77
Laporan Hasil Audit Operasional Fungsi Produksi
Bab I Informasi Latar Belakang
Virgin Cake Bakery Ungaran selanjutnya disebut “Perusahaan” berlokasi di Jln. Diponegoro No. 297 Ungaran
– Jawa Tengah, yang merupakan cabang dari Virgin Cake Bakery Jln. Parang Kusumo Raya No. 16-18 Semarang, didirikan
pada tahun 2011 oleh Bapak Suteja AW bersama istrinya Ibu Nanik.
Tujuan dari didirikannya Perusahaan adalah untuk memproduksi cake dan bakery dengan mengusung tiga konsep, yaitu rasa, harga, dan pelayanan. Secara
keseluruhan produk yang dihasilkan dapat dikelompokkan menjadi: 1.
Basahan 2.
Pastry Donat 3.
Cake 4.
Bakery
Sedangkan tujuan dilakukannya audit operasional adalah untuk: 1.
Menilai kesesuaian implementasi atas ketentuan yang ditetapkan manajemen perusahaan untuk menggambarkan efisiensi dan efektivitas fungsi produksi.
2. Menilai kegiatan dan aktivitas fungsi produksi yang memerlukan perbaikan
agar lebih efisien dan efektif.
78
Laporan Hasil Audit Operasional Fungsi Produksi
Bab II Ruang Lingkup Audit
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, audit yang saya lakukan hanya meliputi Fungsi Produksi Virgin Cake Bakery Ungaran untuk periode
Februari 2015. Audit operasional mencakup perencanaan produksi, pengendalian kualitas, produktivitas dan efisiensi, metode dan standar kerja, pemeliharaan
peralatan, organisasi manajemen produksi dan operasi, serta plant dan layout.
79
Laporan Hasil Audit Operasional Fungsi Produksi
Bab III Kesimpulan Audit
Berdasarkan temuan bukti yang saya peroleh selama audit yang saya lakukan, saya dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Kondisi:
1. Prosedur produksi yang diterapkan berdasarkan Standar Balai POM berupa
Cara Pembuatan Makanan yang Baik tidak diketahui oleh seluruh karyawan produksi sebagai hal yang setara dengan SOP. Beberapa ketentuan yang
dilanggar oleh karyawan adalah: a. Dilarang memakai perhiasan assessoris
b. Wajib memakai masker c. Wajib memakai slayer tudung kepala
2. Tidak ada penilaian atas penggunaan kapasitas produksi.
3. Karyawan bagian produksi mengambil sendiri bahan baku yang dibutuhkan di
dalam gudang tanpa memperhatikan larangan masuk gudang yang ditempel di jendela loket gudang.
4. Penggunaan mesin tanpa keahlian khusus hanya sekedar tahu cara
menggunakannya oleh semua karyawan bagian produksi. 5.
Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan kualitas produk tidak diketahui oleh semua karyawan bagian produksi.
6. Tidak ada pengujian produk dalam proses, sehingga penilaian kualitas produk
hanya dilakukan pada saat akhir oleh bagian BA. 7.
Pemusnahan material yang rusak tidak didokumentasikan.
80
Kriteria:
1. Terdapat sepuluh prosedur dalam Cara Pembuatan Makanan yang Baik yang
telah diputuskan oleh manajemen Virgin Cake Bakery untuk diterapkan oleh seluruh karyawan bagian produksi.
2. Proses produksi dilakukan sesuai jadwal pada papan jadwal produksi.
3. Selain karyawan bagian gudang dilarang masuk ke gudang.
4. Wajib menjaga kebersihan mesin alat kerja.
5. Tiga konsep perusahaan yaitu, rasa, harga, dan pelayanan sebagai jaminan
mutu dan kualitas produk. 6.
Material rusak dapat ditukarkan pada pemasok.
Penyebab:
1. Belum adanya sosialisasi yang intens kepada seluruh karyawan tentang Cara
Pembuatan Makanan yang Baik dan tidak adanya sanksi yang tegas atas pelanggaran aturan yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
2. Tidak adanya kebijakan tertulis yang mengatur tentang pemanfaatan kapasitas
menganggur dan pengelolaan produksi di atas kemampuan kapasitas. 3.
Karyawan tidak mendapatkan pelatihan secara rutin untuk peningkatan kualitas, namun hanya secara berkala dan hanya karyawan tertentu yang
terpilih saja. 4.
Tidak tersedianya prosedur tertulis untuk setiap penggunaan peralatan, pembersihan dan startup, serta pemeliharaan peralatan dan tenaga operator
yang memadai. 5.
Tidak tersedianya departemen khusus yang menangani kualitas produk. 6.
Tidak adanya perjanjian konfirmasi tertulis bersama pihak pemasok yang berkaitan dengan penukaran material rusak.
81
Akibat:
1. Cara Pembuatan Makanan yang Baik yang dianggap setara dengan SOP
perusahaan oleh pihak manajemen tidak dilaksanakan dengan baik oleh seluruh karyawan produksi sehingga berpotensi pada ketidakhigienisan
produk. 2.
Adanya potensi tidak efisien dan tidak efektifnya penggunaan kapasitas produksi, dimana terdapat kemungkinan mesin menganggur di saat pesanan
sedikit dan mesin digunakan di atas kemampuan kapasitas saat pesanan banyak.
3. Adanya potensi pengambilan bahan lebih di gudang oleh karyawan produksi.
4. Tidak efektif ketika terjadi kerusakan kecil pada mesin produksi tidak bisa
langsung diperbaiki oleh karyawan produksi. 5.
Tidak efektif ketika bagian BA yang bertugas untuk memasang barcode harga juga diberikan tanggungjawab untuk mengecek produk akhir, sehingga kinerja
bagian BA kurang maksimal. 6.
Tidak efisien ketika material yang rusak sesungguhnya bisa ditukar pada pemasok, namun langsung dibuang atau dimusnahkan begitu saja.
Karyawan yang bertanggung jawab:
Koordinator dan seluruh karyawan bagian produksi
82
Laporan Hasil Audit Operasional Fungsi Produksi
Bab IV Rekomendasi