Harga, Upah dan Inflasi

D. Harga, Upah dan Inflasi

Pada umumnya para ekonom modern menetapkan bahwa upah dan harga ditentukan dengan adanya mekanisme tawar-menawar. Dalam hal ini, al-Shayba>ni> menititkberatkan bahwa upah itu ha- rus sesuai dengan standar al-ma‘ruf juga pada prinsipnya tidak boleh ada penundaan penyerahan upah, yang sama halnya dengan

penundaan hutang. Ia menyitir hadis Nabi terkait penundaan ini. 149 Untuk mengukur konsepsi al-ma‘ruf secara lebih rinci, nam-

paknya perlu didedahkan harga dan upah pekerja yang dapat ditelusuri oleh penulis.

Adapun ukuran harga yang dapat ditelusuri dari data-data se- jarah maka termasuk cukup sulit. Sebelum tahun 567 H., seperti yang ditetapkan dalam peraturan negara (al-di>wa>n al- sult}a>ni>) ukuran konstan bobot biji gandum (qat}i>‘at al-

2 qumh}) per 1 fida>n (5.929 m 150 ) adalah sekitar 3 ara>dib atau

148 Bentuk ilustrasi di atas diinspirasi oleh hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) ala Abraham Maslow (A. H. Maslow, “A Theory of Human Motiva-

tion,” Psycological Review, vol. 50 (1943): 370-396). 149 Muh}ammad ibn al-H{asan al-Shayba>ni>, al-Iktisa>b fi> al-Rizq al-

Mustat}a>b, 53.

Muh}ammad D}iya> al-Di>n al-Rays, al-Khara>j wa al-Nuz}um al- Ma>liyyah li al-Dawlah al-Isla>miyyah, 297.

sha‘i>r). 152 Ketetapan struktural ini, di samping faktor yang lain, nampaknya juga turut mempengaruhi tingkat harga bahan pokok.

Harga lebih terperinci didedahkan al-Qalaqshandi> dalam Subh} al-A‘asha>. Ia menyebut harga barang-barang pokok di tiga daerah: (1) Mesir (2) Khawa>rizm, dan (2) India. Pemilihan tiga kawasan ini nampaknya dianggap cukup mewakili gambaran harga di daerah-daerah lainnya.

Untuk daerah Mesir, disebutkan bahwa harga standar (awsat} al-as‘a>r) pada umumya adalah bahwa 1 irdab (78 kg menurut H{anafiyah atau 48,96 kg menurut yang lain) gandum (al-qumh}) seharga 15 dirham atau sekitar 508.365 Rupiah. Sedangkan al- sha’i>r per 1 irdab seharga 10 dirham atau 338.910 Rupiah. 1 rit}l (981,75 gram) daging di kisaran harga 0,5 dirham atau sekitar 16.945,5 Rupiah meskipun biasanya harganya dapat lebih tinggi dari itu. Sementara harga seekor ayam sangat tergantung dengan kondisinya yang sehat dan gemuk (jayyidah). Kisaran harganya

adalah 2-3 dirham atau sekitar 67.782 hingga 101.673 Rupiah. 153 Sementara untuk seluruh daerah Khawa>rizm, pada umumnya

harga wajar (“rakhiyyah”), kecuali di kota Karkanj, ibukota wila- yah Khawa>rizm. Harga hasil panen (ghalla>t) di ibukota ini agak ketat (mutama>sikah) maksudnya pada umumnya tinggi dan menengah, jarang sekali turun. Secara umum, dengan nilai tukar (si‘r al-s{arf) 1 Dinar senilai 6 dirham (sekitar 203.346 Rupiah), bagi masyarakat Khawa>rizm harga untuk 1 rit}l (seberat 330 dir- ham/981,75 gram) al-qumh} seharga 2,5 Dinar atau 508.365 Rupi-

ah. 2 Dinar atau 406.692 Rupiah untuk masing-masing 1 rit}l (981,75 gram) kacang India (al-Ma>sh), gandum (al-Sha‘i>r), semacam beras jenis mutiara (al-Dakhin) dan padi varietas jawars (al-Ja>wirs) 3 rit}l (sekitar 2.945,25 gram/2,945 kilogram) daging

Ara>dib adalah bentuk plural dari “ardab”. Ukuran per 1 ardab yaitu 78 kg menurut H{anafiyah atau 48,96 kg menurut mayoritas ahli hukum Islam (Ali Jum’ah Muh}ammad, al-Maka>yi>l wa al-Mawa>zi>n al-Shar‘iyyah, 39).

