Model Pembelajaran Cooperative Learning

5. Prosedur pembelajaran kooperatif Menurut Suprijono 2009:65, ada enam tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran kooperatif : Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembe- lajaran dan mempersiapkan pe- serta didik untuk mengikuti Pembelajaran Fase 2 : Present information Menyampaikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3 : Organize students into learning teams Membantu peserta didik ke dalam tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok mela- kukan transisi yang efisien Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau Penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok 6. Keunggulan pembelajaran kooperatif Wina Sanjaya 2006:247 memaparkan beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif, antara lain : a. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir. b. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata- kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain. c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk merespon rangsangan orang lain. d. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. f. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. g. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata riil. h. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir siswa. 7. Kelemahan pembelajaran kooperatif Selain keunggulan, Wina Sanjaya 2006:248 juga memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif, antara lain : a. Untuk memahami dan mengerti filosofi strategi pembelajaran kooperatif SPK memang butuh waktu. Jika ada siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b. Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajar apa yang seharusnya dicapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa. d. Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya e. Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah. 8. Lima tipe pembelajaran kooperatif Isjoni 2007:51 memaparkan lima tipe pembelajaran kooperatif, antara lain : a. Student Teams Achievement Divisions STAD Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis. b. Jigsaw Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis. c. Group Investigation Dalam metode ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pembelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas. d. Thing Pair Share Strategi think-pair-share TPS atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah –langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir thinking, berpasangan pairing, dan berbagi sharing e. Teams Games Tournament TGT Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok. Sedangkan menurut Lie http:akhmadsudrajat. wordpress.com20080119model-pembelajaran-inovatif, ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di kelas, antara lain : a. Mencari pasangan Make a Match Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran 1994. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil memahami suatu konsep dalam suasana menyenangkan. b. Bekerja berpasangan Cooperative Script Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru. c. Berpikir Berpasangan Berempat Think Pair and Share Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. d. Berkirim salam dan soal Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya. e. Kepala bernomor Numbered Heads Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan bersosialisai dengan teman lainnya.

C. Model Pembelajaran Make a Match

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Pembelajaran kooperatif tipe make a match dikembangkan oleh Lorna Curran. Menurut Lorna Curran 1994:205, tipe pembelajaran make a match merupakan teknik atau metode pembelajaran dengan mencari pasangan kartu yang merupakan jawabansoal sebelum batas waktunya. Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka dapat mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe make a match, siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau informasi tertentu dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana yang aktif dan menyenangkan. Dengan demikian, keinginan belajar siswa meningkat dan hasil belajar yang didapat semakin baik. 2. Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match Anita Lie 2010:55 menjelaskan tahapan pembelajaran kooperatif tipe make a match , yaitu : a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konseptopik. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban. b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. c. Guru menentukan kelompok mana yang memegang soal, jawaban dan sebagai penilai. d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban. e. Setiap siswa memikirkan soaljawaban dari kartu yang dipegang. f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya soal jawaban sebelum batas waktu diberi poin. g. Siswa yang sudah mendapatkan pasangannya menunjukkan pertanyaan dan jawabannya kepada kelompok penilai. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya melebihi batas waktu akan diberi hukuman. h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

D. Motivasi Belajar

1. Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan Suryabrata 2006:70, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Menurut Mc. Donald Sardiman 1986:73, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu : a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. c. Motivasi dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsangterdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 2. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Sardiman A.M 1986:75, motivasi dalam belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Imron 1996:99, ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur tersebut adalah: a. Cita-citaaspirasi belajar b. Kemampuan pembelajar c. Kondisi pembelajar d. Kondisi lingkungan belajar e. Unsur-unsur dinamis belajarpembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar 3. Jenis-jenis motivasi Menurut Uno 2007:4 dari sudut sumber yang menimbulkannya motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Motif intrinsik Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan ransangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, atau sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. b. Motif ekstrinsik Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain Uno, 2007:4 : 1 Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya. 2 Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan dalam pendidikannya. 3 Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademik. 4 Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5 Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut Uno, 2007:10: a adanya hasrat dan keinginan berhasil; b adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c adanya harapan dan cita-cita masa depan; d adanya penghargaan dalam belajar; e adanya kegiatan menarik dalam belajar; dan f adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament pada materi jurnal penyesuaian sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

0 15 378

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi jurnal umum sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta.

0 1 279

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipes Team Games Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi jurnal penyesuaian. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

0 0 323

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta

0 5 311

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi jurnal umum sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta - USD Repository

0 7 277