PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER KEBUDAYAAN SUKU SASAK PADA POGRAM EXPLORE INDONESIA DI KOMPAS TV.

(1)

PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER

KEBUDAYAAN SUKU SASAK PADA POGRAM

EXPLORE INDONESIA DI KOMPAS TV

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan Oleh:

YUDHA DELONIX RENZINA

0954010005

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"

JAWA TIMUR

2013


(2)

PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER

KEBUDAYAAN SUKU SASAK PADA POGRAM

EXPLORE INDONESIA DI KOMPAS TV

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan Oleh:

YUDHA DELONIX RENZINA

0954010005

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"

JAWA TIMUR

2013


(3)

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN V I DEO DOK U M EN T ER

K EBU DAY AAN SU K U SASAK PADA

PROGRAM EX PLORE I N DON ESI A DI

K OM PAS T V

Dipersiapkan dan disusun oleh

Y U DH A DELON I X REN Z I N A

0954010005

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal : 11 Desember 2013

Pembimbing I Penguji I

Aditya Rahman Y., ST., M.Med.Kom Aryo Bayu W., ST., M.Med.Kom.

NPT. 3 8109 10 0303 1 NPT. 3 8405 10 0307 1

Pembimbing II Penguji II

Narendra ST Kadek Primayudi,S.Sn., M.Sn.. NPT. 3 8106 13 0361 1

Ketua Jurusan Koordinator

Heru Subiyantoro, ST., MT. Aditya Rahman Y., ST., M.Med.Kom.

NPT. 3 7102 96 0061 1 NPT. 3 8109 10 0303 1

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : ………..

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni Juliardi AR., M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 00 1


(4)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Surabaya, 11 Desember 2013


(5)

iii

ABSTRAK

Tayangan televisi pada masa sekarang yang telah didominasi oleh program acara yang berbau reality show, sinetron, dan infotainment, membuat Kompas TV ingin memberikan tayangan yang berbeda. Melalui Program “Explorer Indonesia” kita diajak untuk mengenal lebih dekat dan lebih jelas mengenai kebudayaan yang ada di berbagai pelosok di Indonesia. ”Explorer Indonesia” adalah tayangan yang berjenis dokumenter, dan video dokumenter adalah media yang paling tepat untuk menampilkan sebuah realita kebudayaan secara visual dan audio. Suku Sasak merupakan suku asli yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Dalam riset yang dilakukan untuk memperoleh suatu informasi yang membantu perancangan ini, penulis menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif sebagai pendukungnya. Teknik kualitatif dilakukan dengan mewawancarai beberapa narasumber yang bisa sangat membantu untuk memberikan gambaran mengenai program dokumenter ini seperti Staff dari Kompas TV, aktivis film, dan orang Suku Sasak sendiri. Untuk teknik kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi dari target segmen sebagai audience. Selain itu Panduan dari beberapa literatur sangat diperlukan untuk mengetahui kebudayaan dari suku Sasak.

Banyak hal menarik dan unik dari suku Sasak yang menarik untuk disimak selain keindahan alam dari pulau Lombok mulai dari adat, keseharian, hingga keseniannya. Dari situ penulis bisa mendapatkan sebuah keyword “Representation

of Uniquely Culture” yang berarti suatu pemaparan dari budaya yang unik.

Dengan gaya pengambilan gambar yang mengacu pada “National Geographich” menjadikan tayangan ini sedikit berbeda dengan program dokumenter yang lainnya.

Dengan mengemas kebudayaan suku Sasak dalam sebuah video dokumenter akan menjadi sebuah tontonan yang menarik pada program “Explore Indonesia”. Diharapkan dengan adanya tayangan ini, masyarakat Indonesia bisa mengetahui kekayaan budaya yang ada di Indonesia dan bangga untuk melestarikannya.


(6)

iv

ABSTRACT

Television shows at nowaday which has been dominated by programs that like reality shows, soap operas, and infotainment, making Kompas TV want to give a different impression. Through the “Explorer Indonesia”program, we will be invited to know more close and more clearly about the culture at various places in Indonesia. “Explorer Indonesia” is a a kind of documentary program, and the documentary video is the most appropriate media for displaying a reality of cultural in visually and audio. Sasak tribe was the original people that inhabited the island of Lombok, Nusa Tenggara Barat

In the research carried out to obtain information that helps this construct, the author uses qualitative and quantitative techniques as the support. Qualitative techniques are done by interviewing some of the interviewees that can be very helpful to give an overview about this documentary program like Kompas TV Staff, film maker, and Sasak people themselves. For quantitative techniques is carried out by using a questionnaire to obtain information from the target segment as the audience. In addition some of the literature guide is indispensable for knowing the culture of Sasak.

There are a lot of beautiful and unique things of the Sasak tribe that interesting to attention in addition to the natural beauty of Lombok Island started from culture, daily activity, and arts. From there, the author can get a keyword "Representation of Uniquely Culture" which means an exposure of a unique culture. The shooting style that refers to the "National Geographich" makes this a little different impressions with other documentary programs.

With Packaging the Sasak culture in a documentary video will be a interesting show on the program "Explore Indonesia". Expected by the existence of these show, Indonesia society can know the richness of cultures in Indonesia and are proud to preserve it.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan limpahan nikmat rahmat Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Video Dokumenter Kebudayaan Suku Sasak Pada Program Explore Indonesia”

Kebutuhan audience Indonesia akan program tanyangan yang bermutu dan menarik mendukung keinginan penulis untuk membuat karya video dokumenter yang bertemakan kebudayaan. Di tengah Era globalisasi membuat tayangan ini sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. Tidak hanya untuk sekedar memberikan informasi pengetahuan kepada masyarakat, tapi juga menitikberatkan kepada rasa kebanggaan terhadap kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Melalui program tayangan yang bermutu diharapakan dapat menambah suatu pengetahuan mengenai keberagaman adat istiadat dari suatu suku khususnya suku Sasak yang terletak di Pulau Lombok. Jadi tidak hanya keindahan panorama pemandangannya saja yang dimiliki, tetapi juga pesona kebudayaan yang sangat untuk dan menarik untuk ditonton. Dengan persiapan yang matang maka selesailah program video dokumenter ini setelah melalui berbagai tahap yang dilakukan sebagai persiapan dan eksekusi final / akhir.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang mendukung hingga terselesaikannya proses Tugas Akhir ini.

Adapun penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT, sebagai Tuhan pencipta semesta alam dan segala isinya

2. Kedua orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, serta doanya

3. Bapak Aditya Rahman Yani ST., M. Med. Kom., selaku penyemangat dan dosen pembimbing penulis


(8)

vi

4. Bapak Heru Subiantoro ST., MT., sebagai Kaprogdi jurusan dekave UPN 5. Narendra ST., dan pada dosen dekave UPN atas berbagai masukannya

6. Ibu Naniek Ratni Jar., Selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN

7. Yendra Purbiantoro, Benina Galuh, Achmad Syafii, yang telah meminjamkan kameranya selam proses pengambilan gambar

8. Bapak Rianom, selaku pimpinan kesenian kabupaten Lombok utara yang telah member penginapan dan berbagai informasi kepada penulis

9. Bapak Sumiadi, selaku guru SMAN 1 Bayan, yang telah mengantarkan penulis dan memberikan beberapa dokumentasi.

10. Mas Latif, selaku wartawan Kompas lepas di Mataram, yang telah memberikan saya penginapan dan informasi

11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok

12. Abraham, yang telah mau mengisi voice over dari narasi yang ada.

13. Fahmi Zauza, atas pinjaman komputernya untuk mengedit mulai dari awal hingga akhir.

14. Semua teman-teman dekave dari berbagai angkatan yang tidak bisa saya sebuatkan satu-persatu, atas semangatnya, masukannya dan kekompakannnya

Dengan sadar atau tidak, begitu banyaknya kekurangan dalam pertanggungjawaban tertulis ini. Penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga pertanggungjawaban tertulis ini bias berguna bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Surabaya, 9 Desember 2013


(9)

vii

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

ABSTRAKSI ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 6

BAB II STUDI LITERATUR DAN EKSISTING 2.1 Studi Literatur Tentang Video Dokumenter ... 7

2.1.1 Pengertian Film / Video... 7

2.1.2 Pengertian Video Dokumenter ... 8

2.1.3 Unsur Pembuatan Film ... 9

2.1.4 Unsur Produksi Dokumenter ... 11

2.2 Studi Literatur Tentang Suku Sasak ... 12

2.2.1 Pengertian Suku ... 12

2.2.2 Sejarah Suku Sasak... 12

2.2.3 Rumah Adat ... 13

2.2.4 Peralatan Tradisional dan Benda Kebudayaan ... 13

2.2.5 Sistem Religi / Kepercayaan ... 14


(10)

viii

2.2.7 Sistem Mata Pencaharian ... 17

2.2.8 Ragam Kesenian Suku Sasak ... 18

2.2.9 Pakaian Adat ... 19

2.3 Studi Literatur Tentang Desain Komunikasi Visual ... 20

2.3.1 Studi Kamera ... 20

2.3.2 Studi Frame Size (Ukuran Gambar) ... 20

2.3.3 Studi Gerakan Kamera ... 21

2.3.4 Studi Tipografi... 22

2.3.5 Studi Layout ... 23

2.4 Studi Eksisting Pesaing ... 25

2.4.1 Studi Kompetitor ... 25

2.4.2 Studi Komparator ... 26

2.4.3 Studi Produk ... 29

2.4.4 Studi Target Konsumen ... 30

BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Definisi Judul dan Sub Judul ... 32