152 Al-Ja>hiz} menyatakan bahwa al-hint}ah} adalah bahasa orang-orang sekitar Kufah, sementara al-qumh} digunakan oleh masyarakat sekitar Syam.

Keduanya berkonotasi sama (al-Ja>hiz}, al-Baya>n wa al-Tabyi>n, vol. 1, 5; Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 1, 495.

153 Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 1, 493.

domba (al-D{a’n) seharga 1 dirham. 154 Dari konteks penulisan, data harga barang ini nampaknya merujuk pada sekitar tahun 731 H. 155

Di India, sebagaimana dikatakan Syekh Muba>rak al- Anba>ti> bahwa sebelum tahun 730 H., harga standar (awsa>t} al-

as‘a>r) al-hint}ah per mann yaitu 1,5 Dirham Hishtaka>ni 156 >, per mann al-sha‘i>r itu seharga 1 Dirham Hishtaka>ni>, per mann be-

ras seharga 1,75 Dirham Histaka>ni>, kecuali jenis-jenis tertentu beras yang harganya lebih tinggi. Per 1 mann al-h}ims} seharga 1 dirham Hishtaka>ni>, tiap 4 asta>r daging sapi dan kambing seharga 1 dirham sult}a>ni>, per ekor al-awz seharga 2 dirham hishtika>niyyah, per 4 ekor ayam seharga 1 dirham hishtika>iyyah, per 5 asta>r gula seharga 1 dirham hishtaka>ni>, seekor kambing sehat dan gemuk seharga 8 dirham hishtika>iyyah, seekor sapi sehat seharga 16 dirham hishtika>iyyah atau lebih kurang dari itu,

seekor harga kerbau juga 16 dirham. 157

Beberapa data terbatas di atas—meskipun ada yang terpaut hingga 5 abad dari masa al-Ma’mu>n—setidaknya dapat memper- dekat gambaran umum terkait harga sebagian barang-barang yang

dijual di pasar tertentu pada akhir masa rezim Abbasiyah. 158

Dalam konteks upah, gambaran umum terkait dengan besaran upah dapat dilihat setidaknya dari kasus tentara negara Abbasiyah. Dalam hal ini upah yang diberikan setidaknya sangat tergantung dengan posisi dan fungsi mereka masing-masing.

1. D. Upah Riil: Kasus Tentara Abbasiyah

Pada masa al-Ma’mu>n, di pos-pos pertahanan militer seperti ‘Ujayf, terdapat kamp yang diisi oleh empat orang pasukan kavil- eri, tiga orang penjaga, tiga orang altileri dan seorang pengkhut- bah/ahli spiritual-agama. Komandan pos ini menerima gaji (rizq)

154 Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 2, 211. 155 Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 2, 208. 156 Al-Hishtaka>ni> adalah jenis dirham yang seukuran 32 falas (al-

Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 2, 245). 157 Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A‘asha>, vol. 2, 245-246.

158 Sebagai catatan, rezim Abbasiyah secara de facto masih bertahan dari 132-903 H./753-1524 M.

sebesar 10 dinar 159 atau sekitar 23.800.000 Rupiah. Sementara mas- ing-masing kavaleri mendapat 2 dinar atau sekitar 4.760.000 Rupi-

ah. Sedangkan infantri dan penjaga satu dinar atau setara dengan 2.380.000 Rupiah dan pengkhutbah juga mendapat dua

nar. 160 Di lain tempat, seperti pos militer al-Wa>shi>fi> ditempati oleh delapan orang infantri. Pos lain seperti Burj al-Mansha>,

ditempati oleh enam orang infantri. Di kedua tempat ini, ada seorang kepala bagian (raii>s) yang digaji satu dinar dan 14 dir-

ham atau 1/6 Dinar. 161 Bila dibandingkan dengan upah pengrajin terampil di Mesir saat itu, maka upah ini relatif lebih rendah. 162

Lebih ke timur di perbatasan al-Jazi>rah, juga ditemukan ba- sis-basis militer. Pada masa al-Mans}u>r, yang nampaknya dilanjutkan hingga periode berikutnya, ditempatkan sekitar 4000 orang tentara yang berasal dari al-Jazi>rah di pos Malatya>. Setiap orang yang berjaga di sana diberi gaji sebesar 10 dinar atau sekitar 23.800.000 Rupiah. Ini disamping insentif lain sebesar 100 di-

nar. 163 Ketika basis militer al-H{adath dibangun ulang pada tahun 169 H./785 M., setiap prajurit diberi 40 dinar sebagai ‘at}a> (insen-

tif) dan uang bonus sebesar 300 dirham. Ini masih ditambah tun- jangan berupa tempat tinggal (aqta‘ahum al-masa>kin).

Perlu dicatat, bahwa perang saudara antara al-Ami>n dan al- Ma’mu>n yang sering disebut dalam literatur barat dengan “civil war” juga menyebabkan kesulitan keuangan dalam menggaji prajurit negara. Hal ini diperparah dengan manajemen keuangan al- Ami>n yang acakadut. Tercatat pada tahun 193/809, demi men- capai maksud tertentu terkait persengketaannya dengan al-

Berat dinar adalah 4,25 gram emas. 560 ribu/gram per 23 Agustus 2011. Berarti 1 dinar senilai 2.380.000 Rupiah (Lihat: M.D{iya> al-Di>n al- Reys, al-Khara>j wa al-Nuz}um al-Ma>liyyah, 359)

160 Lihat: M. Zarra Nezhad, “A Brief History of Money in Islam and Es- timating the Value of Dirham and Dinar,” Review of Islamic Economics, vol. 8,

no. 2 (2004): 51-65. Dengan patokan Nezhad, tesis kemudian ini menggunakan konversi mata uang dari USD ke IDR dengan nilai 1 USD = 8.600 IDR (per 12/9/2011).

Al-S{a>h{ib Kama>l al-Di>n ibn al-‘Adi>m, Bughyat al-T{alab fi> Ta>ri>kh H{alab, Zuhayl Zakkar, ed., vol. 1 (Beirut: Da>r al-Fikr, 1978), 209.

162 Eliyahu Ashtor, Histoire des prix et des salaires dans l'Orient médié- val (Paris: S.E.V.P.E.N., 1969), 91.

163 Al-Bala>dhu>ri>, Futu>h} al-Bulda>n, 187.

Ma’mu>n, al-Ami>n menjanjikan untuk memberi bonus sebesar 24 bulan gaji. Pada tahun 195, ia menggelontorkan dana sebanyak 200 ribu dinar kepada panglima besarnya ‘Ali ibn ‘I<sa> ibn Ma>ha>n dan kepada anaknya sebanyak 50 ribu dinar, dengan berbagai keis-

timewaan lainnya. 164 Namun ini bukan kali pertama bonus yang diberikan al-Ami>n. Sementara itu, al-Ma’mu>n hanya mem-

berikan bonus sebanyak 12 bulan gaji. 165 Untuk melihat hubungan upah ini dengan tarif hidup saat itu,

maka perlu ditelusuri berapa kira-kira indeks harga konsumen saat itu.

Upah riil biasanya dihitung dengan mengkonversikan upah nominal dengan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)

pada tahun yang bersangkutan. 166 IHK mengubah harga berbagai barang dan jasa jadi suatu indeks tunggal yang mengukur seluruh

tingkat harga. Dengan data yang terbatas, maka kriteria data yang diinput adalah harga dari dua barang dengan pembanding tahun lain yang relatif tidak terlalu lama. Data yang ditemukan adalah harga gandum pada tahun 207 (sebagai tahun dasar) dan tahun 205 (sebagai tahun terkait).

- Per 1 mann (815, 39 gram): 48 falas (pada tahun 205 H.) - Per 1 mann (815, 39 gram): 77,5 falas (pada tahun 207 H.) - 1 quafiz = 26.064 gram - 1 mann = 815, 39 gram - 1 mann = 1/32 quafiz

Al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k, vol. 10, 129; al- T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k, vol. 3, 765. 165 Al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k, vol. 3, 771. 166 N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, 5 th Edition, 30.

- 1 dirham = 62 falas

Untuk mengetahui purchasing power prajurit terhadap gan- dum, maka upah riil mereka dapat diketahui secara lebih sederhana. Misalnya, untuk membeli gandum seharga 48 falas, maka seorang prajurit dengan gaji harian terendah yaitu setengah dirham (31 fa-

las)/per hari hanya dapat membeli sekitar 526 gram gandum/hari. 167 Dengan estimasi upah harian seperti di atas, maka kekuatan

belanja prajurit tersebut relatif tidak kuat. Dengan asumsi rasionali- tas-ekonomi, maka ketika terjadi perubahan upah prajurit akan mengalami respon yang konsisten terhadap insentif. Di samping ia juga akan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi

selanjutnya. 168

2. D. Bargaining Upah

Terkait dengan tawar-menawar (bargaining) upah dapat juga ditemukan dari beberapa informasi sejarah, meski tidak selalu ber- jalan lancar seperti yang pernah terjadi pada masa al-Ma’mu>n, salah seorang pejabat bernama al-H{asan ibn Sahl kecewa dengan kinerja tentara yang bermarkas di Baghdad (al-h}arbiyyah wa al- baghda>diyyi>n) dan berniat menunda pemberian gaji. Padahal demi melihat peningkatan kinerja, sebelumnya ia menjanjikan akan memberi rapel gaji selama sekitar 6 bulan. Meskipun akhirnya gaji

yang dijanjikan dipenuhi, sempat terjadi kekacauan di Baghdad. 169 Memang dalam kerangka teori ekonomi modern, didapat

perbedaan pendapat apakah upah minimal yang tinggi menyebab- kan tingginya tingkat pengangguran, atau justru tidak berpengaruh apa-apa.

167 Ronald G. Ehrenberg dan Robert S. Smith, Modern Labor Economics, 11 th Edition, 31. W

a Ronald G. Ehrenberg dan Robert S. Smith, Modern Labor Economics, m 11 th

j Edition, 4. e r

Muh}ammad ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam wa al- a h p Mulu>k, vol. 5, 138. Up

Alasan ekonomi dasar—yang diingkaskan dalam diagram sup- ply-demand ke kanan—menunjukkan bahwa pengaturan sebuah upah minimal (w dalam grafik) di atas upah harga pasar bebas (W dalam grafik), mesti menyebabkan pengangguran. Dalam grafik di atas, pengangguran adalah jarak horizontal antara kuantitas pekerja yang disalurkan (titik B) dan kuantitas yang diminta (titik A). Se- hingga semakin tinggi upah minimal semakin tinggi pula tingkat

pengangguran. 170 Namun beberapa peneliti seperti Alan Krueger dan David Card justru menemukan bahwa tidak ada satupun dari

kasus dengan upah minimum tinggi yang tampaknya meningkatkan tingkat pengangguran. 171

3. D. Jebakan Inflasi

Beberapa sumber terbatas menyebut bahwa pada masa awal- awal Abbasiyah hingga sebelum terjadi perang sipil antara al- Ami>n dan al-Ma’mu>n, terjadi tren penurunan harga kebutuhan pokok. Namun sementara informasi menyebut bahwa pada masa al-

Rashi>d terjadi “kenaikan harga/al-ghala>’”. 172 Namun sayangnya

170 William J. Baumol & Alan S. Blinder, Economics: Principles and Pol- icy, 12 th Edition, 497

171 David Card dan Alan Krueger, Myth and Measurement: the New Eco- nomics of the Minimum Wage (Princeton, N. J.: Princeton University Press,

1995). 172 Al-Dhahabi>, Ta>ri>kh al-Isla>m, vol. 3, 360.

belum ada informasi lengkap terkait berapa kenaikan harga terse- but.

disebutkan oleh al- Jihshaya>ri>, 173 penurunan harga itu mula-mula terjadi pada masa

Menurut informasi

yang

pemerintahan Ja‘far al-Mans}u>r dan bertepatan dengan pemecatan wazirnya yang bernama Abu> Ayyu>b al-Murya>ni> yang diang- gap melakuan penyalahgunaan jabatan demi kepentingan pribadi (abuse of power). Kelihatannya, momen dua kejadian ini menun- jukkan bahwa ada “ketidaktepatan dalam tata kelola” terkait harga pasar saat itu. Terbukti, masyarakat petani—yang notabene diru- gikan—kemudian meminta agar pemerintah melakukan sistem al- muqa>samah (‘proportion of annual yield’) yang dianggap lebih adil dan dapat membantu meningkatkan pendapatan petani.

Al-Khat}i>b al-Baghda>di> merilis keterangan seseorang yang hidup pada jaman itu. Di situ disebutkan bahwa harga seekor Kibash adalah 1 dirham atau sekitar 33.891 Rupiah, seekor domba

seharga 4 dawa>niq (1 da>niq seukuran 1/6 dirham), 174 60

173 Muh}ammad ibn ‘Abdu>s al-Jihshiya>ri>, al-Wuzara’> wa al- Kutta>b, 117.

174 “Dawa>niq” adalah bentuk plural dari “da>niq”. 1 (satu) da>niq senilai dengan 2 qira>t}. Sementara 1 qira>t} adalah 2 t}assu>j. Bila dinilai

dengan dirham, satu da>niq adalah 1/6 dari 1 dirham. Sementara untuk 1 dirham terdapat perbedaan pengukuran di antara para pakar: secara historis, D{iya> al- Di>n al-Rays mengukurnya seberat 2,975 gram. Al-Kurdi> mengukurnya dengan barometer yang ditetapkan oleh ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b yaitu 2,832 gram. Sementara al-Kha>ru>f dan penyusun Mu’jam Lughat al-Fuqaha> mem- bagi dirham kepada dua fungsi: sebagai ukuran perak yaitu sebagai 2,975 gram; dan sebagai ukuran yang selain perak yaitu 3,171 gram. (Lihat: al- Fayru>za>ba>di>, al-Qamu>s al-Muh}i>t}; Muh}ammad Dhiya> al-Di>n al- Rays, al-Khara>j wa al-Nuz}um al-Ma>liyah, 354; al-Kurdi>, al-Maqa>di>r al- Shar’iyyah, 43-46; al-Kha>ru>f, al-I<d}a>h wa al-Tibya>n, M. Rawwa>s Qal’aji> & H{a>mid S{a>diq Qunaybi>, Mu’jam Lughat al-Fuqaha>, 208, 449). Pada konteks era Abbasiyah, maka pendekatan sejarah-kontekstual al-Rays nampaknya yang lebih relevan dan tepat. Dengan demikian, 1 dirham dalam konteks tesis ini senilai dengan 2,975 gram. Bila dikonversikan dengan harga perak dunia 1 oz/31,1 gr = 40,63 USD dan nilai kurs 1 IDR terhadap USD = 8.720 IDR (per 14 Nopember 2011 jam 22.30 WIB), maka harga per 1 gram pe- rak adalah: 11.392,07 Rupiah. Ini berarti bahwa harga 1 dirham tersebut adalah 33.891 Rupiah.

rit}l 175 atau sekitar 91,32 kilogram tamar seharga 1 dirham, 16 rit}l minyak seharga 1 dirham, 8 rit}l butter seharga 1 dirham, pekerja

yang bekerja dengan al-Ruzja>z di tembok pembatas kota Baghdad setiap harinya menerima upah 5 h}abba>h. 176

Terlepas dari hal itu, al-Ma’mu>n sendiri dapat disebut cukup berhasil memimpin pemerintahan. Ini setidaknya dapat dilihat secara garis besar dari kesuksesannya mengembalikan stabilitas negara baik secara ekonomi dan politik yang cukup carut marut selama empat tahun masa pemerintahan al-Ami>n. Namun demikian, kesuksesan ini bukan berarti pemerintahannya benar- benar steril dari kontraksi ekonomi. Informasi inflasi pertama yang terjadi adalah pada sekitar tahun 201 H. dimana terjadi kelaparan (maja>’ah) di daerah Rhages, Isfahan, dan Khurasan. Hal ini disebabkan oleh mahal dan sulitnya mendapatkan bahan pokok

(‘azz al-t}a’a>m). 177 Namun demikian, langkanya bahan pokok ini pada dasarnya

disebabkan oleh masih tidak stabilnya keamanan di daerah itu ka- rena sentimen anti Persia yang berkelindan dengan kepentingan elit

politik tertentu. 178 Kejadian pada tahun 201 ini nampaknya dapat dikatakan sebagai “inflasi” dalam terma ekonomi karena sifatnya

sebagai proses yang terus-menerus. Yang kedua, tercatat bahwa pada tahun 207 H., di kota tertentu yaitu Baghdad, Basrah, dan Kufah terjadi semacam “inflasi” (al- ghala>’) dimana harga 1 quafi>z (26.064 gram) gandum mencapai

40 dirham (2.480 falas) atau sekitar 1.355.640 Rupiah hingga 50

175 Ibn al-‘Ara>bi> berpendapat bahwa 1 rit}l itu adalah 12 u>qiyah. Se- dangkan 1 u>qiyah Arab itu 40 dirham, dengan demikian 1 rit}l sama dengan

480 dirham, atau 1.522,08 gram atau 1,522 kg (Muh}ammad ibn Makram ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, Edisi ke-1, vol. 11, 285; al-Kurdi>, al-Maqa>di>r al-Shar’iyyah, 43-46; al-Kha>ru>f, al-I<d}a>h wa al-Tibya>n, Muh}ammad Rawwa>s Qal‘aji> & H{a>mid S{a>diq Qunaybi>, Mu’jam Lughat al-Fuqaha>, 208, 449).

176 Al-Khat}i>b al-Baghda>di>, Ta>ri>kh Baghda>d, 70. 1 H{abbah pa- da umumnya senilai 0,06 gram, dengan demikian upah pekerja itu per harinya

sebesar 0,3 gram perak. 177 Muh}ammad ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k,

vol. 5, 143. 178 Muh}ammad ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k,

vol. 5, 140.

dirham (3.100 falas) atau sekitar 1.694.550 Rupiah. 179 Padahal har-

ga normal gandum (al-h}int}ah) per 1/mann (815, 39 gram) adalah 1,5 dirham hishtaka>ni> (setara 26.238 Rupiah). Untuk diketahui bahwa 1, 5 dirham Hishtaka>ni> sama dengan 48 falas dari 1 dir-

ham masa al-Ma’mu>n yang senilai 62 falas. 180 Meski demikian adanya, bila melihat masa pemerintahan al-

