BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang - kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat sesungguhnya tidak
terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial dan budaya. Sunanti 2006
Kehidupan kelompok masyarakat tidak bisa terlepas dari kebudayaannya, Sebab kebudayaan ada karena masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud dari
kebudayaan adalah adat istiadat, sedangkan upacara adalah wujud nyata aktifitas adat istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu
aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. aritonang 2009 Di daerah Pulau Sumatra bagian utara merupakan tempat berdiamnya suku
Batak Toba. Suku Batak merupakan salah satu dari sekian banyak suku-suku yang ada di Indonesia dan mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi pula. Suku
Batak dalam kemajemukannya memiliki cara hidup yang berbeda dari suku-suku lain. Dalam hal tertentu orang Batak sangat terikat oleh adat istiadat mereka dan
itu tidak meluntur sekalipun mereka hidup di luar kampung halamannya. Aritonang 2009
Universitas Sumatera Utara
Orang Batak juga sangat senang dalam berkumpul, bila orang Batak terutama kaum laki-laki berkumpul biasanya mereka senang untuk minum Tuak.
Di sekitar tempat orang Batak biasanya banyak warung tuak atau yang lebih dikenal dengan lapo tuak, kebiasaan minum tuak merupakan salah satu
kebudayaan Batak. Ikegami 1997. Tuak merupakan minuman tradisional yang dijumpai pada beberapa
daerah di Sumatera Utara, yang diperoleh dari hasil fermentasi nira aren dan nira kelapa. Tuak sebagai minuman tradisional telah menjadi turun-temurun, dimana
konsumsi tuak sangat sulit dihilangkan dari kebiasaan masyarakat. Tuak berposisi sebagai minuman khas Batak Toba, karena meminum tuak bagi orang Batak
adalah sebagai lambang pergaulan dan simbol secara adat. Aritonang 2009 Tuak diproduksi secara tradisional, sehingga sulit untuk mengetahui dan
mengontrol kadar alkohol yang ada di dalam minuman tersebut. Tetapi secara umum Sunanto 1993 melaporkan bahwa tuak hasil fermentasi nira aren yang
diperdagangkan dan dikonsumsi di Sumatera Utara rata-rata mengandung alkohol 4 . Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 151ASKV81 bahwa
minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras adalah yang mengandung alkohol 1 . Dengan demikian tuak merupakan minuman
beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan minuman keras lainnya. Aritonang 2009
Berdasarkan data Riskesdas Desember 2007 Sumatera Utara 16.864 RT prevalensi konsumsi alkohol dalam aritonang 2009, 12 bulan terakhir adalah 6.1
dan prevalensi konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 4,4. Sedangkan di
Universitas Sumatera Utara
Tapanuli Utara 640 RT prevalensi konsumsi alkohol 12 bulan terakhir adalah 17.8 dan prevalensi konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah 13,9.
Berdasarkan daerah, di Sumatera Utara prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir lebih tinggi pada daerah pedesaan sebesar 7.7 dan konsumsi alkohol 1
bulan terakhir adalah 5,5 sedangkan di perkotaan prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir sebesar 4,2 dan konsumsi alkohol 1 bulan terakhir adalah
3,0. Berdasarkan hasil konsentrasi alkohol yang terkandung dalam Tuak tersebut maka diduga bahwa masyarakat yang mengonsumsi secara terus –
menerus akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tiur 2008 dalam Aritonang 2009
kesehatan merupakan sumber untuk kehidupan dan dalam berbagai tingkatan banyak orang yang menikmati suatu kondisi sehat walau orang lain
memandang kondisi tersebut sebagai kondisi yang tidak sehat. Dari hasil penelitian Aritonang pada tahun 2009, didapat kesimpulan
bahwa mengonsumsi Tuak tidak berpengaruh pada status gizi kaum muda, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Marianti pada tahun 2007 didapat kesimpulan
bahwa kualitas tidur lansia yang mengonsumsi tuak meningkat kualitasnya dibanding lansia yg tidak mengonsumsi tuak. Peneliti juga menanyakan kepada 2
orang responden yang tinggal di daerah Pematang Siantar pada tanggal 10 oktober 2013 terkait dalam mengonsumsi Tuak, dari hasil wawancara 2 orang
tersebut didapat bahwa mengonsumsi Tuak secara tidak berlebih baik bagi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Penduduk Desa Meat sebagian besar bermata pencaharian bertani. Mereka memenuhi kebutuhan pokok dengan menjual hasil pertanian. Setiap sore setelah
pulang dari sawah atau ladang kaum laki-laki langsung ke lapo tuak untuk meminum tuak yang disertai dengan tambul sejenis cemilan yaitu daging babi,
ular, anjing dan biawak baik itu dijadikan sop ataupun digoreng. Biasanya mereka meminum tuak sambil bernyanyi, berbincang-bincang membahas masalah adat,
kondisi ladang, politik, maupun masalah-masalah yang terjadi di Desa Meat. Kebiasaan minum Tuak yang dijumpai di lapo-lapo tuak di Desa Meat,
cenderung tidak sesuai dengan yang seharusnya. Tuak seharusnya hanya diminum dalam prosesi adat, misalnya pernikahan atau kematian. Itupun tak lebih dari satu
gelas saja, dan sebaiknya diminum siang hari setelah makan. Sementara mereka minum Tuak dengan jumlah lebih dari satu gelas bahkan lebih dari 6 gelas untuk
sekali minum. Biasanya mereka membeli Tuak per teko , satu teko bisa berisi enam gelas Tuak. Bahkan kebanyakan dari mereka mengonsumsi Tuak sebelum
makan, padahal kandungan alkohol dalam Tuak tersebut cukup besar. Pria lebih sering mengonsumsi alkohol daripada wanita baik di negara berkembang maupun
di negara maju, termasuk di Desa Meat khususnya sebagai daerah penelitian. Berdasarkan hasil uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
persepsi tentang sehat dan kebiasaan mengonsumsi Tuak suku Batak Toba di Desa Meat Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir.
Universitas Sumatera Utara
1.2. RUMUSAN MASALAH