3.1.1 Definisi Judul... 32

3.1.2 Definisi Video Dokumenter ... 32

3.1.3 Definisi Kebudayaan ... 33

3.1.4 Definisi Suku Sasak ... 33

3.1.5 Definisi Program “Explore Indonesia” ... 34

3.1.6 Definisi Kompas TV... 34

3.2. Populasi dan Sample ... 35

3.2.1 Target Audience ... 35

3.2.2 Populasi ... 35

3.2.3 Sample ... 36

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 37


(11)

ix

3.3.2 Data Sekunder ... 38

3.3.3 Sumber Data ... 38

3.4 Metode Perancangan ... 38

3.5 Kerangka Berpikir ... 40

BAB IV KONSEP DESAIN 4.1. Hasil Analisa Riset ... 41

4.1.1 Analisa Riset Komparator ... 41

4.1.2 Analisa Wawancara... 42

4.1.3 Analisa Kuesioner ... 43

4.1.4 Analisa Wawancara ... 43

4.2. Hasil Analisa Segmentasi ... 43

4.2.1 Geografis ... 43

4.2.2 Demografis ... 43

4.2.3 Karakteristik Segmentasi ... 44

4.2.4 Sejarah ... 44

4.3. Target Segmen ... 44

4.3.1 Psikografis Target Segmen ... 44

4.3.2 Kepribadian Target Segmen ... 44

4.3.3 Demografis ... 44

4.3.4 Karakteristik ... 45

4.3.5 Consumer Journey ... 45

4.3.6 Consumer Insight Audience ... 46

4.3.7 Kesimpulan Consumer Insight dan Journey ... 47

4.3.8 Unique Selling Promotion ... 48

4.4 Perumusan Konsep Keyword ... 49

4.4.1 Bagan Konsep Keyword ... 49

4.4.2 Definisi Konsep Keyword ... 50


(12)

x

4.5.1 Deskripsi Content ... 51

4.5.2 Storyline ... 54

4.5.3 Pesan Moral Dari Isi Cerita ... 60

4.6 Deskripsi Visual ... 60

4.6.1 Grading ... 60

4.7 Deskripsi Verbal ... 63

4.8 5 C ... 63

4.8.1 Camera Angle ... 63

4.8.2 Continuity ... 65

4.8.3 Cutting ... 66

4.8.4 Close Up ... 66

4.8.5 Composition ... 68

4.9 Format... 68

4.9.1 Hardware ... 68

4.9.2 Software ... 69

4.9.3 Format Render ... 70

4.10 Deskripsi Tokoh ... 70

4.11 Deskripsi Lokasi ... 71

4.12 Konsep Audio ... 71

4.12.1 Musik Latar ... 71

4.12.2 Sound Effect ... 72

4.12.3 Dubbing Narasi ... 72

4.12.4 Narasumber... 72

4.13 Konsep Perancangan Media Pendukung ... 72

BAB V IMPLEMENTASI DESAIN 5.1 Implementasi Logo ... 92

5.1.1 Tipografi ... 92


(13)

xi

5.2 Media Utama ... 94

5.2.1 Opening Bumper Video Domukenter ... 94

5.2.2 Isi Video Dokumenter ... 96

5.3 Media Pendukung ... 101

5.3.1 Trailer ... 101

5.3.2 Poster ... 101

5.3.3 Flayer ... 102

5.3.4 Sticker ... 103

5.3.5 Kaos / T-shirt ... 103

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 104

6.2. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ………..………...106


(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Proses Video Dokumenter ... 4

Gambar 2.1. Screenshot Video Dokumenter Rapa’I Tuha ... 25

Gambar 2.2. Screenshot Video Dokumenter “Garamku Tak Lagi Asin” ... 26

Gambar 2.3. Etnik Runaway ... 27

Gambar 2.4. Logo National Geograpich ... 28

Gambar 3.1. Kerangka Berpikir ... 40

Gambar 4.1. Bumper Explore Indonesia ... 61

Gambar 4.2. Cuplikan National Geograpich ... 61

Gambar 4.3. Tone Warna Pastel ... 61

Gambar 4.4. Cuplikan Bumper Kompas TV ... 62

Gambar 4.5. Kain Tenun ... 62

Gambar 4.6. Cuplikan Begin Japanology... 62

Gambar 4.7. Cuplikan Video Klip ... 63

Gambar 4.8. Cuplikan Begin Japanology... 64

Gambar 4.9. Cuplikan Begin Japanology... 64

Gambar 4.10. Cuplikan Begin Japanology... 65

Gambar 4.11. Cuplikan Begin Japanology... 65

Gambar 4.12. Cuplikan Begin Japanology... 67

Gambar 4.13. Cuplikan Begin Japanology... 67

Gambar 4.14. Cuplikan Begin Japanology... 68

Gambar 4.15. Rumah dan Pekarangan Suku Sasak ... 71

Gambar 5.1. Font yang Digunakan ... 92

Gambar 5.2. Transformasi font ... 92

Gambar 5.3. Transformasi Logo “The Inside of Sasak” ... 93

Gambar 5.4. Bumper Opening “The Inside of Sasak” ... 95


(15)

xiii

Gambar 5.6. Kota Mataram dan penduduk Suku Sasak ... 97

Gambar 5.7. Desa Sade ... 97

Gambar 5.8. Desa Bayan Lombok Utara ... 98

Gambar 5.9. Masjid Bayan ... 98

Gambar 5.10. Islam di Masyarakat Sasak Bayan ... 99

Gambar 5.11. Suasana Alam Desa Bayan ... 99

Gambar 5.12. Acara Adat Sasak Bayan ... 100

Gambar 5.13. Kegiatan Pariwisata Sasak Bayan ... 100

Gambar 5.14. Trailer dan Bumper Suku Sasak... 101

Gambar 5.15. Poster Explore Indonesia edisi Suku Sasak ... 101

Gambar 5.16. Flayer ... 102

Gambar 5.17. Sticker ... 103


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Consumer Journey ... 45 Tabel 4.14. Storyboard ... 74


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Era teknologi yang semakin maju ini televisi sudah menjadi bagian dari masyarakat majemuk. Memaparkan informasi di luar sana yang belum diketahui. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (90,27%) dan atau mendengarkan radio (23,50%) ketimbang membaca koran (18,94%) (Badan Pusat Statistik, 2009). Hal ini menunjukkan kalau minat masyarakat untuk menonton televisi sangatlah besar.

Akan tetapi program acara dewasa ini di Indonesia didominasi oleh infotainment atau pun reality show (Nielsen Audience Measurement). Bahkan menurut salah satu media wacana (Pikiran-Rakyat.com, November 2009), berdasarkan survey tayangan televisi di Indonesia sudah didominasi oleh kekerasan. Bahkan di salah satu televisi unsur kekerasannya mencapai 36 persen. Masyarakat sudah banyak yang mengadu. Sebagian besar pengaduan ditujukan terhadap tayangan sinetron. Sekitar 29,7 persen masyarakat mengadu tentang sinetron, dan sekitar 20 persen lainnya mengadukan tayangan reality

show yang saat ini marak ditayangkan di televisi. Hal ini sangat disayangkan mengingat

program acara seperti ini sama sekali tidak mendidik.

Salah satu fungsi dari media massa adalah sebagai sarana edukasi. Banyak informasi yang bisa diberikan kepada masyarakat luas mengenai pengetahuan ataupun pendidikan, salah satunya adalah kebudayaan Indonesia. Sangat jarang program acara yang mengangkat tentang keindahan kebudayaan Indonesia yang membuatnya lambat laun terlupakan. Lewat program acara dokumenter ini hal yang ingin diangkat adalah keindahan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang unik, indah, dan sangat patut untuk dilestarikan.

Kebudayaan merupakan suatu cerminan karakter atau ciri khas dari suatu bangsa, karena kebudayaaan merupakan warisan langsung dari leluhur atau nenek moyang bangsa tersebut. Pada abad ke-19, ahli antropologi Inggris Edward B. Taylor (1832-1917) mendefinisikan budaya dalam bukunya di tahun 1817, Primitive Culture, sebagai “suatu kebulatan yang kompleks dan mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,


(18)

2

adat, dan kemampuan atau kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Danesi, 2010:43). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 budaya ada di Indonesia. Dari banyaknya jumlah suku yang ada maka bisa disimpulkan kalau Indonesia adalah negeri yang indah dengan keanekaragaman tempat dan budayanya.

Mempelajari adat istiadat sebuah suku bangsa berarti pula mempelajari entitas kebudayaan bangsa. Bukan hanya itu, dengan mempelajarinya berarti kita juga telah ikut melestarikannya. Hal ini yang seharusnya penting untuk dilakukan, sebab aneka ragam suku bangsa Indonesia adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai dan tak ada duanya. Apalagi dengan adanya pengaruh dari budaya barat pada saat ini yang membuat kita bisa lupa akan keindahan kebudayaan sendiri.

Salah satu dari sekian banyak suku yang terdapat di Indonesia adalah suku Sasak. Suku Sasak adalah suku yang berada di Lombok Nusa Tenggara Barat. Lombok yang masuk dalam Wonderful Indonesia merupakan salah satu tujuan perjalanan wisata para wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena keindahan alamnya dan kebudayaan yang menarik. Salah satu tujuan para wisatawan ke pulau Lombok adalah untuk melihat suku Sasak secara langsung. Menurut data dari Kabupaten Lombok Timur, pada tahun 2007 jumlah penduduk 1.067.673 jiwa yang terdiri atas 486.645 jiwa (45,63%) laki-laki dan perempuan 581.028 jiwa.Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti suku mbojo (bima), dompu, samawa (sambawa), jawa dan hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam (Febriana,

2007:8)

Suku Sasak Tradisional adalah suku yang cukup unik dengan adatnya yang khas serta kerajinannya yang indah. Suku Sasak dikenal dengan keyakinan Wektu Telu yaitu kepercayaan Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu, Buddha, dan kepercayaan tradisional kuno lainnya. Walaupun suku Sasak memeluk keyakinan Wektu Telu tetapi mereka tetap melaksanakan salat wajib lima waktu. Ada juga minoritas kecil memeluk keyakinan yang disebut Bodha yaitu kepercayaan animisme dan Buddhisme. Dua kelompok agama ini hidup harmonis bermasyarakat.


(19)

3

Tari dan drama di Lombok terkait dengan identitas budaya. Meskipun budaya Sasak dipengaruhi Bali dan Jawa tetapi perpaduan budaya di Lombok merupakan hal yang unik dan berbeda. Menarik untuk Anda amati.Tarian selama upacara salah satunya adalah kedang belek dimana yang paling populer. Dimainkan dua musisi menggunakan drum besar saat berhadapan serta batek baris yang menampilkan prosesi militer yang biasanya diadakan di kota Lingsar. Tarian ini mengenakan kostum tentara Hindia Belanda dengan senapan kayu.

Penglihatan merupakan sumber pembuatan pesan dan makna yang penting. Tidak ada budaya yang tidak memiliki bentuk signifikasi visual. Semua budaya memiliki ekuivalen dari apa yang kita sebut diagram, peta, gambar, lukisan, ukiran, dan seterusnya (Danesi, 2010:105). Untuk mengabadikan ataupun merekam kebudayaan tersebut maka diperlukanlah suatu media, bisa berupa kamera foto ataupun video recorder. Salah satu hasil karya dari video recorder adalah film, dan film adalah salah satu media yang sangat cocok untuk menginformasikan suatu bentuk kebudayaan kepada audinece. Mengapa memilih film, karena film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan secara bersama-sama secara visual dan naratif (Danesi, 2010:100).

Fungsi lain tentang film adalah sebagai media informasi. Seperti halnya dengan buku atau karya cetak lainnya, fotografi, rekaman suara, lukisan atau karya seni lainnya, film merupakan media penghantar informasi kepada masyarakat. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah film, misalnya: alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan tersebut secara nyata. Gambar hidup yang ditampilkan di film memberi dampak yang berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah buku. Mencerna sebuah film dapat dikatakan lebih mudah daripada mencerna sebuah tulisan. Maka sebetulnya film sangat strategis dijadikan media komunikasi bagi masyarakat banyak

(Visi Pustaka Vol 10 no 2, Film: Aset Budaya Bangsa yang harus Dilestarikan)

Salah satu jenis dari film adalah film dokumenter. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Intinya, film


(20)

4

dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin (Effendy, 2002:12). Menurut wawancara dengan Eny Erliani pada acara Master Class Film Dokumenter di Gedung Pertemuan Ilmiah Unhas, Film dokumenter dapat menjadi media alternatif untuk mengakses informasi. Sekalipun berita juga merupakan salah satu sumber informasi, tetapi dalam berita, informasi hanya disajikan karena keaktualannya saja. Sementara ada informasi yang justru nilai aktualitasnya tidak begitu penting tetapi unsur kedalamannyalah yang penting. Disinilah pentingnya film dokumenter untuk menyajikan informasi tersebut lebih dalam (sumber:identitasonline.net).

Proses pembuatan video dokumenter adalah merekam Aktualitas dari kegiatan masyarakat sehari-hari, hingga adat istiadat yang ada. Persiapan harus dilakukan semaksimal mungkin mengingat medan yang akan dilalui bermacam-macam. Di sini dibutuhkan sosialisasi yang baik dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang aktual dari narasumber yang terpercaya sehingga bisa dipercaya keabsahan beritanya. Cara kita untuk mengemas cerita juga perlu untuk diperhatikan untuk menghindari kejenuhan dari penonton.

Gambar 1.1 Proses Video Dokumenter

(Sumber: www.rumahvideo.com)

Untuk memperkenalkan budaya dari masyarakat suku Sasak Lombok ke masyarakat luas maka diperlukanlah suatu media yang tepat untuk mempromosikannya. Di sini media yang akan dipilih adalah video dokumenter karena media visual adalah media yang sangat cocok untuk memperlihatkan keanekaragaman budaya yang tampak. Gaya penyampaian visual nantinya akan menggunakan stakeholder sebagai acuan dimana di sini yang akan dipilih adalah KOMPAS TV dalam program acara “Explore


(21)

5

Indonesia, sesuai dengan tema yang akan diangkat. Segmentasi yang dipilih adalah usia dewasa (25 tahun ke atas) dengan tingkat pendidikan yang agak tinggi (sarjana) disesuaikan dengan isi materi dan penyajian visual yang ada kepada audience.

Diharapkan dengan adanya video dokumenter ini dapat membuka wacana masyarakat mengenai realita kebudayaan suku Sasak yang ada di pulalu Lombok. Memperkenalkan keragaman budaya Indonesia di mata kita. Selain itu nantinya juga diharapkan dapat menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung dalam rangka promosi Visit Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang sebuah Video Dokumenter mengenai suku Sasak untuk memperkenalkan kebudayaan suku Sasak ke masyarakat luas melalui program acara ”Explore Indonesia” di Kompas TV dengan konsep dokumentasi langsung mengenai keseharian, adat, dan kesenian dari Suku Sasak?

1.3 Batasan Masalah.

• Penggalian informasi mengenai budaya, kesenian, dan keseharian masyarakat Suku Sasak

• Opini-opini yang ada dari suku Sasak tradisional mengenai terjadinya akulturasi budaya di jaman moderen ini.

• Bagian-bagian yang di bahas adalah tentang sejarah dan kegiatan adat yang ada. • Pengambilan gambar atau video keseharian suku Sasak atas persetujuan ketua suku

dan masyarakat asli.

1.4 Tujuan

• Untuk membantu memperkenalkan kebudayaan bangsa kepada masyarakat luas. • Untuk memberikan program acara yang bernilai edukasi melalui Kompas TV.

• Agar membantu menginformasikan realita kebudayaan yang ada di masyarakat suku Sasak, terutama yang masih tradisional.

• Supaya menunjukkan bahwa Suku Sasak sangat menarik untuk digali kebudayaannya. • Sebagai media promosi Visit Indonesia kepada masyarakat global.


(22)

6 1.5 Manfaat

• Untuk memberikan gambaran sebuah kebudayaan suatu suku sehingga dapat dikenal secara global.

• Agar bisa menarik kembali generasi yang peduli pada kebudayaan.

• Sebagai media Edukasi untuk memperoleh informasi mengenai kebudayaan Indonesia.

• Untuk memberikan informasi yang menarik mengenai sebuah kebudayaan dalam bentuk yang berbeda.

• Agar menambah suatu bentuk karya perfilman di Indonesia

• Untuk mengangkat nama Lombok secara tidak langsung di masyarakat lokal maupun Internasional.

• Sebagai bahan acuan mahasiswa dalam pengerjaan dan penyelesaian mata kuliah Desain Komunikasi Visual V.


(23)

7

BAB II

STUDI LITERATUR DAN EKSISTING 2.1. Studi Literatur Tentang Video Dokumenter

2.1.1 Pengertian Film/Video

Ada beberapa pengertian tentang film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan

Balai Pustaka (1990:242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat

gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Jadi pada jaman dahulu alat perekam gambar masih menggunakan pita seluloid sebagai media penyimpanannya. Namu seiring dengan kenajuan teknologi, Gambar dapat direkam dengan menggunakan kamera Video. Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping compact disc (CD). Tapi di sisi lain, pengertian ke dua memberi gambaran yang lebih kompleks, sebagai perekam sejarah yang baik

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan figure palsu dengan kamera atau animasi.

Fungsi lain tentang film adalah sebagai media informasi. Seperti halnya dengan buku atau karya cetak lainnya, fotografi, rekaman suara, lukisan atau karya seni lainnya, film merupakan media penghantar informasi kepada masyarakat. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah film, misalnya: alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan tersebut secara nyata. Gambar hidup yang ditampilkan di film memberi dampak yang berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah buku. Mencerna sebuah film dapat dikatakan lebih mudah daripada mencerna sebuah tulisan. Maka sebetulnya film sangat strategis dijadikan media komunikasi bagi masyarakat banyak (Visi Pustaka, 2008:2)


(24)

8

2.1.3 Pengertian Video Dokumenter.

Hal pertama yang perlu kia pahami adalah mengenai pengertian dasar dari dokumenter. Memahami dari arti dokumenter, kita dihadapkan pada dua hal, yaitu pada sesuatu yang nyata, faktual (ada atau yang terjadi) dan esensial, bernilai atau memiliki makna. Dalam dokumenter terkandung unsur faktual dan niali. Intinya, biarpun banyak catatan, foto atau materi lain yang berisi rekaman peristiwa dan kejadian yang nyata, namun tidak semua hal itu memiliki nilai dokumenter. Hanya suatu materi yang sungguh bermakna bagi suatu lingkungan yang boleh disebut bernilai dokumenter. (Wibowo, 1997:145)

Kembali ke sejarah Film dokumenter, Dokumenter merupakan sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) dibuat sekitar tahun 1980-an. Dan kemudian tiga puluh enam tahun setelah itu, kata “dokumenter” kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris Jhon Grieson untuk film Moana (1962) karya Robert Flaherty. Grieson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas (Hayward, 1996:72). Sekalipun Grierson mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, namun pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Kini dokumenter telah menjadi suatu tren tersendiri dalam dunia perfilman dunia. Mulai dari bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter hingga menghasilkan keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang biasa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geograpich dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery

Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan

program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan di luar negeri (Effendi, 2002:12).

2.1.4. Unsur Pembuatan Film

Dalam Buku Fajar Nugroho yang berjudul “Cara Pinter Bikin Film Dokumenter”, Film secara umum dibagi menjadi dua unsur yaitu, unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling berhubungan untuk membentuk sebuah film. Jika hanya salah satu unsur saja yang terbentuk maka tidak akan menghasilkan sebuah film. Unsur naratif


(25)

9

adalah bahan (materi) yang akan di olah, sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya, dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pebentuk sebuah film, unsur sinematik dibagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise en scene, sinematografi Editing, dan suara.

a. Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan di

ambil gambarnya, yaitu seting ( penunjuk ruang dan waktu yang memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya), tata cahaya, kostum dan tat arias wajah, serta pergerakan pemain.

b. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu kamera dan film, framing serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.

c. Editing tahap pasca produksi, pemilihan serta penyambungan shot-shot yang telah diambil, tahap setelah film nya telah selesai, teknik yang digunakan untuk mengabungkan tiap shotnya

d. Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yaitu dialog, musik, dan efek suara.

