Bahan dan Cara Kerja

50 Penelitian ini memiliki dua variabel independen yaitu nyeri tenggorok dan suara serak. Tabel 1 : Besar sampel berdasarkan variabel Variabel independen P 1 P 2 n 1 = n 2 Nyeri tenggorok 0.2 0.667 22 Suara Serak 0.5 0.1 26 Jika besar sampel yang diambil adalah 22 orang setiap kelompok, maka besar sampel hanya dapat menjawab insiden nyeri tenggorok saja, sedangkan jika yang diambil adalah besar sampel yang terbesar yaitu 26 orang, maka dapat menjawab insiden nyeri tenggorok dan suara serak. Oleh karena itu besar sampel yang diambil adalah 26 orang pada masing masing kelompok. Jadi besar kedua sample untuk kedua kelompok adalah : 2 x 26 = 52 Jika diperhitungkan angka pengeluaran 10 5,2 maka jumlah sample adalah : 52 + 5,2 = 57 atau 58 orang dimana 29 orang untuk kelompok kumur ketamin dan 29 orang untuk kelompok kumur Benzydamine HCl 22,5 mg

3. 6. Informed Concern

Setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik, pasien mendapatkan penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani serta menyatakan secara tertulis kesediaannya dalam lembar informed concern.

