 98. tidak ingat B.3 Umur berapa Anda mulai merokok secara teratur?

0. ……… tahun 95. tidak pernah teratur 98. tidak ingat B.4 Apakah sampai saat ini Anda masih merokok ?

0. Ya, langsung ke B6 1. Tidak, langsung ke B5

B.5

Kapan Anda berhenti merokok secara rutin? (isi salah satu)

0. ………. Hari yang lalu 2. ………. Bulan yang lalu 1. ………. Minggu yang lalu 3. ………. Tahun yang lalu (berhenti disini)

B.6 Dalam 24 jam terakhir, berapa batang rokok yang Anda hisap?

………. Batang rokok (Jika tidak merokok, isi 00)

B.7 Rata-rata dalam sehari, berapa batang rokok yang Anda hisap? A. Identitas Responden

A.1 Nama lengkap : A.2 No. HP : A.3 Jurusan :


(4)

………. Batang rokok

B.8

Pada saat kapan Anda merokok? 0. Sebelum makan

1. Sesudah makan

2. Lainnya, sebutkan………

88. tidak tentu

B.9

Jenis rokok yang Anda hisap? 0. Kretek

1. Filter

88. Tidak tentu (berhenti disini)

B.10

Apakah anda akan tetap bertahan jika di sekitar anda ada yang merokok? 0. ya

1. tidak (berhenti disini) B.11

Berapa lama anda bertahan di sekitar perokok ? 0. > 3 jam/hari

1. < 3 jam/hari

B.12

Dimana anda biasa berada di antara perokok ? 0. kampus

1. rumah

2. tempat umum

C. Pengukuran Antropometri

Pengukuran 1 Pengukuran 1 Pengukuran 1 Rata-rata C.1 Berat Badan (BB) (Kg)

C.2 Tinggi Badan (TB) (m)

BACA: Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini akan bertanya tentang jumlah waktu yang anda gunakan untuk berada dalam keadaan aktif secara fisik dalam 7 hari yang lalu. Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan ini walaupun anda berpendapat bahwa anda bukanlah seorang yang


(5)

aktif. Silahkan pikirkan tentang aktivitas-aktivitas yang anda lakukan di kampus/tempat kerja, di rumah dan kawasan halaman, untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dan pada waktu senggang untuk rekreasi, senam dan olahraga.

BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik berat yang anda telah lakukan daldm 7 hari yang lalu,. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunkan daya tenaga fisik yang kuat dan membuat anda bernafas jauh lebih kuat daripada biasanya. Pikirkan hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama sekurang-kuranganya 10 menit pada sesuatu waktu.

D. Aktivitas Fisik

Diisi oleh peneliti

D.1

Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikan anda telah melakukan aktivitas fisik berat, contohnya mengangkat barang berat (lebih dari 20kg), mencangkul, senam aerobic atau bersepeda cepat?

1. ………….. hari seminggu

2. tidak ada aktivitas fisik berat. Lompat ke pertanyaan nomor D3

D.2

Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan aktivitas fisik berat tersebut dalam satu hari?

1. ………….jam ………….. menit sehari

2. tidak tahu/ tidak pasti

BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik sedang yang anda telah lakukan dalam waktu 7 hari yang lalu. Aktivitas fisik sedang adalah yang menggunakan daya tenaga fisik yang sedang dan membuat anda bernafas agak lebih kuat daripada biasa. Pikirkan hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama sekurang-kurangnya 10 menit pada sesuatu waktu.

D3

Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikan anda telah melakukan aktivitas fisik sedang, contohnya mengangkat barang ringan (lkurang dari 20kg),mengepel lantai, bersepeda pada kelajuan biasa/sedang, atau bermain badminton beregu? (tidak termasuk jalan kaki)

1. ………….. hari seminggu

2. tidak ada aktivitas fisik sedang. Lompat ke pertanyaan nomor D5

D.4

Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang tersebut dalam satu hari?

1. ………….jam ………….. menit sehari 2. tidak tahu/ tidak pasti


(6)

BACA: Pikirkan tentang waktu yang anda telah gunakan untuk berjalan kaki yang anda telah lakukan dalam waktu 7 hari yang lalu. Termasuk berjalan kaki di kampus/tempat kerja dan di rumah, berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu senggang.

D.5

Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah berjalan kaki sekurang-kurangnya 10 menit pada satu waktu?

1. ……….. hari seminggu

2. tidak ada aktivitas jalan kaki. Lompat ke pertanyaan nomor D7

D.6

Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk berjalan kaki dalam waktu sehari?

1. ………….jam ………….. menit sehari 2. tidak tahu/ tidak pasti


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH Hubungan Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Al Mukmin Sukoharjo.

0 1 18

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA PUTRI Hubungan Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Al Mukmin Sukoharjo.

0 4 17

PERBEDAAN RESPON DENYUT NADI PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK TERHADAP AKTIVITAS LARI 100 METER Perbedaan Respon Denyut Nadi Pada Perokok Dan Bukan Perokok Terhadap Aktivitas Lari 100 Meter.

0 2 15

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 12

Perbandingan Jumlah Spermatozoa Pada Bukan Perokok dan Perokok Dewasa yang Dikelompokkan Berdasarkan Indeks Brinkman.

0 7 19

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

0 0 11

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI DAN INDEKS MASSA TUBUH PADA MAHASISWA DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN.

0 0 16

Parameter Hematologi dan Asupan Protein antara Perokok dan Bukan Perokok

0 0 6

Nitric Oxide Pada Perokok dan Bukan Perokok

0 0 5