Dalam setiap pembuatan film dokumenter memiliki lima tahapam dalam pembentukannya, yaitu:

a. Merumuskan ide dan tujuan

Sebelum film dokumenter dibuat, tentu saja langkah pertama adalah merumuskan tujuan pebuatan film tersebut. Termasuk memperjelas motif-motif pembuatannya. Sekedar mengabadikan kenangan, ingin meluruskan sejarah, atau motif yang lain. Pilihan tujuan tersebut yang mengarahkan kita kepada riset yang akan kita lakukan.


(26)

10

b. Riset

Riset sekecil apapun itu sangat diperlukan demi menunjang keabsahan film dokumenter. Bisa dibayangkan jika kita membuat film dokumenter tetapi tokoh-tokoh yang diwawancarai salah, atau tidak sesuai dengan fakta sejarah

c. Pembuatan Naskah

Pembuatan naskah ini terkait dengan rangkaian cerita kenyataan yang akan ditampilkan sebuah film. Dengan adanya naskah, alur film nantinya akan runtut, tidak terkesan bolak balik sehingga penonton kesulitan menangkap pesan yang ingin disampaikan dalam film tersebut.

d. Pengambilan Gambar

Saat proses pengambilan gambar, disinilah skill atau keterampilan perlu diandalkan. Biasanya, para pembuat film dokumenter pemula tak paham teori pengambilan gambar, termasuk mengambil sudut pandang (angle), penonjolan subjek maupun penekanan efek dramatisasi. Untuk itu, perlu suatu keahlian khusus dan jam terbang untuk bisa melakukannya. Tapi sebagai pemula, lakukan apa saja yang mungkin dipertunjukkan. Akan ada suatu pembelajaran di balik sebuah kritik yang ada.

e. Editing

Dalam proses editing tidaklah mudah. Anda harus menguasai misalnya yang paling sederhana program video editing. Di sini akan dibutuhkan suatu feel (rasa) untuk mengolah hasil shooting menjadi sebuah film yang menarik untuk ditonton dan pesannya bisa sampai kepada audience.

2.1.5. Unsur Produksi Dokumenter

Suatu produksi dokumenter ada 2 macam unsur pokok yang kemudian dipadukan, yaitu unsur gambar dan unsur suara (Wibowo, 1997:149). Unsur gambar atau visual terdiri dari berbagai materi, antara lain:

a. Rangkaian kejadian : Suatu peristiwa, atau kegiatan dari suatu lembaga.


(27)

11

c. Pernyataan : Individu yang berbicara secara sadar di depan kamera.

d. Wawancara : Pewawancara boleh kelihatan, boleh tidak kelihatan.

e. Foto still : Foto-foto bersejarah. f. Dokumen : Gambar, grafik, kartun.

g. Pembicaraan : Suatu diskusi atau pembicaraan segerombolan orang.

h. Layar kosong/silhouette: Untuk memberi perhatian pada sound atau silhoutte karena pribadi yang berbicara dibahayakan

keselamatannya, andaikata wajahnya kelihatan.

Unsur kedua merupakan unsur suara atau sound, antara lain:

a. Narasi/ reporter : Dengan narator atau suara reporter/suara

voice over.

b. Synchronous Sound: Dengan suara sebagaimana adanya dalam

gambar yang direlay secara tersendiri, kemudian dipersatukan.

c. Sound effect : Suara-suara suasana dan latar belakang. d. Musik Lagu : Harus diciptakan musik.

e. Kosong-sepi : Untuk memberi kesempatan penonton memperhatikan detail.

2.2 Studi Literatur Tentang Suku Sasak 2.2.1 Pengertian Suku

Pengertian Suku secara sederhana adalah suatu kelompok tertentu yang memiliki kesamaan latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama. Berikut ini beberapa pengertian suku bangsa dari para ahli:


(28)

12

Fredrick Barth. Etnis atau suku bangsa adalah himpunan manusia karena kesamaan

ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya.

Hassan Shadily MA. Suku bangsa adalah segolongan rakyat yang masih dianggap

mempunyai hubungan biologis

• Menurut Perspektif Teori Situasional, Suku bangsa merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok

Menurut Ensiklopedia Indonesia suku bangsa berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dsb. Memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa, sistem nilai, adat istiadat serta tradisi.

2.2.2 Sejarah Suku Sasak

Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yangterpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Letaknya berada di sebelah timur Propinsi Bali sekitar antara 115o46’ sampai 119o10 Bujur Timur dan 8o5’ sampai 9o5’ Lintang Selatan (Dekdikbud, 1988:6)

Menurut data dari Kabupaten Lombok Timur, pada tahun 2007 jumlah penduduk 1.067.673 jiwayang terdiri atas 486.645 jiwa (45,63%) laki-laki dan perempuan 581.028 jiwa.Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah sukulainnya, seperti suku mbojo (bima), dompu, samawa (sambawa), jawa dan hindu (Bali Lombok).Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di antara Bali dan Nusa TenggaraTimur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam (Febrina, 2007:10)

Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan parapendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari daerah bagian barat Lomboq (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah pelabuhan di ujungtimur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok. Mereka banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak keturunan yang menjadi raja


(29)

13

sebuah kerajaan yang didirikanyang bernama Kerajaan Lombok yang berpusat di Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak,sebagai tanda kisah perjalanan dari Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka menamaiketurunannya menjadi suku Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi Sasak

2.2.3 Rumah Adat

Semua Rumah adat di perkampungan asli Suku Sasak dibangun dengan konstruksi sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang khas. Beberapa Rumah sudah terlihat berusia tua namun tetap memiliki konstruksi yang kokoh. Diniding rumahnya terbuat dari bambu sedangkan atapnya terbuat dari alang-alang yang telah dimodofikasi sedemikian rupa hingga dapat menaungi dari terik matahari dan hujan yang turun. Ada suatu keunikan yang tidak dijumpai di tempat lain adalah berupa lantai rumahnya yang menggunakan bahan baku yang tidak biasa. Lantai rumah tidak menggunkan semen atau keramik tetapi menggunakan tanah. Bagian uniknya adalah sebagai pengganti semen untuk memperkeras permukaan tanah maka digunakanlah kotoran sapi sebagai bahan pencampurnya. Caranya sangat sederhana, permukaan lantai cukup dibasuh dengan air dan kotoran sapi yang masih segar diolehkan pada permukaan yang dikehendaki dan biarkan mengering. Hal ini bisa dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Menurut salah satu tokoh pemuda Suku Sasak penggunaan kotoran sapi pada lantai berhubungan erat dengan keyakinan dan pekerjaan mereka (Sumber: Seputar

Indonesia)

2.2.4 Peralatan Tradisional dan Benda Kebudayaan

Setiap daerah memiliki kebudayaan yang relatif berbeda dengan tempat lain. Warisan budaya yang ditinggalkan masih terlihat jelas sampai sekarang contohnya berupa warisan artefak/benda. Namun demikian warisan tersebut ada di sebagian masyarakat di Indonesia masih lestari dan terawat sampai sekarang (Mulder, 1999:49).

Ada banyak benda dan peralatan trdisional yang ada di masyarakat suku sasak, meliputi peralatan hiburan tradisional yang terdiri dari peralatan olahraga, permainan trdisional, dan peralatan kesenian tradisional yang meliputi musik, tari dan teater. Di antaranya adalah antar lain:


(30)

14

Gendang Belek salah satu alat musik berupa gendang berbentuk bulat dengan ukuran yang besar sehingga disebut Belek. Gendang Belek biasanya digunakan dalam tari oncer. Tari Oncer adalah salah satu tarian tradisional yang mempunyai ciri khas yaitu ada dua orang penarinya yang membawa Gendang Belek. Bahan untuk membuatnya adalah kayu Tap, kayu jenis ini ringan tetapi kuat (Dekdikbud, 1988:103). 2. Ende

Ende dan penjalin adalah peralatan yang digunakan pada permainan tradisional Perisean. Ende merupakan sebuah perisai yang terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Periseian adalah kesenian bela diri yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya dalah semacam latihanpedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran (Dekdikbud, 1988:19).

3. Sabuk belo

Sabuk belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya.

4. Peralatan untuk membangun rumah Peralatan suku Sasak persiapkan dalam membangun rumah mereka, diantaranya adalah Kayu-kayu penyangga, Bambu, Bedek (anyaman dari bambu untuk dinding), Jerami dan alang-alang (digunakan untuk membuat atap), Kotoran kerbau atau kuda (sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai), Getah pohon kayu banten dan bajur , Abu jerami (digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai)

5. Peralatan untuk bekerja (mata pencaharian) contohnya: pacul (tambah), bajak (tenggale), parang, alat untk meratakan tanah (rejak ), kodong, ancok, dan lain-lain.

2.2.5 Sistem Religi / Kepercayaan

Sebagian besar suku Sasak beragam masyarakatsuku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni penganut merupakan jenis Islam lokal yang berpadu dengan nilai-nilai adat. Islam Wetu Telu adalah orang Sasak yang meskipun mengaku sebagai Muslim, terus memuja roh para leluhur, berbagai dewa roh, dan lain-lain di dalam lokalitas mereka. Islam Jenis inilah yang


(31)

15

termarginalisasikan, mendapatkan serangan dari Islam Waktu Lima sejak dahulu sampai sekarang (Budiwanti, 2000:32).

Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "sasak Boda". Kerukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Lombok Timur (tempat tinggal suku Sasak) beralan harmonis, sehingga aktifitas keagamaan dalam masyarakat terlaksana dengan baik. Dalam masyarakat Lombok yang awam menyebut kepercayaan ini dengan sebutan "Waktu Telu" sebagai akulturasi dari ajaran islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme, dinamisme, dan kerpercayaan Hindu. Selain itu karena penganut kepercayaan ini tidak menjalankan peribadatan

2.2.6 Ritual-Ritual Suku Sasak 1. Bau nyale

Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali pada setiap akhir Februari atau Maret. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan sepertisantapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Upacara Rebo dimaksudkan untuk menolak balaâ (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekalitepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebodan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe


(32)

16

menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.

2. Periseian

Periseian adalah kesenian bela yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kainpanjang.

Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadumengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena. Tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka.

3. Perang ketupat ( perang topat)

Dalam rangka pertanian, masyarakat Sasak melaksanakan Perang Topat. Inti upacara iniadalah saling melempar ketupat antara dua pihak dalam satu arena, yang dilaksanakan dalam sebuah kemalig. Hal ini dilakukan misalnya di Desa Lingsar, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Perang ketupat ini mempunyai suatu rangkaian upacara yang berlangsung berhari-hari. Tiga hari sebelum upacara saling melempar ketupat itu dilakukan upacara yang sifatnyasebagai persiapan. Pada tahap persiapan itu, kemalig, arena dan alat-alat upacara dibersihkan. Sehari sebelum upacara mereka membuat janur (kebun odeg ), artinya kebun kecil agung yang nantinya akan dibawa ke malig. Sebelum perang dimulai, ada acara penyembelihan kerbau dan acara-acara lainnya. Upacara ini berlatar belakang suatu kepercayaan untuk mendapatkan berkah, keselamatan, dan kemakmuran, terutama di kalangan petani. Upacara ini juga merupakanperwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat karunia yang telah dilimpahkannya kepada masyarakat. Melalui upacara ini mereka berharap akan mendapat curah hujanyang cukup, tanaman menjadi subur, tanaman terhindar dari hama, ternah pun selamat, dan sebagainya. Dengan melaksanakan perang ketupat mereka merasa telah memenuhi wasiat alam gaib. Dengan


(33)

17

kata lain mereka memuja dan menghormati sang “wali” yang disebut Datu Wali Milir. Kalangan pemeluk adama Hindu sendiri menamakan upacara ini pujawali.

4. Sabuk Belo

Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awaltahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.

2.2.7 Sistem Mata Pencaharian

Lapangan pekerjaan utama mayarakat Lombok adalah petani, nelayan, kerajinan tangan, pertukangan, dan jual beli (Depdikbud, 1987:55). Secara tradisional mata pencaharian terpenting dari sebagian besar orang Sasak adalah dalam lapangan pertanian. Dalam lapangan pertanian mereka bertanam padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele, sorgum. Selain itu, mereka mengusahakan kebun kelapa, tembakau, kopi, tebu. Perternakan merupakan mata pencaharian sambilan. Mereka beternak sapi, kerbau dan unggas.

Di daerah pantai mereka juga menjadi nelayan. Di samping bertani dan nelayan mereka juga merawat hewan ternak diantaranya kambing, kerbau, sapi, hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan mereka. Mata pencaharian lain yang dilakukan oleh orang-orang Sasak yaitu usaha kerajinan tangan berupa anyam-anyaman barang-barang dari rotan, ukir-ukiran dan usaha tenun lain yang banyak dijual sampai keluar wilayah lombok (Melatoa,

1995:56).

Menurut data dari pemerintah Lombok Timur, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari sektor pertanian (59,55 %), selebihnya dari sektor perdagangan, hotel , restauran 11,95 %; jasa-jasa 9,14 %; industri 8,83 % dan lain-lain 10,53 %.Keadaan ini juga diperlihatkan dari pola penggunaan lahan yang ada, yaitu


(34)

18

permukiman 5,01 %;pertanian (sawah, lahan kering, kebun, perkebunan) 48 %; hutan 34 %; tanah kosong (tandus, kritis) 1 %; padang (alang, rumput dan semak) 9 %; perairan 0,6 %; pertambangan 0,2 % dan lain-lain penggunaan 5 % (Febrina, 2007:15).

2.2.8 Ragam Kesenian Suku Sasak

Suku Sasak memiliki kesenian yang unik dengan dipadukan dengan acara adat. Kesenian ini dilakukan sewaktu-waktu yang telah dilakukan dari genersi ke generasi. Biasanya juga dipakai sebagai penyambutan untuk para wisatawan yang berkunjung. Diantaranya adalah:

1. Slober

Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.

Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.

2. Tari Jangger

Kesenian tari jangger ini masih dipertahankan sebagai tontonan yang biasanyadipentaskan pada acara perkawinan, sunatan, ulang tahun dan Iain-lain. Kesenian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh perempuan yang melantunkan tembang-tembangyang di iringi oleh musik gamelan Lombok. Kesenian tari jangger ini sekarang pementasannya tidak hanya dilakukan pada acara tertentu saja melainkan sudah masuk dalam agenda yang dilakukan di kantor-kantor atau hotel-hotel dalam rangka menghibur para tamu.

3. Memaos

Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan masa lampau,satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu or-ang sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan


(35)

19

cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa lampau dan menanamkan nilai-nilai budaya generasi penerus. Kesenian memaos ini keberadaannya hampir punah sehingga periu diangkat kembali sebagai aset budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.

4. Tandang Mendet

Tari tandang Mendet /tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.

2.2.9 Pakaian Adat

Secara tradisional pakaian tradisional yang dikenakan penduduk daerah Nusa TenggaraBarat dibedakan atas dua macam, yaitu yang dikenakan oleh kaum pria dan oleh kaum wanita. Pakaian adat yang dikenakan bagi kaum pria di daerah Lombok berupa tutup kepala, baju lenganpanjang memakai kain sarung sebatas dengkul yang ditenun, dan celana panjang, serta dipunggungnya terselip sebilah keris. Sedangkan kaum wanitanya mamakai pakaian yang terdiri atas kebaya panjang dengan kain songket. Perhiasan yang dipakai berupa hiasan bunga dikepala.

Ciri khas pakaian daerah Sasak adalah sarung dengan motif batik. Warna kain biasanya berwarna kehitam-hitaman. Kain ini biasanya hanya sampai lutut dan ujung depan biasanya lebih panjang. Pada umumnya orang Sasak memakai pakaian yang disertai dengan dodot yang warnanya bermacam-macam, karena mereka bertempat tinggal di pegunungan maka mereka memakai pakaian yang ringkas dan tidak ruwet agar memudahkan aktivitas sehari-hari mereka (Marrison, 1999:35).


(36)

20

2.3 Studi Literatur Tentang Desain Komunikasi Visual 2.3.1 Studi Kamera Angle

Kamera angle adalah sudut pandang pengambilan gambar dari seorang kameraman. Posisi kamera pada saat anda membidik suatu objek akan sangat berpengaruh pada makna dan pesan yang akan disampaikan (Baksin, 2009:105). Jenis Angle yang biasa digunakan adalah:

Bird Eye View

Bird eye adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan

posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil dari perekaman teknik ini memperlihatkan lingkukan yang luas dengan benda-benda lain yang tampak kecil. Biasanya dari Helikopter atau gedung kecil.

High Angel

High angle adalah pengambilan gambar dari atas objek. Sudut pengambilan

gambar ini lebih rendah dari yang pertama, tetapi tetap dari atas objek. Di sini objek tampak terlihat jelas dari atas.

Low Angle

Kebalikan dari high angle, low angle merupakan pengambilan gambar dari bawah objek. Membuat kesan berwibawa dan berpengaruh.

Eye Level

Eye level adalah pengambilan gambar yang sejajar dengan objek, dalam arti

tinggi sudut pandang mata objek sejajar dengan kamera. • Frog Eye

Frog Eye merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera

dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek. Hampir sama dengan Low angle tapi ini diibaratkan dengan mata katak yang berada di bawah. 2.3.2 Studi Frame Size (Ukuran Gambar)

Ukuran gambar pada setiap shoot ada yang berbeda-beda, tergantung kebutuhan. Dan jadi pertimbangan juru kamera dalam mengemas ukuran berdasarkan skenario sebuah rekaman (Baksin, 2009:113). Berikut ini adalah jenis ukuran pengambilan gambar:


(37)

21

Extreme Close Up (ECU), memperlihatkan detil anggota tubuh dalam jarak yang

sangat dekat, misalnya hidung, mata, atau telinganya saja.

Big Close Up (BCU), memperlihatkan shoot dengan batas kepala hingga dagu objek

untuk memperlihatkan ekspresi muka.

Close Up (CU), memperlihatkan shoot dari batas kepala sampai leher bagian bawah

untuk memberi gambaran objek secara jelas.

Medium Close Up (MCU), memperlihatkan shoot dari batas kepala hingga dada atas

untuk menegaskan profil dari seseorang.

Mid Shoot (MS), memperlihatkan shoot dari batas kepala hingga pinggang bawah. Knee Shoot (KS), memperlihatkan shoot dari batas kepala hingga lutut.

Full Shoot (FS), memperlihatkan Shoot full dari atas kepala hingga ke bawah kaki,

memperlihatkan seluruh karakter.

Long Shoot (LS), memperlihatkan shoot objek keseluruhan beserta dengan latar

belakangnya.

2.3.3 Studi Gerakan Kamera

Dalam mengoperasikan kamera perekam ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam pergerakan kamera. Namun kamera perekam di sini dalam keadaan statis/tidak bergerak (Baksin,2009:126).

Zoom in/Zoom out

Di sini kamera secara fisik tidak bergerak, yang ditekan adalah tombol zoom yang terdapat pada kamera. Zoom out berarti kamera seolah-olah mundur ke belakang sehingga gambar tampak semakin mengecil, sebaliknya jika zoom in maka objek akan semakin membesar dan kamera seolah-olah maju.

