environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis”. Kotler dan Lee 2005 menyatakan
“Corporate social responsibility is a commitment to improve community well4 being through discretionary business practices and contributions of corporate
resources”. Yakni komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penerapan praktek bisnis yang baik dan sumbangsih sumberdaya yang
dimiliki perusahaan. Berdasarkan beragamnya definisi yang dikemukakan oleh para pakar
tersebut berarti sampai saat ini belum ada sebuah definisi tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Namun demikian konsep ini
menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan Wibisono,
2007. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam kegiatannya juga harus memperhatikan tiga hal yaitu keuntunganprofit, masyarakat, dan
lingkungan tripple bottom line. Ketiganya harus berjalan sinergis dan berkesinambungan agar tercipta iklim perusahaan yang baik sehingga eksistensi
perusahaan juga terjamin dengan citra atau reputasi positif yang didapatnya dari konsumen dan masyarakat.
2.1.2 Cara Pandang Perusahaan Mengimplementasikan CSR
Cara pandang perusahaan melakukan TJSP atau alasan perusahaan menerapkan TJSP bisa diklasifasikan sebagai berikut Wibisono, 2007:
1. Sekedar basa5basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven faktor eksternal, environmental driven karena terjadi
masalah lingkungan dan reputation driven karena ingin mendongkrak citra perusahaan.
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban compliance. CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
internal driven. Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2.1.3 Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Adapun tahap5tahap dalam penerapan TJSP atau CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya yaitu Wibisono, 2007:
1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu
Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan
lain5lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek5aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah5langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Pada tahap membangun CSR manual, upaya dapat dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu
memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu,
efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus
diperhatikan seperti pengorganisasian sumberdaya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan,
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari
tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta
capaian perusahaan
dalam implementasi
CSR sehingga
dapat mengupayakan perbaikan5perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi,
baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.4 Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Beberapa manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya Wibisono, 2007:
1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan; 2. Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus
dapat beroperasi;
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan;
4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya; 5. Membentangkan akses menuju market;
6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi;
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders; 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator;
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; dan 10. Peluang mendapatkan penghargaan.
Rogovsky 2000 dalam Wibisono 2007 menyusun sebuah tabel tentang keterlibatan komunitas5perusahaan sebagai berikut.
Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas5Perusahaan
Komunitas pada Perusahaan Perusahaan pada Komunitas
5 Reputasi dan citra yang lebih baik
5 Lisensi untuk beroperasi secara sosial
5 Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja
lokal 5
Keamanan yang lebih besar 5
Infrastruktur dan lingkungan sosial5ekonomi yang lebih baik
5 Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk
memiliki komitmen yang tinggi 5
Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu
5 Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi
5 Peluang penciptaan kesempatan
kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan
5 Pendanaan investasi komunitas,
pengembangan infrastruktur 5
Keahlian komersial 5
Kompetisi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat
5 Representatif bisnis sebagai
jurus promosi bagi prakarsa5 prakarsa komunitas
2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat
2.2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat
Dunham 1958 dalam Rukminto 2003 mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai upaya yang terorganisir yang dilakukan guna
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal
tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembaga5 lembaga sukarela”. Dunham juga menyatakan ada lima prinsip dasar
pengorganisasian masyarakat ataupun pengembangan masyarakat. Prinsip5prinsip tersebut adalah:
1. Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat yang dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan kehidupan masyarakat,
tidak dilakukan untuk segmen tertentu; 2. Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat,
tidak hanya menekankan pada pendekatan multi profesi, tetapi juga multi lapisan profesi multi vocational;
3. Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa multi purpose pada wilayah pedesaan;
4. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal; dan 5. Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat community development adalah kegiatan
pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan