Kerja Fisik dan Aktivitas Kerja Manusia

3.4. Kerja Fisik dan Aktivitas Kerja Manusia

2 Sebagaimana diketahui secara umum, kerja manusia ada yang bersifat mental dan ada yang bersifat fisik, dan masing-masingnya mempunyai tingkat intensitas yang berbeda-beda. Tingkat intensitas yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian tenaga yang berlebihan, dan sebaliknya tingkat Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik physical work adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya power, kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual operation dimana performance kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga power maupun pengendali kerja control. Kerja fisik, seringkali dikonotasikan sebagai kerja berat ataupun kerja kasar, dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam hal kerja fisik ini maka konsumsi energi energi consumption merupakan faktor utama dan tolok ukur yang dipakai sebagai penentu berat ringannya kerja fisik tersebut. Untuk menentukan berat ringannya aktivitas kerja manusia perlu dilakukan pengukuran aktivitas kerja fisik yaitu mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Dalam pencarian metode pengukuran mengenai keseluruhan kegiatan yang dialami pekerja selama pelaksanaannya dan penyebaran informasi-informasinya ke dalam bentuk angka-angka, diperlukan pendekatan secara ilmiah dan secara teknik. 2 Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya. Hal 273 Universitas Sumatera Utara intensitas yang terlampau rendah memungkinkan timbulnya rasa jenuh dan bosan. Pada tingkat intensitas yang optimum ada di antara kedua batas ekstrim tersebut dan tentunya tidak sama untuk setiap individu. Berdasarkan perbedaan tingkat intensitas tersebut, usaha-usaha ergonomi harus diarahkan pada pencapaian tingkat intensitas yang optimum ini. Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia penentuanya biasanya berdasarkan pada kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha dalam penentuan besarnya tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini memiliki tingkat kesulitan tertentu karena terjadinya perubahan fisik yang keadaannya normal menjadi keadaan fisik yang aktif. Perubahan ini akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang digunakan, temperatur atau suhu badan, banyaknya keringat yang dikeluarkan dan komposisi kimia yang terkandung dalam urine darah. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut tersebut memiliki pengaruh yang sama. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seseorang meningkat, akan sulit ditentukan apakah akibat kerja, akibat rasa takut atau akibat temperatur ruangan yang terlalu panas. Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria Fisiologis dapat digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerjanya harus dalam keadaan normal. Universitas Sumatera Utara Volume oksigen yang dibutuhkan selama bekerja dipakai sebagai dasar menentukan jumlah kalori yang diperlukan selama kerja atas dasar persamaan satu liter oksigen = 4,7 – 5,0 kkalmenit. Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur udara ekspirasi dan kemudian kadar oksigennya ditentukan dengan teknik sampling. Dengan mengetahui temperatur dan tekanan udara, maka volume oksigen yang digunakan akan dapat diketahui. Pengukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung akan mudah dilakukan tetapi pengukuran ini kurang tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu, seperti emosi, kondisi fisik, kelamin, dan lain-lain. Sehubungan dengan pekerjaannya sendiri, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama bekerja, diantaranya cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi lingkungan, dan lain-lain. Pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan dan daya tahan tubuh pada hakekatnya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif lainnya, seperti besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan kerja, cara dan sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olah raga, jenis kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi beban dan arah gerakan dari anggota tubuh, dan lain-lain. Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tertentu akan berpengaruh pada kekuatan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut. Artinya, kekuatan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan makin rendah dan sebaliknya. Bakuan internasional menetapkan bahwa seseorang membutuhkan 2400 kkal setiap Universitas Sumatera Utara harinya untuk kebutuhan kerja internal tubuh dan kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan di rumah, di perjalanan dan sebagainya. Ini berarti energi yang tersisa untuk bekerja hanya 2400 kkal, bila dimasukkan kalorinya 4800 kkal. Bila pekerjaannya menghabiskan lebih dari ini, keadaannya akan bertambah buruk bila masukan kalorinya kurang dari 4800 kkal. Karena itu, tiga hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem kerja, yaitu : 1. Sistem kerjanya tidak membutuhkan energi tubuh lebih dari 2400 kkal. 2. Bila harus melebihinya, mesti ada makanan tambahan yang diberikan pada pekerja. 3. Walaupun tidak melebihi 2400 kkal, untuk berapapun energi kerja yang diperlukan hendaknya diperhatikan masukan kalori sehari-hari pekerja, agar kebutuhan 2400 kkal untuk aktivitas kerja tetap terpenuhi secara minimal.

3.5. Beban Kerja