Tilting

Tilting adalah menggerakkan kamera yang berada dalam keadaan statis ke arah atas

atau bawah. Jika memperlihatkannya dari atas ke bawah disebut tilt down sedangkan kalau dari bawah ke atas disebut tilt up.


(38)

22

Panning

Panning adalah suatu pergerakan kamera dalam keadaan statis ke arah kiri ataupun ke

arah kanan, biasanya digunakan untuk mengikuti arah pergerakan objek. Jika perubahan arah kamera ke arah kanan disebut Pan right sedangkan jika ke arah kiri disebut Pen Left.

2.3.4 Studi Tipografi

Dalam buku Rustan yang berjudul “Hurufontipografi”, Tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan tentang huruf. Dalam era komunikasi seperti sekarang, tipografi sudah merupakan bentuk visual komunikasi yang sangat kuat, karena bahasa yang tampak ini menghubungkan pikiran dan informasi melalui penglihatan manusia, tipografi menjadi unsur vital dala efektifitas komunikasi cetak dan elektronik. Tipografi adalah salah satu bahsan dalam desain grafis yang tidak berdiri sendiri secara eksklusif, ia sangat erat terkait dengan bidang keilmuan lain seperti komunikasi, teknologi, psikologi, dan lainnya. Ada beberpa istilah yang sering digunakan dalam tipografi, diantaranya adalah:

a) Typeface, adalah karakter-karakter yang didesain khusus untuk digunakan

bersama-sama. Karakter ini memiliki desain dan proporsi yang serupa dan konsisten.

b) Kontras, istilah ini paling banyak digunakan untuk menyatakan perbandingan tebal-tipis huruf , atau perbandingan ketebalan stem stroke dengan hairline

stroke.

c) Legability dan Readbility, Legability berhubungan dengan kemudahan

mengenali dan membedakan masing-masing huruf atau karakter. Sedangkan

Readbility berhubungan dengan tingkat keterbacaan suatu teks.

d) Anatomi, mempelajari anatomi karakter/huruf amatlah krusial. Menyesuaikan bentuk huruf dengan keseluruhan tema desain yang akan dibuat. Hal ini sangat berpengaruh pada keseluruhn layout. Jika tema desainnya anak-anak maka akan berbeda penggunaan hurufnya dengan tema yang eksklusif.

e) Serif, adalah semacam tambahan khusus yang berbentuk kait pada ujung terminal. Contoh typeface ini adalah Times New Roman.


(39)

23

f) San Serif, memiliki arti: tanpa serif, yang berarti tidak memiliki semacam pengait pada bagian ujung terminalnya. Sebagai suatu terobosan moderenisasi yang menyimbolkan kesan simpel dan eksklusif. Contoh Typeface ini adalah Akzidenz-Grotesk.

Selain klasifikasi yang umum dilakukan orang, ada lagi klasifikasi yang berdasarkan fungsi yang beranjak dari tujuan karya. Desainer justru dianjurkan melakukan hal ini untuk mempercepat pekerjaannya. Pengklasifikasiannya bisa berdasarkan apa saja, dari tipe pekerjaan, kepribadian typeface, bentuk, sampai usia target audience. Agar pesan dapat tersampaikan dan dapat dimengerti secara efektif, antara typeface dan pesannya haru sesuai.

Bentuk tipografi yang akan digunakan nantinya adalah bergaya san serif untuk menimbulkan kesan yang formal, simpel, dan lebih jelas terbaca. Tipografi berhubungan juga dengan layout. Penataan tipografi yang tepat akan memberi keseimbangan pada gambar nantinya.

2.3.5 Studi Layout

Layout merupakan tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam

media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Me-layout adalah salah satu proses atau tahapan kerja dalam desain (Rustan, 2008:23).

Prinsip layout ada empat yaitu diantaranya adalah squence/urutan, emphasis / penekanan, balance / keseimbangan, unity / kesatuan. Empat prinsip tersebut merupakan formula penting dalam menyusun sebuah layout yang baik dan sesuai dengan kaedah desain.

1. Sequence / urutan

Sequence juga sering disebut sebagai hierarki / flow / aliran. Layout yang memiliki

prinsip squence didalamnya akan membantu pembaca untuk menerima informasi yang terkandung dalam suatu layout secara berurutan. Dengan adanya squence desainer dapat membuat pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai dengan apa yang desainer mau. Sehingga akibatnya pesan yang disampaikan tidak saling tumpang tindih dan berbicara secara bersamaan.


(40)

24

2. Emphasis / penekanan

Emphasis merupakan prinsip layout yang membuat sebuah perbedaan berupa

penekanan khusus pada salah satu elemen grafis atau sebuah informasi yang ada pada suatu layout agar terbaca lebih dahulu. Dalam hal ini emphasis dianalogikan sebagai alat bantu mengatur squence. Emphasis dapat diciptakan dengan berbagai cara, antara lain:

Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibanding elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut.

– Warna yang kontras/berbeda sendiri dengan latar belakang dan elemen lainnya – Letakkan di posisi strategis atau yang menarik perhatian.

Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya. 3. Balance / keseimbangan

Merupakan pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pembagian berat yang merata bukan berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen grafis, tetapi lebih pada menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen grafis yang dibutuhkan saja dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Ada dua macam keseimbangan yaitu : keseimbangan simetris dan asimetris. 4. Unity / kesatuan

Unity memiliki arti sebagai penyelaras elemen-elemen grafis yang tersusun dalam

sebuah layout. Keselarasan berbagai elemen grafis tersebut haruslah disesuaikan dengan pesan yang disampaikan dalam konsep. Jika semua elemen grafis yang membentuk sebuah layout memiliki satu pemaknaan yang sama, maka pesan atau informasi yang akan disampaikan pada pembaca tidak terkesan rancu atau menyebar.

Sistem Layout yang akan digunakan nantinya adalah bergaya resmi elegan dengan tata letak yang memperhitungkan keseimbangan. Penataan elemen grafis juga perlu diperhatikan agar tidak merusak konsentrasi dari gambar video. Penataan letak font juga harus diperhitungkan agar tetap terbaca namun tidak terlihat mencolok ketika dimixing dengan gambar video. Elemen grafis terlihat bagus namun tidak terlalu dominan nantinya.


(41)

25

2.4 Studi Eksisting Pesaing

Studi eksisting pesaing ini digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi bentuk dari film dokumenter yang akan dibuat nantinya. Dengan mencari data dari kompetitor dan komparator, maka diharapkan nantinya bisa menjadi referensi yang bagus guna membuat karya yang lebih bagus lagi. Dari data tersebut bisa diriset mengenai kelebihan dan kekurangan media yang ada.

2.4.1. Studi Kompetitor Rapa’i Tuha

Kompetitor yang dijadikan acuan adalah salah satu tugas akhir video dokumenter dari mahasiswa lain. Budaya yang diangkat disini adalah Rapa’i Tuha yang berasal dari aceh. Film dokumenter ini menceritakan tentang asal muasal budaya Rapa’i dan kelompok masyarakat yang msaih melestarikan budaya ini hingga sekarang. Film yang berdurasi sekitar 18 menit ini juga memuat narasi dan komentar dari beberapa narasumber mengenai kebudayaan alat musik tersebut.

Gambar 2.1 Screenshot Video Dokumenter Rapa’i Tuha

(Sumber: Youtube.com) Kelebihan :

1. Sejarah dari cerita jelas, dikemas dengan adanya dialog terhadap masyarakat asli sana.


(42)

26

2. Tone warna yang digunakan cukup konsisten dengan menggunakan pilihan warna yang cenderung lebih gelap.

3. Ada penjelasan narasi berupa tulisan pada setiap menceritakan sejarah yang ada. 4. Ada kilas balik foto jaman dulu dan diselingi sedikit sisipan kebudayaan lain di

aceh.

5. Ada pesan yang dimuat di akhir film dokumenter yang dibuat Kelemahan :

1. Pengambilan gambar ketika mewawancarai narasumber kurang konsisten. 2. Kisahnya terlalu monoton pada satu tempat dan suasana yang sama.

3. Penggunaan grafis yang digunakan masih cenderung minimalis dan belum terolah. 4. Belum termuatnya unsur gambar yang bisa menarik perhatian, sehingga terkesan

monoton untuk dilihat hingga akhir.

2.4.2 STUDI KOMPARATOR

Studi Komparator adalah suatu acuan yang digunakan sebagai tolak ukur karya yang sudah diakui oleh masyarakat luas. Tolak ukur inilah yang memjadikan kita untuk membuat karya yang lebih bagus lagi.

A. Pemenang Eagle Award “Garamku tak asin lagi”

Gambar 2.2 Screenshot Video Dokumenter “Garamku tak asin lagi”

(Sumber: Youtube.com)

Film ini menceritakan tentang perjuangan sekelompok wanita yang masih berjuang dalam melakukan tradisi lamanya untuk bertahan hidup, yaitu menjadi petani garam. Di tengah gencarnya produk impor yang memasuki tanah air, mereka tetap berjuang untuk mempertahankan apa yang telah lama menjadi sumber mata pencaharian mereka.


(43)

27

Dua sineas muda asal Aceh, Azhari, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Provinsi Jawa Timur, jurusan Ilmu Pemerintahan (angkatan 2007) dan Jamaluddin Phonna jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009 dari universitas yang sama, mengharumkan nama Aceh di pentas Festival Film Dokumenter 'Eagle Awards Metro TV 2011'. Film Dokumenter besutan keduanya berjudul "Garam Ku Tak Asin Lagi" menjadi salah satu dari lima finalis dalam festival tahunan tersebut.

Kelebihan :

1. Fakta cerita yang diambil mengenai realita yang terjadi di tengah masyarakat sehingga menarik untuk dilihat.

2. Penggunaan narasumber yang memiliki riwayat hidup yang menarik untuk diceritakan.

3. Pengambilan angle yang ada cukup variatif dan tidak monoton.

4. Ada pengambilan gambar yang bisa menarik perhatian penonton, salah satunya ketika terjadi guntur ketika mengambil garam yang dijemur.

Kelemahan :

1. Tidak terlalu memanfaatkan penggunaan media perlatan lain seperti slider.

2. Penggunaan fokus tidak terlalu variatif karena menggunakan kamera panggul yang tidak bisa diganti lensanya.

3. Editing yang tidak terlalu maksimal dengan minimnya penggunaan grafis pembantu guna menarik perhatian.

B. Etnik Runaway

Gambar 2.3 Acara Ethnic Runaway di Trans TV


(44)

28

Etnik Runaway adalah sebuah program acara yang ada di Trans Tv. Acara ini mengangkat tentang kehidupaan dari suku-suku pedalaman yang ada di Indonesia. Deikemas menarik dengan menggunakan talent artis Indonesia sehingga menarik untuk ditonton. Penggunaan narasi pada talent dengan dibumbui sedikit humor membuatnya tidak monoton untuk ditonton. Penggunaan peralatan yang lengkap menambah bagusnya kualitas tontonan yang dihasilkan.

C. Explore Indonesia

Gambar 2.4 Opening Explore Indonesia di Kompas TV

(Sumber: www.kompas.tv)

Explore Indonesia adalah salah satu program acara yang terdapat di Kompas TV, sebagai selaku Stakeholder. Dipandu oleh Kamga, program ini akan mengajak pemirsa mengeksplorasi lebih dalam tentang keindahan budaya dan sejarah Indonesia. Menemukan sesuatu yang baru di tempat lama, membangkitkan hal lama yang hampir punah serta menemukan tempat-tempat baru. Sebuah program dokumenter wisata yang mengekplorasi Indonesia dan menyajikannya dengan sisi-sisi berbeda.

D. National Geographich

Gambar 2.5 Logo National Geograpich Channel


(45)

29

Merupakan saluran channel discovery/documentery program luar negeri yang sudah diakui dalam pengambilan gambarnya yang bagus. Mulai dari view keindahan alam, makhluk hidup, hingga human interest. Channel yang berlogo kotak berwarna kuning ini merupakan referensi panduan yang bagus dalam pengambilan shoot gambar.

2.4.3 Studi Produk

Film dokumenter yang akan diambil nantinya adalah mengenai kebudayaan Suku Sasak tradisional di pulau Lombok. Mengenai keseharian yang mereka lakukan mulai dari bangun hingga tidur, mengenai kebiasaan yang mereka lakukan. Selain itu juga memuat tentang adat, budaya yang ada, serta kerajinan yang mereka miliki.

Film nantinya akan disisipi dengan view keindahan dari pulau Lombok sehingga diharapkan nantinya bisa menarik para wisatawan untuk berkunjung ke pulau tersebut.

ANALISIS SWOT

Strength : 1. Topik yang digunakan adalah topik yang masih segelintir orang saja

mengetahuinya sehingga menarik untuk diangkat

2. Membuka wawasan kita mengenai kehidupan di suku pedalaman di Indonesia, mengenai kehidupannya, dan keunikan budaya yang mereka miliki 3. Pulau Lombok adalah salah satu pulau yang sudah terkenal keindahannya,

bisa disandingkan dengan Bali. Dengan bagusnya view landscape yang ada akan menambah menarik pengambilan gambar nantinya sehingga lebih variatif 4. Suku Sasak memiliki ragam budaya yang unik dan banyak sehingga menarik

untuk digali dan diperlihatkan kepada masyarakat.

Weakness : 1. Tempat yang diambil cukup jauh dan berada di luar pulau Jawa, sehingga


(46)

30

2. Penggunaan peralatan yang tidak terlalu banyak untuk memudahkan perjalanan nantinya, jangan sampai terlalu memberatkan sehingga bisa merepotkan diri sendiri

3. Pengambilan gambar pada tempat-tempat yang berbeda nantinya harus diperhitungkan untuk meminimalisir penggunaan dana dan tenaga agar kondisi tetap fit

Opportunity : Banyak orang yang telah berlibur ke pulau Lombok tetapi masih sedikit yang

mengetahui tentang kebudayaan suku sana. Mereka cenderung mengunjungi pantai-pantai yang telah terkenal keindahannya. Dengan adanya film dokumenter ini diharapkan dapat membuka wawasan orang lain mengenai sisi lain keindahan pulau Lombok.

Threat : Kurang ketertarikannya orang pada kebudayaan Indonesia sendiri. Mereka

cenderung menyukai tontonan berbau hiburan yang telah terkontaminasi oleh kebudayaan asing.

2.4.4 Studi Target Konsumen

Suatu pasar terdiri dari begitu banyak konsumen, dan konsumen tersebut begitu beragam dan berbeda-beda dalam banyak hal. Mereka mempunyai perbedaan dalam hal kebutuhan, daya beli, lokasi geografis, kebiasaan membeli dan karakteristik pembelian. Semua hal/variabel tersebut dapat digunakan untuk men-segmentasi pasar.

Identifikasi audience sasaran adalah mengidentifikasikan pasar yang ingin dibidik, atau dengan kata lain melakukan segmentasi pasar dan pembidikan pasar. Langkah langkah pokok dalam pemasaran target adalah segmentasi pasar, pembidikan pasar dan penentuan posisi produk. Segmentasi pasar adalah tindakan membagi-bagi pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli berbeda yang mungkin menghargai variabel untuk mendapatkan peluang segmentasi terbaik. (Suyanto, 2005:5).

Segementasi yang ingin diraih dari film dokumenter yang akan dibuat adalah usia dewasa, yaitu usia 25 tahun ke atas. Karena pada usia tersebut sudah matang dalam hal tindakan dan pemikiran, serta terbuka terhadap hal yang baru. Untuk latar belakang


(47)

31

pendidikan yaitu orang yang telah mengenyam bangku pendidikan perkuliahan dengan alasan bahwa perlu pola pemikiran yang lebih untuk menarik perhatian film dokumenter yang akan dibuat nantinya. Orang yang memiliki latar pendidikan rendah lebih cenderung menyukai tontonan yang berbau hiburan, infotainment, ataupun sinetron.


(48)

32

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Definisi Judul dan Sub Judul 3.1.1 Definisi Judul

Dalam perancangan ini judul yang diangkat adalah “Perancangan Video

Dokumenter Kebudayaan Suku Sasak pada progam Explore Indonesia di Kompas TV”.

Aspek yang ditelusuri adalah bagaimana untuk merekam suatu kebudayaan masyarakat Suku Sasak dalam sajian yang menarik ke dalam bentuk media audio visual. Tidak hanya sekedar merekam saja, tetapi memiliki tujuan tersendiri untuk memperkenalkan suatu bentuk kebudayaan suku tradisional di tengah masyarakat yang sudah moderen. Hal ini juga dapat menjadi sebuah bentuk promosi bagi para wisatawan untuk berkunjung ke pulau Lombok.

Media yang digunakan dalam perancangan ini adalah audio visual berjenis Video Dokumenter, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan secara bersama-sama secara visual dan naratif (Danesi, 2010:100). Selain itu dibandingkan dengan buku, suatu gambar yang bergerak dengan audio akan terasa lebih menarik untuk dilihat dibandingkan dengan gambar yang statis dengan tulisan.

Program Explore Indonesia di Kompas TV menjadi acuan dalam membuar karya tugas akhir ini. Mulai dari gaya pengambilan gambar, jenis tone warna, pembawaan konsep, hingga dari segi desain juga ditinjau guna memenuhi syarat untuk bisa menjadi suatu program acara.

3.1.2 Definisi Video Dokumenter

Video dokumenter yang dimaksud dalam perancangan ini adalah hasil dari perekaman sebuah visual bergerak ke dalam sebuah alat perekam. Memahami dari arti dokumenter, kita dihadapkan pada dua hal, yaitu pada sesuatu yang nyata, faktual (ada


(49)

33

atau yang terjadi) dan esensial, bernilai atau memiliki makna. Dalam dokumenter terkandung unsur faktual dan niali. Intinya, biarpun banyak catatan, foto atau materi lain yang berisi rekaman peristiwa dan kejadian yang nyata, namun tidak semua hal itu memiliki nilai dokumenter. Hanya suatu materi yang sungguh bermakna bagi suatu lingkungan yang boleh disebut bernilai dokumenter. (Wibowo ,1997:145).

3.1.3 Definisi Kebudayaan

Definisi kebudayaan yang dimaksud dalam perancangan ini merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba yang ada di dalam pikiran manusia yang dapat berupa gagasan, ide, norma, keyakinan dan lain sebagainya. Dalam setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur yang juga dimiliki oleh berbagai kebudayaan lain. Koentjaraningrat menyebutnya sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal yang meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknlogi dan peralatan. Tiap-tiap unsur kebudayaan universal tersebut menjelma kedalam tiga wujud kebudayaan, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2. Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

3. Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas serta tindakan berpola dan manusia di dalam suatu masyarakat.

3.1.4 Definisi Suku Sasak

Sasak yang dimaksud dalam perancangan ini adalah suku bangsa asli yang merupakan penduduk asal pulau Lombok, di propinsi Nusa Tenggara Barat. Orang Sasak tersebar di tiga kabupaten yaitu kabupaten Lombok Barat (Mataram), Lombok Tengah (Praya), dan Lombok Timur (Selong). Orang Sasak kebanyakan bermukim di sekitar gunung. Selain bermukim di sekitar pegunungan, orang Sasak juga banyak mendiami daerah pantai, hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian dan nelayan. Letak tempat orang Sasak yang berada di sekitar pegunungan dan daerah pesisir sangat berpengaruh dalam berbagai hal diantaranya mata


(50)

34

pencaharian, pola perkampungan, bahasa dan lain sebagainya (Badan Pusat Statistik

Mataram, 2001:8).

Disamping bertani dan nelayan mereka juga merawat hewan ternak, hal ini dilakukan untuk menambah penghasilan dan pengetahuan mereka. Mata pencaharian lain yang dilakukan orang-orang Sasak adalah usaha kerajinan tangan berupa anyaman barang-barang dari rotan, ukir-ukiran dan usaha tenun lain yang dijual hingga keluar pulau Lombok (Melatoa, 1995:65)

3.1.5 Definisi Program “Explore Indonesia”

Definisi “Explore Indonesia” di dalam peracangan ini adalah sebuah tayangan berjenis dokumenter yang mengankan tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Indonesia, sebuah negara kesatuan yang memiliki keindahan alam dan budaya mempesona. Dibalik pesona Indonesia yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri ini terdapat banyak hal menarik yang belum banyak dikaji lebih mendalam. Dipandu oleh Kamga, program ini akan mengajak pemirsa mengeksplorasi lebih dalam tentang keindahan budaya dan sejarah Indonesia. Menemukan sesuatu yang baru di tempat lama, membangkitkan hal lama yang hampir punah serta menemukan tempat-tempat baru. Sebuah program dokumenter wisata yang mengekplorasi Indonesia dan menyajikannya dengan sisi-sisi berbeda (sumber: Kompastv.com).

3.1.6 Definisi Kompas TV

Definisi Kompas TV di dalam perancangan ini merupaka

Kompas TV dimiliki ole

televisi ini hadir menggantikan stasiun televisi yang pernah dimiliki oleh Kompas Gramedia, yait berdiri di bawah kepemimpina menjadi tanggal 11 September 2011 Kompas TV mengubah logonya yaitu dengan menghilangkan kata TV pada logo tersebut. Kompas TV mulai mengudara secara luas pada tanggal 9 September 2011 melalui


(51)

35

Gaya acara Kompas TV cenderung formal dengan gaya pembawaan berita seperti metro TV namun dikemas dengan nuansa visual yang lebih segar.

3.2 Populasi dan Sample 3.2.1 Target Audience

Analisis Target Segmen :

Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Analisa : Target Audiens tidak dibatasi laki-laki atau perempuan saja, karena keduanya memiliki peluang untuk menyukai kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam.

Usia : 25-35 tahun

Analisa : Target audiens yang dituju adalah usia dewasa yang telah matang dalam pemikiran dan memiliki ketertarikan lebih untuk melihat sesuatu yang baru. Cenderung kritis dalam berpikir dan menyukai untuk mempelajari hal-hal di luar sana. Menyukai hal yang berbau kebudayaan dan menyukai traveling. Hal ini disesuaikan dengan target dari Stakeholder yang ada, yaitu Kompas TV. 3.2.2 Populasi

Demografi Target Segment • Unisex

• Usia 25-35 tahun • Pendidikan Sarjana

• Tinggal di daerah perkotaan. • Menyukai kebudayaan Indonesia


(52)

36

Psikografis Target Segment

Tertarik mengenai hal yang baru, Senang bepergian, Suka dengan kebudayaan Indonesia, sering menonton televisi, suka berinteraksi dengan orang lain, Suka dengan keindahan alam.

Kepribadian Target Segment

Sudah mulai memasuki tingkat kematangan dalam hal berpikir

• Mulai berkeluarga, tertarik dengan tempat-tempat baru yang belum pernah disinggahi.

• Tidak terlalu tertarik lagi dengan program televisi yang berbau hiburan anak muda.

Karakter Taget Segment

Masa dewasa madya (Middle Adulthood) ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock pada buku “Psikologi Perkembangan”, ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:

• Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari semua kehidupan manusia.

• Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru.

• Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi)

• Masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi dengan kebutuhan pribadi dan sosial.

3.2.3 Sample Kuesioner

Hasil survei sepada 50 orang responden target audiens Jumlah responden : 50 orang


(53)

37

Jenis kelamin

- Laki-laki : 27 orang - Perempuan : 23 orang Jarak umur : 21 – 40 tahun

- 20 tahun : 4 orang - 22 tahun : 5 orang - 24 tahun : 1 orang - 25 tahun : 9 orang - 27 tahun : 11 orang - 31 tahun : 7 orang - 35 tahun : 5 orang - 37 tahun : 8 orang

3.3 Jenis dan Sumber data: 3.3.1 Data Primer

Dalam data primer, jenis data ini meliputi wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait tentang masalah program acara televisi dan bagi orang-orang yang menyukai kebudayaan asli Indonesia dan ingin melestarikannya. Data ini dibutuhkan untuk merancang konsep yang akan diperlukan dalam pembuatan video dokumenter nantinya. Wawancara:

Wawancara (depth interview) dilakukan dengan narasumber yang berkopeten di bidangnya masing-masing. Wawancara yang dilakukan diantaranya adalah:

• Wawancara dengan Rista Erfiana, bekerja di Kompas TV cabang Surabaya (RESPONSIBLE IN NEWS DEPT). Di sini wawancara dilakukan untuk mengetahui seputar program acara yang terkait dengan stakeholder yang disini adalah kompas TV. Menurut Bu Rista program acara yang sesuai dengan judul Tugas Akhir yang dikerjakan adalah “Explorer Indonesia” karena acara tersebut identik dengan kebudayaan Indonesia. Durasi yang ada akan disesuaikan dengan program acara yang ada yaitu sekitar maksimal 25 menit dipotong dengan iklan.


(1)

109

2. KRITERIA KESEHARIAN RESPONDEN

2.1 Apa yang anda lakukan di sela waktu luang atau ketika hari libur? (Jawan bisa lebih dari satu)

1. Menonton televisi

2. Membuka internet

3. Jalan-jalan ke pusat perbelanjaan

4. Liburan Bersama Keluarga

5. Trip ke luar kota

6. Lainnya, sebutkan :

……….………. 2.3Apakah Anda suka menonton televisi

1. Ya 2. Tidak

2.4 Jika ya bagaimana intensitas anda menonton televisi? ... jam dalam ………. sehari

2.5 Menurut Anda, seberapa penting peran televisi sebagai media informasi kepada masyarakat?

Sama sekali Sangat Aspek Tidak penting Penting

1 2 3 4 5

1. Edukasional

2. Akatualitas Berita

3. Trend

4. Hiburan

5. Lainnya,


(2)

110

2.6 Apakah Anda pernah menonton Kompas TV

1. Ya 2. Tidak

2.7 Jika iya program acara apa yang anda sukai? 1. Berita

2. Hiburan

3. Perjalanan / Travel

4. Reality Show

5. Edukasi

6. Lainnya, sebutkan :

……….……….

3. PROSPEK TAYANGAN BUDAYA

3.1 Apakah anda tertarik untuk mengetahui kebudayaan lain yang ada di Indonesia

1. Ya 2. Tidak

3.2 Apakah anda sering melakukan perjalanan ke tempat lain di luar kota?

Sering Kadang-kadang

Jarang Tidak Pernah


(3)

111

3.4 Jika suatu saat anda diberi kesempatan untuk untuk berkunjung ke pulau lombok, apa yang anda lakukan di sana?

Terima kasih atas partisipasi Anda. Semoga semakin sukses!


(4)

112

WAWANCARA

Nama : Rista Efiana Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Responsible in news Departement Kantor : Kompas TV

Pertanyaan 1 : Apakah yang membedakan antara Kompas TV dengan Stasiun Televisi lainnya? Jawaban : Kompas TV merupakan perkembangan dari Kompas group yang fokus pada

penyajian suatu berita secara aktual, inovatif, dan eksklusif. Kompas TV juga merupakan pelopor stasiun televisi yang menggunakan high definition (HD) pada penayangannya.

Pertanyaan 2: Kalau begitu apakah yang membedakan antara Kompas TV dengan Metro TV? Jawaban : Metro TV merupakan Tv Jurnalis yang mengedepankan up to date suatu berita,

sedangkan Kompas TV mencari pilihan berita yang menarik, informatif, dan juga mengedepankan sisi edukasi dalam penyajiannya. Tayangannya juga lebih jernih karena sudah didukung kualitas HD

Pertanyaan 3:Adakah Program acara dari Kompas TV yang mengangkat Tema mengenai Indonesia?

Jawaban : Oh banyak, kebetulan beberapa program acara dari kami banyak yang mengangkat tentang keindahan Indonesia. Contohnya seperti “Teroka” yang membahas tentang penjelajahan, “Ekspedisi Cincin Api” yang membahas mengenai gunung berapi di Indonesia, “Hidden Paradise” yang membahas tempat-tempat indah yang tersembunyi, dan “Explore Indonesia” yang membahas tempat dan upacara menarik di Nusantara.


(5)

113

Pertanyaan 4: Jadi “Explore Indonesia” adalah program acara yang membahas tempat dan upacara yang menarik, apakah ada hubungannya dengan Suku?

Jawaban : Ya, pastinya. Memang Explore Indonesia mengangakat tempat yang menarik untuk dikunjungi, tidak hanya dari keindahan tempatnya, melainkan juga keunikan dari daerah tersebut. Bisa dari adat istiadatnya, hingga upacara atau ritual keagamaan yang dilakukan.

Pertanyaan 5: Apakah setiap program acara memiliki jatah iklan buat penayangannya?

Jawaban : Ya tentu saja. Setiap program acara memiliki durasi antara 30 menit atau 1 jam, dan di sela-selanya diselipkan Comercial Break. Iklan juga berpengaruh pada Rating acara.

Pertanyaan 6: Untuk program acara 30 menit biasanya diisi iklan berapa menit?

Jawaban : Tergantung Rating juga, jadinya tidak mesti. Bisa bervariasi antara 5 hingga 7 menit yang dibagi tiap penayangan berapa menit nantinya. Dan Intensitas Iklan juga harus diatur agar tidak menimbulkan kejenuhan audience


(6)

114