Ma’mu>n yang cukup lama yaitu sekitar 20 tahun, 181 maka data inflasi yang nampaknya hanya terjadi sekitar dua kali ini dan dalam

skala terbatas, menjadi prestasi tersendiri. Menariknya lagi bila inflasi pertama diakibatkan oleh situasi transisi politik yang buruk, maka inflasi kedua lebih dikarenakan faktor alam (natural cause), sebab adanya luapan sungai di daerah pertanian al-Sawa>d pada tahun 206, yang menyebabkan kerugian yang cukup besar pada

hasil produksi pertanian. 182 Inflasi pertama yang terjadi di kawasan Baghdad pada khususnya disebabkan adanya ulah “preman-

preman” yang memalak (nahab) dan merampok bahan-bahan pokok milik masyarakat terutama mereka yang berprofesi sebagai pedagang dan masyarakat kelas atas. 183

1 quafiz menurut Ma>likiyyah: 98 kg. Menurut Sha>fi‘iyyah, 1 quafiz adalah 24,480 kg (Muh}ammad ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Rusul wa al-Mulu>k, vol. 5, 163; Ibn Kathi>r, al-Bida>yah wa al-Niha>yah, vol. 10, 284; Rad}yy al-Di>n al-Astra>ba>dhi>, Sharh} Sha>fiyat Ibn al-H{a>jib, ed. Muh}ammad Nu>r al-H{asan, et al., vol. 2 [Beirut:Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1975], 131; Muh}ammad Qal‘aji> dan H{a>mid S{a>diq Qunaybi>, Mu‘jam Lughat al-Fuqaha>’, Edisi Kedua [Beirut: Da>r al-Nafa>is, 1988],368; Ibra>hi>m Mus}t}afa>, Ah}mad al-Zayya>t, Ha>mid ‘Abd al-Qa>dir & Muh}ammad Najja>r, al-Mu’jam al-Wa>si>t}, vol. 2 [Cairo: Majma‘ al-Lughat al-‘Arabiyyah, t.t.], 418).

1 dirham hishtaka>ni setara dengan 32 falas. Berarti 1,5 dirham hishtaka>ni> senilai 48 falas. Sedangkan 1 falas itu 62/1 dari 1 dirham masa al- Ma’mu>n Abbasiyah. Pemilihan data ini dikarenakan ada keterangan tambahan dari al-Qalaqshandi bahwa harga ini juga berlaku sebelum tahun 700-an Hijriyah (Al-Qalaqshandi>, Subh} al-A’asha>, vol. 2, 245-246; M. D}iya> al-Di>n al- Reys, al-Khara>j wa al-Nuz}um al-Ma>liyyah, 355)

181 ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Abi> Bakr al-Suyu>t}i>, Ta>ri>kh al-Khulafa>, 268.

Muh}ammad ibn Ah}mad ibn Uthma>n al-Dhahabi>, Ta>ri>kh al- Isla>m, ‘Umar ‘Abd al-Sala>m Tadmuri>, ed.,vol. 1 (Damaskus: Da>r al-Fikr, 1996), 1519.

Bandingkan dengan keterangan Ibn Miskawayh yang mendedahkan bahwa gerakan premanisme ini terstruktur dalam organisasi tertentu dan sangat

Kenaikan harga yang terjadi pasca pemerintahan al-Ma’mu>n terjadi pada tahun 228 H. di daerah sekitar jalan (utama) menuju Mekkah. Diinformasikan bahwa harga 1 rit}l (1.522,08 gram) roti seharga 1 dirham atau sekitar 33.891 Rupiah, dan meminum air sepuasnya (ra>wiyat ma>’) dihargai 40 dirham atau sekitar 1.355.640 Rupiah.

Dengan demikian, maka perkembangan inflasi pada beberapa dekade tertentu negara Abbasiyah dapat dilihat pada kolom sebagai berikut.

Kenaikan Penyebab Pemerintahan,

Tahun,

Barang

Harga Tempat

Al-Rashi>d

Ada indikasi

Al-Ami>n

Indikasi kuat Instabilitas poli- tik yang beraki- bat pada perang sipil dan krisis ekonomi

Al-Ma’mu>n 1. 201 H. (Rhages, Isfa-

1. Indikasi 1. Transisi han, Khurasan)

(satu) han sehing- Basrah dan Kufah)

H. (Baghdad,

ga stablitias gandum

politik be- seharga 40

lum matang dirham

alam”. Rupiah.

rit}l 228 H.

