24
2.2.5 Membaca Permulaan
Menurut Zuchdi dan Budiasih 2001:57, membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan
membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui
bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.
Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca menurut Syafi’ie dalam Rahim 2005: 2, yaitu recording,
decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dalam kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyian sesuai dengan sistem
tulisan yang digunakan sedangkan proses decoding penyandian merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan
decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu kelas I, II, III yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini
ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna meaning lebih
ditekankan di kelas-kelas tinggi. Rahim 2005: 2, mengategorikan membaca menjadi dua tingkatan yaitu
belajar membaca yang lazim disebut membaca permulaan dan membaca untuk belajar. Membaca permulaan adalah membaca yang difokuskan kepada
penganalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa biasanya
25
berlangsung pada kelas-kelas awal atau pembaca pemula, yaitu SD kelas I, II, dan III.
Haryadi 2006: 42, mengemukakan bahwa pembaca pemula adalah pembaca yang baru kali pertama membaca atau belajar membaca. Secara formal,
pembaca pemula adalah siswa yang duduk di kelas I SD. Namun, bisa saja pembaca pemula sebelum kelas I SD yaitu anak TK atau play group. Dilihat dari
usia, pembaca pemula berusia antara 6 atau 7 tahun karena pada umur-umur tersebut sensor atau mata siswa, baik pandangan maupun syarafnya, sudah siap
menerima rangsangan yang berupa lambang-lambang dalam bentuk huruf, baik huruf latin, arab, kanji maupun huruf-huruf lainnya. Walaupun demikian,
kematangan sensoris seorang siswa dapat dikondisikan matang lebih awal. Seorang anak bisa dilatih membaca permulaan sebelum usia 6 atau 7 tahun, yaitu
pada 4 atau 5 tahun. Nuryati 2006:4, pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum
memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi
bahasa tersebut, untuk memperoleh kemapuna membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan a lambang-lambang tulis, b penguasaan
kosakata untuk member arti, dan c memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa membaca permulaan
merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk
26
pada pengenalan dan pengasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal
untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca
permulaan adalah membaca yang difokuskan pada pembaca pemula yang baru kali pertama membaca atau belajar membaca melalui pengenalan rangkaian huruf
dengan bunyi-bunyi bahasa yang berlangsung pada kelas-kelas awal I, II, dan III.
Pengajaran membaca permulaan sangat penting sekali diberikan kepada pembaca pemula atau dalam penelitian ini pengajaran diberikan kepada siswa
kelas I sekolah dasar. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa dalam belajar membaca, selain itu membantu guru untuk mengetahui siswa mana yang
keterampilan membacanya masih rendah atau sama sekali belum bisa membaca. Untuk itu sebagai guru membaca tidaklah mudah membelajarkan keterampilan
membaca pada siswa yang sama sekali belum dapat membaca. Ini merupakan tantangan bagi guru untuk mencari cara yang tepat bagaimana pengajaran
membaca dapat berjalan dengan lancar.
2.2.6 Teknik