Kedelai Sejarah dan Perkembangan Tempe

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai

Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies Glycine max disebut kedelai putih, biji dapat berwarna kuning, agak putih, atau hijau dan Glycine soja kedelai hitam, berbiji hitam. G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe

Tempe adalah makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ragi tempe. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksi dan pencegah penyakit degeneratif. Tempe merupakan makanan tradisional yang sudah dikenal sejak berabad- abad yang lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Kata tempe diduga berasal dari bahasa jawa kuno. Pada zaman jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali pada era tanam paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat jawa terpaksa menggunakan hasil Comment [IP2]: Perbaiki kalimat pekarangan sebagai sumber pangan, seperti singkong, ubi dan kedelai. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang- orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji, kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Dengan adanya tempe dan kandungan gizi yang dimilikinya, serta harga yang sangat terjangkau, menyelamatkan masyarakat miskin dari malgizi malnutrition 1 .

2.3 Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe