Sistem Religi Kepercayaan Ritual-Ritual Suku Sasak

14 Gendang Belek salah satu alat musik berupa gendang berbentuk bulat dengan ukuran yang besar sehingga disebut Belek. Gendang Belek biasanya digunakan dalam tari oncer. Tari Oncer adalah salah satu tarian tradisional yang mempunyai ciri khas yaitu ada dua orang penarinya yang membawa Gendang Belek. Bahan untuk membuatnya adalah kayu Tap, kayu jenis ini ringan tetapi kuat Dekdikbud, 1988:103. 2. Ende Ende dan penjalin adalah peralatan yang digunakan pada permainan tradisional Perisean. Ende merupakan sebuah perisai yang terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Periseian adalah kesenian bela diri yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya dalah semacam latihanpedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran Dekdikbud, 1988:19. 3. Sabuk belo Sabuk belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. 4. Peralatan untuk membangun rumah Peralatan suku Sasak persiapkan dalam membangun rumah mereka, diantaranya adalah Kayu-kayu penyangga, Bambu, Bedek anyaman dari bambu untuk dinding, Jerami dan alang-alang digunakan untuk membuat atap, Kotoran kerbau atau kuda sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai, Getah pohon kayu banten dan bajur , Abu jerami digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai 5. Peralatan untuk bekerja mata pencaharian contohnya: pacul tambah, bajak tenggale, parang, alat untk meratakan tanah rejak , kodong, ancok, dan lain-lain.

2.2.5 Sistem Religi Kepercayaan

Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakatsuku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni penganut Islam Wetu Telu.Islam Wetu telu atau Islam Sasak di Lombok merupakan jenis Islam lokal yang berpadu dengan nilai-nilai adat. Islam Wetu Telu adalah orang Sasak yang meskipun mengaku sebagai Muslim, terus memuja roh para leluhur, berbagai dewa roh, dan lain-lain di dalam lokalitas mereka. Islam Jenis inilah yang 15 termarginalisasikan, mendapatkan serangan dari Islam Waktu Lima sejak dahulu sampai sekarang Budiwanti, 2000:32. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama sasak Boda. Kerukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Lombok Timur tempat tinggal suku Sasak beralan harmonis, sehingga aktifitas keagamaan dalam masyarakat terlaksana dengan baik. Dalam masyarakat Lombok yang awam menyebut kepercayaan ini dengan sebutan Waktu Telu sebagai akulturasi dari ajaran islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme, dinamisme, dan kerpercayaan Hindu. Selain itu karena penganut kepercayaan ini tidak menjalankan peribadatan

2.2.6 Ritual-Ritual Suku Sasak

1. Bau nyale Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali pada setiap akhir Februari atau Maret. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam- macam keperluan sepertisantapan Emping Nyale, ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing. Upacara Rebo dimaksudkan untuk menolak balaâ bencanapenyakit, dilaksanakan setiap tahun sekalitepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala bencanapenyakit, sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebodan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe 16 menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya. 2. Periseian Periseian adalah kesenian bela yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai Ende terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnyapepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kainpanjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadumengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena. Tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka. 3. Perang ketupat perang topat Dalam rangka pertanian, masyarakat Sasak melaksanakan Perang Topat. Inti upacara iniadalah saling melempar ketupat antara dua pihak dalam satu arena, yang dilaksanakan dalam sebuah kemalig. Hal ini dilakukan misalnya di Desa Lingsar, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Perang ketupat ini mempunyai suatu rangkaian upacara yang berlangsung berhari-hari. Tiga hari sebelum upacara saling melempar ketupat itu dilakukan upacara yang sifatnyasebagai persiapan. Pada tahap persiapan itu, kemalig, arena dan alat-alat upacara dibersihkan. Sehari sebelum upacara mereka membuat janur kebun odeg , artinya kebun kecil agung yang nantinya akan dibawa ke malig. Sebelum perang dimulai, ada acara penyembelihan kerbau dan acara-acara lainnya. Upacara ini berlatar belakang suatu kepercayaan untuk mendapatkan berkah, keselamatan, dan kemakmuran, terutama di kalangan petani. Upacara ini juga merupakanperwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat karunia yang telah dilimpahkannya kepada masyarakat. Melalui upacara ini mereka berharap akan mendapat curah hujanyang cukup, tanaman menjadi subur, tanaman terhindar dari hama, ternah pun selamat, dan sebagainya. Dengan melaksanakan perang ketupat mereka merasa telah memenuhi wasiat alam gaib. Dengan 17 kata lain mereka memuja dan menghormati sang “wali” yang disebut Datu Wali Milir. Kalangan pemeluk adama Hindu sendiri menamakan upacara ini pujawali. 4. Sabuk Belo Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awaltahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.

2.2.7 Sistem Mata Pencaharian