Hasil Belajar Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Bopkri 2 Yogyakarta pada materi sistem pertahanan tubuh

berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan dan lain-lain 5 Karakterisasi characterization: karakteristik meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana. c. Psychomotor Domain kawasan psikomotor Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antaralain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang dan lain-lain. Dave mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut. 1 Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons 2 Menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain 3 Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal 4 Merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat 5 Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal Dave dalam Siregar dan Nara, 2010. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing. Prinsip Learning by Doing yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan tercipta suatu pengalaman yang bermakna. Peran serta siswa dan guru dalam konteks belajar menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa dalam pembelajaran, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermakna, yang dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Gagne dan Briggs dalam Yamin 2007 menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, diantaranya adalah: 1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Menjelaskan tujuan instruksional kemampuan dasar kepada siswa 3. Mengingatkan kompetensi prasyarat 4. Memberikan stimulus masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari 5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya 6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran 7. Memberikan umpan balik feed back 8. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa test, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur 9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran

D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem-Based Learning

1. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang selanjutnya disebut MPBM berakar dari keyakinan John Dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami siswa untuk menyelidiki dan menciptakan. Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena konteks alamiah ini memberi sesuatu yang dapat dilakukan siswa, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut siswa berpikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula. Konsep pembelajaran ini selanjutnya dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan siswa senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah Abidin, 2014. Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan pada teori Piaget dan Vigotsky konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme siswa belajar mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata real world problem secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi higher order thinking dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran dengan metode PBL melibatkan siswa untuk aktif menggali pengetahuan, aktif mencari informasi baru, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan apa yang diketahuinya, mengorganisasikan informasi yang diketahui, menjelaskan pada teman yang lain dan melibatkan teknologi dalam proses belajar Sani, 2014. Kemendikbud 2013b memandang MPBM suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau meteri yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, MPBM dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah- masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, MPBM merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasi konteks belajar di sekolah dan belajar dikehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang kedua digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam MPBM masalah kehidupan nyata yang kompleks digunakan untuk memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang dibutuhkan untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut Abidin, 2014 2. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Delisle dalam Abidin 2014 menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpikir dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah juga merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengontruksi pengetahuan, mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar dikehidupan nyata secara alamiah Abidin, 2014. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Pembelajaran berbasis masalah, antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah Hosnan, 2014. Sementara itu, guru sebagai tutor mempunyai tugas mengelola strategi pembelajaran berbasis masalah dan langkah-langkahnya, memfasilitasi berfungsinya kelompok kecil, memandu siswa untuk mempelajari materi khusus isi mata pelajaran menuju mekanisme dan konsep dan bukan solusi dari masalah, mendukung otonomi siswa dalam belajar, menstimulasi motivasi untuk mengarahkan dan mempengaruhi perkembangan siswa dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan di kelas adalah menerima umpan balik dari kelompok lain, di bawah panduan guru. Untuk mengembangkan suatu masalah lebih lanjut dalam strategi pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah, dimulai dengan menjelaskan isi informasi yang akan dipelajari, menjelaskan keterampilan yang akan dipraktikkan, menjelaskan kemungkinan terdapat sumber- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sumber informasi yang penting, menuliskan pernyataan atau rumusan masalah berdasarkan kurikulum, relevan dengan pengalaman belajar, tidak terstruktur, cukup fleksibel untuk dikembangkan, mengembangkan pernyataan masalah yang terfokus, daftar sumber yang akan digunakan, memastikan bahwa cakupan masalah sesuai dengan waktu yang direncanakan, dan merencanakan strategi evaluasinya Rusmono, 2012. Selain itu pembelajaran berbasis masalah juga merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah memungkinkan untuk melatih siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan serta mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan Sani, 2014. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata autentik yang tidak terstruktur ill- structured dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru Hosnan, 2014. Jadi, dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah siswa akan mudah memahami materi yang diajarkan karena lebih banyak menggunakan contoh-contoh kongkrit berdasarkan fakta dalam kehidupan