3.7. Bahan dan Cara Kerja

Bahan : 1. Obat ketamin merk Ketalar produksi PT Pfizer Indonesia.Sediaan dalam vial kaca, tidak berwarna.Dilakukan pengenceran ketamin dalam NaCl 0,9 sehingga diperoleh ketamin 40 mg dalam 15 ml NaCl 0,9 . Cairan dimasukkan kedalam wadah gelap untuk menutupi warna ketamin. 2. Obat kumur Benzydamine HCL merk Tantum Verde produksi PT Soho Industri Pharmasi. Berwarna hijau.Cairan kumur benzydamine HCL ini akan Universitas Sumatera Utara 51 dimasukkan sebanyak 15 ml kedalam sebuah wadah yang gelap untuk menutupi warna Benzydamine HCl. 3. Obat – obatyaitu Midazolam produksi PT.Dexa Medica, Fentanyl produksi Janssen , Propofol 1 produksi B Braun, Rokuronium produksi PT.Kalbe Farma, Ketorolac produksi Hexpharm, Prostigmin produksi PT.Kalbe Farma, Sulfas Atropin produksi Indo Farma, dan obat-obatan lain sesuai standar pelaksanaan anestesia umum teknik intubasi. 4. Pipa Endotrakeal produksi Rusch disediakan dalam dua ukuran yaitu nomor 7, dan nomor 7,5. 5. Laringoskop merek Riester dengan ukuran yang sesuai dengan pasien. 6. Manometer pengukur tekanan intrakaf merk Rusch. 7. Stetoskop merk Littmann. 8. Monitor tekanan darah, nadi, EKG dan saturasi oksigen merk Dash 2000, Bionet 9. Mesin anestesi 10. Peralatan tambahan : Spuit 20 cc, Infus set no 18 dan kateter, Suction kateter l2F merk Pansco Cara Kerja : 1. Dilakukan penilaian pasien berdasarkan kriteria penerimaan, dan kriteria pengeluaran. 2. Dilakukan randomisasi secara blok samplingoleh relawan dan sampel terbagi dua kelompok. 3. Pasien dipuasakan selama 6 jam sebelum operasi dan dipasang infus dengan kanul intra vena nomor 18 G. 4. Sebelumnya pasien diajarkan tekhnik berkumur yang benar oleh peneliti dengan cara diperagakan didepan pasien. Adapun cairan yang dicoba adalah cairan aquadest. Berkumur dengan kepala yang terngadah selama 60 detik hingga mencapai daerah orofaring. 5. Penelitian ini menggunakan dua sukarelawan. Sukarelawan pertama mempersiapkan Obat. Obat dipersiapkan dalam wadah gelap bertutup gelap Universitas Sumatera Utara 52 dan diberi sedotan berwarna gelap. Sukarelawan pertama memberikan obat yang telah dipersiapkan kepada sukarelawan kedua. Sukarelawan kedua yang tidak mengetahui obat apa yang telah dipersiapkan tersebut kemudian menyerahkan obat kepada pasien yang juga tidak mengetahui obat apa yang telah diberikan. 6. Di ruang pemantauan pasien dipasang monitor pengukur tekanan darah, nadi, EKG dan saturasi oksigen. Pasien diminta berkumur dengan salah satu obat kumur yang sesuaikelompok selama 60 detik hingga mencapai daerah orofaring. Kelompok A: Obat kumur Ketamin 40 mg sebanyak 15ml. Kelompok B : Obat kumur Benzidamin HCl22,5 mg sebanyak 15 ml. Selesai berkumur cairan kumur lalu dibuang dalam wadah plastik yang berwarna gelap. Selesai berkumur pasien di pantau selama 10 menit. 7. Pasien dibawa ke ruang operasi, kembali dipasang monitor. Pasien berbaring diatas meja operasi, diberikan Midazolam 0,05 mg kg BB, Fentanil 2 ug kgBB secara intra vena. Dilakukan preoksigenasi dengan O 2 8 liter menit melalui sungkup muka selama 3 menit. Dilakukan induksi dengan Propofol 2 – 3 mg kg BB lalu diberikan pelumpuh otot Rocuronium 0,6 mg kg BB. 8. Penggunaan dari ETT dilakukan 3 menit sesudah induksi anestesi. Dilakukan pemasangan ETT maksimal satu kali gagal . Pemeliharaan anestesia dilakukan secara inhalasi dengan nafas kendali. 9. ETT nomor 7,5 ID untuk pria dan wanita ETT nomor 7,0 ID. Intubasi trakea dilakukan oleh peneliti dan diawasi oleh anesthesiologist, yang tidak mengetahui keberadaan masing – masing grup. 10. Kaf ETT dikembangkan dengan udara ruang untuk mencapai tekanan intra kaf 20 cm H 2 O. Tekanan intrakaf diukur secara berkala setiap satu jam dan dipertahankan dengan tekanan intra kaf 20 mmH 2 O 11. Pemeliharaan dengan inhalasi isofluran 0,8 – 1,5 vol dengan kombinasi N2O : O2 = 50 : 50 dan rokuronium. Universitas Sumatera Utara 53 12. Ventilasi dilakukan dengan menyambungkan konektor ET ke sirkuit setengah tertutup. 13. Akhir dari operasi, neostigmin dan atropin diberikan sebagai antagonis dari neuromuskular blok. 14. Setelah pasien bangun dan sadar penuh, ETT dicabut setelah dilakukansuctioning secara lembut dari sekret mulut. 15. Jalan nafas dijaga dan pasien dibawa keruang pemulihan dan diberikan oksigen melalui nasal kanul2 liter menit tanpa bantuan orofaring tube. 16. Setelah di RR, pasien diberikan analgetik ketorolak 30 mg intra vena. 17. Penilaian nyeri tenggorok dan suara serak dilakukan sebanyak 4 kali, pertama di RR 1 jam setelah pasien sadar dengan aldrette skor 9 – 10, yang kedua 6jam setelah sadar, yang ketiga 12 jam setelah sadar, dan yang terakhir 24 jam setelah pasien sadar, dinilai oleh penilai yang tidak tahu obat kumur apa yang telah diberikan terhadap pasien. Dilakukan pengamatan dan wawancara terhadap pasien secara cermat tentang adanya nyeri tenggorok dan suara serak yang dinilai dengan menggunakan pain scale dengan nilai 0 sampai 3 : Derajat nyeri tenggorok pasca operasi Skor 0 = Tidak ada nyeri tenggorok VAS 0 Skor 1= Nyeri tenggorok ringan adalah dijumpai nyeri tenggorok namun tidak nyeri pada saat menelan VAS 1 – 3 Skor 2 = Nyeri tenggorok sedang adalahdijumpai nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan VAS 4 – 6 Skor 3 = Nyeri tengorokan berat adalah dijumpai nyeri tenggorok disertai susah menelan VAS 7 – 10 Penilaian terhadap suara serak : Nilai 0: Tidak didapatkan suara serak. Nilai1 :Suara serak ringan hanya dirasakan oleh penderita, namun tidak terdengar oleh pemeriksa. Nilai 2 : Suara serak sedang dapat didengar oleh pemeriksa. Nilai 3 : Suara serak berat yaitu afonia Universitas Sumatera Utara 54 3.8.Alur Penelitian Oksigenasi Cek tekanan intrakaf Pertahankan tekanan intrakaf 20-30cmH 2 O Gambar 11 : Skema Alur Penelitian SAMPEL KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSLUSI KELOMPOK A Ketamin 40 mg Kumur 60 detik PREMEDIKASI Midazolam 0,05 mg kg BB Fentanil 2 ug kgBB INDUKSI Propofol 2 – 3 mg kg BB Rocuronium 0,6 mg . kgBB Intubasi endotrakeal Pria nomor 7,5 wanita nomor 7,0 tekanan intra kaf ETT 20 cmH 2 O Operasi selesai neostigmin + atropin Ekstubasi Nyeri tenggorok suara serak jam ke 1, 6, 12, 24 Analisa data KELOMPOK B Benzydamine HCl 22,5 mg Kumur 60 detik POPULASI Maintenence anestesi N 2 O : O 2 Isofluran rokuronium PREMEDIKASI Midazolam 0,05 mg kg BB Fentanil 2 ug kgBB INDUKSI Propofol 2 – 3 mg kg BB Rocuronium 0,6 mg . kgBB Intubasi endotrakeal Pria nomor 7,5 wanita nomor 7,0 tekanan intrakaf ETT 20 cmH 2 O Maintenence anestesi N 2 O : O 2 Isofluran rokuronium Operasi selesai neostigmin + atropin Ekstubasi Universitas Sumatera Utara 55

3.9. Batasan Operasional

Dokumen yang terkait

Perbandingan Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl 2 μg/kgBB + Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB dengan Fentanyl 2 μg/kgBB + Lidokain 1,5 mg/kgBB

4 105 105

Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

3 86 89

Perbandingan Keberhasilan Obat Kumur Ketamin dan Aspirin dalam Mencegah Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

3 55 95

Perbandingan Efektifitas Dexamethason 0,2 MG/kgBB I.V Dengan Lidokain 2% 1,5 MG/kgBB I.V Untuk Mencegah Nyeri Tenggorokan Setelah Intubasi Endotrakeal Pada Anestesi Umum

3 38 121

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

perbandingan laringoskop machintosh dalam menurunkan respon stress akibat proses intubasi endotrakeal.

0 0 14

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 mg dan Ketamin 40 mg dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal | Firza | Jurnal Anestesi Perioperatif 997 4178 1 PB

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propofol - Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

0 0 25

PERBANDINGAN PRETREATMENT LIDOKAIN 40 mg INTRAVENA DITAMBAH NATRIUM BIKARBONAT 1 mEq DENGAN KETAMIN 100 µgkgBB INTRAVENA DALAM MENGURANGI NYERI INDUKSI PROPOFOL

0 0 17

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

0 3 17