Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi  dimana  masyarakat  memiliki  pengaruh  dalam  proses  pengambilan
keputusan.
6. Kemitraan  partnership.  Pada  tangga  partisipasi  ini,  pemerintah  dan
masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi  antara  masyarakat  dan  pemegang  kekuasaan,  baik  dalam  hal
perencanaan,  pelaksanaan,  maupun  monitoring  dan  evaluasi.  Kepada masyarakat  yang  selama  ini  tidak  memiliki  akses  untuk  proses  pengambilan
keputusan  diberikan  kesempatan  untuk  bernegosiasiai  dan  melakukan kesepakatan.
7. Pendelegasian  kekuasaan  delegated  power.  Ini  berarti  bahwa  pemerintah
memberikan  kewenangan  kepada  masyarakat  untuk  mengurus  sendiri beberapa  kepentingannya,  mulai  dari  proses  perencanaan,  pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan program.
8. Kontrol  masyarakat  citizen  control.  Dalam  tangga  partisipasi  ini,
masyarakat  sepenuhnya  mengelola  berbagai  kegiatan  untuk  kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah.
2.3.3    Faktor:Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kondisi  sosial  ekonomi  peserta  program  menentukan  partisipasi  dalam
pelaksanaan  CSR  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Pangestu  sebagai  karakteristik individu.  Menurut  Pangestu  1995  dalam  Ramadyanti  2009  terdapat  beberapa
faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu:
1.   Faktor  internal,  mencakup  karakteristik  individu  yang  dapat  mempengaruhi individu  tersebut  untuk  berpartisipasi  dalam  suatu  kegiatan.  Karakteristik
individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok; dan
2.   Faktor  eksternal,  meliputi  hubungan  yang  terjalin  antara  pihak  pengelola proyek  dengan  sasaran  yang  dapat  mempengaruhi  partisipasi  karena  sasaran
akan  dengan  sukarela  terlibat  dalam  suatu  proyek  jika  sambutan  pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan
pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tersebut tidak akan ragu untuk berpartisipasi dalam proyek.
Menurut  Silaen  1998  dalam  Ramadyanti  2009,  semakin  tua  umur seseorang  maka  penerimaannya  terhadap  hal5hal  baru  semakin  rendah.  Hal  ini
karena orang  yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan  dengan nilai5nilai  lama  sehingga  diperkirakan  sulit  menerima  hal5hal  yang  bersifat  baru.
Pangestu  1995  dalam  Ramadyanti  2009  menyebutkan  bahwa  semakin  tinggi pendidikan  seseorang  maka  semakin  mudah  memberi  informasi  dan  pembinaan.
Ramadyanti 2009 menambahkan bahwa seseorang berpendidikan tinggi mampu memanfaatkan  informasi  pengetahuan  yang  didapat  untuk  kemudian  disebarkan
ke orang lain. Ajiwarman 1996 dalam Ramadyanti 2009 menunjukkan bahwa semakin  besar  jumlah  keluarga  menyebabkan  waktu  untuk  berpartisipasi  dalam
kegiatan  akan  berkurang  karena  sebagian  besar  waktunya  digunakan  untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.
2.4 Kerangka Pemikiran