1. Roti

(1.522,08 (T{ari>q Makkah)

gram) roti seharga 1 dirham atau seki- tar 33.891 Rupiah

2. Air

2. 40 dirham

kental dengan aroma politis (Ibn Miskawayh, Taja>rib al-Umam, vol. 2, 95, 168).

sepuasny

atau seki- a tar 1.355.640 Rupiah.

Maka dengan demikian, gagasan al-Shayba>ni> dalam ranah teori kebijakan terhadap pengangguran, dapat dilihat sebagai ke- bijakan yang menggabungkan (konvergentif) beberapa instrumen dari tipologi-tipologi kebijakan modern terhadap pengangguran. Dalam tataran, fase pasca krisis perekonomian, inisiasi tersebut dapat dipandang sebagai kebijakan stabilisasi terhadap penganggu- ran.

Standar Hidup

Pendekatan

al-Ma’ruf

Persepsi

Proposal

al-Shayba>ni>

Jaminan Training dan Sosial

bar 3. Ilustrasi Proposal Kebijakan al-Shayba>ni>

Secara lebih gamblang, kebijakan pertama dan kedua al- Shayba>ni>, yaitu pendekatan persepsi, training, dan spesialisasi dapat diketegorikan dalam kebijakan “sisi supply” yang fokus ter-

hadap pembentukan modal manusia (human capital). 184 Sementara kebijakan income (pendapatan) dan jaminan sosial juga dapat

184 Lihat halaman 39 184 Lihat halaman 39

standar hidup “al-ma‘ru>f” dapat dibaca sebagai ukuran untuk melakukan bargaining upah dalam tipologi kebijakan institusional. Di sisi lain, standar hidup al-ma’ruf juga dapat dikaitkan dengan kebijakan manajemen demand, terutama terkait dengan teori keju- tan harga dan upah.

g k n Ti

GDP Riil

Gambar 4. Kurva Kebijakan Stabilisasi untuk melawan pengang-

guran 186

185 Lihat halaman 43

Contoh dramatis terjadi pada tahun 2009 lalu di AS. Ulasan sejarah singkat kami menyebut paling tidak ada dua metode: (1) Kongres dapat belanja lebih banyak atau mengurangi pajak (“kebijakan fiscal”), seperti yang dilakukan terkait “stimulus” tagihan pada tahun 2009 (2) The Federal Reserve (FED/Bank Sentral Amerika) dapat menurunkan tingkat bunga (“kebijakan moneter”), seper- ti yang dilakukan pada akhir 2007 dan selama 2008. Pada diagram di atas, aksi- aksi ini akan menggeser keluar kurva demand ke arah 𝐷 ! 𝐷 ! , sehingga me- nyebabkan equilibrium bergerak ke arah titik A (Diadaptasi dari William J. Baumol & Alan S. Blinder, Economics: Principles and Policy, 12 th Edition, 482- 483.

Anggaplah bahwa ketika tidak ada intervensi pemerintah, perekonomian akan mencapai equilibrium pada titik E, sementara kurva agregat demand 𝐷 ! 𝐷 ! melewati kurva agregat supply SS. Jika output yang berkorespondensi dengan titik E terlalu rendah, yang berarti membiarkan banyak pekerja menganggur, maka pemerintah dapat menekan tingkat pengangguran itu dengan meningkatkan

agregat demand. 187 Maka secara umum, resesi dan pengangguran itu lebih disebabkan oleh agregat demand yang tidak cukup (insuffi-

cient aggregate demand). Bila itu terjadi, kebijakan fiskal dan moneter yang sukses menambah demand menjadi jalan efektif un- tuk meningkatkan output dan mengurangi pengangguran. Secara normal, ini juga meningkatkan tingkat harga.