18
3.2.2.2 Pembuatan ransum standar AOAC 1995
Pembuatan ransum standar mengikuti metode AOAC 1995 dengan komposisi gizi kasein yang digunakan Lampiran 9. Tabel 3 memperlihatkan komposisi ransum standar yang diberikan
pada semua tikus percobaan. Tabel 3. Penentuan ransum percobaan AOAC 1995
3.2.2.3 Penimbangan Berat Badan Tikus
Penimbangan berat badan tikus dilakukan setiap tiga hari sekali dengan menggunakan timbangan yang terdapat di Laboratorium Hewan SEAFAST Center. Penimbangan dilakukan hingga
hari ke-21.
3.2.2.4 Pengukuran Kadar Air Feses Metode Oven SNI 01-2891-1992
Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan kering diambil dengan penjepit dan ditimbang berat awalnya.
Sampel feses kemudian dimasukkan ke dalam cawan yang sudah ditimbang berat awalnya dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105ºC selama 3 jam. Cawan yang berisi sampel yang telah
dikeringkan kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air feses tikus dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar air g100 g bahan basah = 1
Keterangan : W = bobot sampel sebelum dikeringkan g
W1= bobot contoh + cawan kering kosong g W2= bobot cawan kosong g
Komponen Sumber
Jumlah Perhitungan
Komposi si g
Protein Protein kasein
10 11. 8698
Lemak Minyak jagung
8 7.8694
Mineral Campuran mineral
5 4.7863
Vitamin Campuran vitamin
1 1
1 Serat
Carboxymethylcellulose CMC
1 1
Air Air
5 3.6231
Pati Maizena pati jagung
Sisanya 100
– lainnya 69.8514
19
3.2.2.5 Perhitungan Sel Limfosit
Dalam penelitian ini, sel limfosit diekstrak dari organ limpa tikus. Tikus percobaan diterminasi dengan cara dislokasi cervicalis dan dibedah untuk diambil organ limpanya secara steril.
Limpa dicuci dengan menggunakan phosphate buffer saline PBS steril, selanjutnya dipindahkan ke dalam cawan petri yang berisi 5 ml RPMI-1640 steril dalam keadaan dingin. Limpa digerus sehingga
diperoleh sel limfosit. Setelah digerus, limfe dimasukkan ke dalam tabung sentrifus steril dan disentrifugasi dengan
kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, sedangkan pelet sel diberi 2 ml NH
4
Cl 0.85 steril untuk melisis sel-sel darah merah selama dua menit dan segera ditambahkan 3 ml RPMI-
1640. Suspensi sel kembali disentrifus 1750 rpm selama 10 menit. Endapan mengandung sel limfosit, sedangkan supernatan dibuang dengan menggunakan pipet Pasteur. Endapan sel limfosit dicuci
kembali dengan RPMI-1640 dan diencerkan dengan 2 ml RPMI-1640. Endapan tersebut selanjutnya dihitung jumlah sel yang hidupnya dengan bantuan pewarna tryphan blue dengan perbandingan 1:1.
Sebanyak 50 l campuran ditempatkan dalam hemasitometer. Penghitungan dilakukan dengan
perbesaran mikroskop 400 kali. Sel yang hidup tidak berwarna dan secara visual dinding selnya tampak kompak. Sedangkan sel yang mati terlihat berwarna biru karena membran sel telah rusak
sehingga dinding sel terlihat keriput. Jumlah sel yang hidup dihitung pada area dua kotak besar yang masing-masing terdiri dari 16
kotak kecil. Sel yang terhitung merupakan proliferasi limfosit mencit secara in vivo. Proliferasi sel limfosit dihitung dengan rumus:
2
3.2.2.6 Analisis Kadar MDA Hati dan Ginjal Tikus Percobaan
Prangdimutri et al. 2009
Sebanyak 1.25 g hati atau 0.25 g ginjal segar dicacah pada kondisi dingin dalam 2.5 ml larutan PBS phosphate buffer saline yang mengandung 11.5 gL KCl. Homogenat disentrifugasi dua
kali pada 4,000 rpm selama 10 menit. Sebanyak 1 ml supernatan yang diperoleh ditambah 4 ml HCl dingin 0.25 N yang mengandung 15 TCA, 0.38 TBA, dan 0.5 BHT. Campuran dipanaskan
pada suhu 80ºC selama 1 jam. Setelah dingin, campuran disentrifugasi pada 3,500 rpm selama 10 menit. Absorbansi supernatan diukur pada panjang gelomba
ng 532 nm. Sebagai larutan standar digunakan TEP tetraetoksi propana. Perhitungan dan kurva standar TEP dapat dilihat pada Lampiran
1.
3.2.2.7 Analisis Aktivitas SOD Hati dan Ginjal Tikus Misra dan Fredovich 1972