22
d. Manajemen : organisasi, struktur kepengurusan, mekanisme kerja,
disiplin, komunikasi, motivasi pencatatan dan pelaporan. e.
Dana : sumber penggunaan dan pertanggungjawaban. f.
Monitoring dan evaluasi : pemantauan rutin, penampungan masalah dan keluhan serta test hasil belajar.
Sistem dan bentuk peningkatan kinerja guru yang harus diterapkan hendaknya dilakukan dengan berupa bantuan dan pelayanan. Sistem
bantuan yang dimaksud merupakan proses peningkatan yang dilakukan dengan cara para pembina membantu para guru untuk mampu melakukan
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, misalnya dengan cara memberi contoh atau mendemonstrasikannya. Sistem pelayanan yang dimaksud
dalam peningkatan merupakan proses yang dilakukan dengan cara kepala sekolah menerima dan berupaya membantu guru apabila dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang ditemui di sekolahnya. Bantuan dan layanan yang diberikan oleh kepala sekolah merupakan kunci dari keberhasilan
guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar secara kompeten. Keadaan ini tentunya dapat diwujudkan apabila dalam
pelaksanaannya mampu dikelola dengan baik dan terdapat adanya sistem kerjasama antara guru dan kepala sekolah.
2. Keefektifan Komunikasi Kepala Sekolah
Dalam proses manajemen dan kepemimpinan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Dengan komunikasi dapat
diwujudkan hubungan dalam lingkungan organisasi dan hubungan ke luar. Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manajerial.
Tanpa komunikasi yang baik, lingkungan organisasi akan menjadi kurang harmonis dan dengan pihak luar tidak akan terjalin hubungan kerjasama yang
23
lebih baik. Pada hakekatnya manajemen dan kepemimpinan adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, maka
tentu saja di antara manusia-manusia yang bekerjasama itu, harus ada komunikasi. Kerjasama tidak akan mungkin tercipta tanpa komunikasi.
Demikian juga dengan organisasi atau perusahaan tidak akan dapat melepaskan diri dari proses komunikasi, melainkan harus ada kontak dengan
dunia luar yang dibina melalui saluran komunikasi yang tepat.
Seorang kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolahnya, perlu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi agar apa yang diharapkannya
dapat diterima dengan baik oleh semua personil sekolah. Komunikasi merupakan alat bagi kepala sekolah untuk berinteraksi dengan personil
lainnya, sehinga dapat menumbuhkan saling pengertian, kepercayaan, menyelesaikan masalah akibat salah paham dan memadukan pendapat serta
meluruskan salah penafsiran terhadap suatu masalah.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris coomunication berasal dari bahasa latin communicati yang akar kata dari communicatio
adalah communis berarti sama. Evrett M. Rogers Hafied Cangara 2002:19 mengemukakan “komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. Definisi ini kemudian
dikembangkan oleh Rogers bersama Lawrence Kincaid 1999:213 sehingga melahirkan definisi baru yang menyatakan “komunikasi adalah
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan
tiba pada saling pengertian yang mendalam”. Selanjutnya Oteng Sutisna 1989:226 mengemukakan sebagai berikut.
Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan dari orang ke orang atau dari
kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi.
24
Sejalan dengan pendapat tersebut G.R Terry Hamzah Yaqub 1994:166 mengemukakan “komunikasi berhubungan dengan seni mengembangkan dan
mencapai pengertian serta sebagai alat dan bukan merupakan tujuan”. Komunikasi di samping menyalurkan segala bentuk informasi juga penting
adanya penerimaan dari pihak penerima informasi, dan penerima informasi terpengaruh oleh informasi yang diterimanya, sehingga dapat menimbulkan
perubahan sikap. Sebagai bukti adanya penerimaan dinyatakan dalam bentuk jawaban respon. Bentuk informasi, ide, gagasan dan yang lainnya dapat
disampaikan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat yang kemudian oleh penerima bentuk kata-kata atau isyarat itu diterjemahkan lagi menjadi bemtuk
pikiran, kemudian dijadikan bentuk jawaban sebagai balikan dari pesan tadi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi organisasi tiada lain daripada suatu proses penyampaian
informasi, ide, penjelasan, perasaan dan pertanyaan untuk diterima oleh orang lain, sehingga memberikan reaksi atau mengadakan perubahan perilaku yang
terjadi di dalam organisasi tempat orang-orang melakukan berbagai aktivitasnya.
Komunikasi akan terjadi apabila ada kesamaan makna antara oleh dua orang atau lebih mengenai apa yang diperbincangkan. Dalam kontek
komunikasi, kesamaan makna sangat penting bahkan melampaui kesamaan bahasa, sebab percakapan antara dua orang yang memiliki
kesamaan bahasa belum menjamin keduanya memiliki kesamaan makna. Dengan kata lain, percakapan akan berlangsung bila hubungan komunikasi
antara komunikator sender dan komunikan receiver bersifat informatif. Namun demikian, komunikasi tidak hanya bersifat informatif tetapi juga
persuasif. Artinya, komunikasi tidak hanya bertujuan agar orang lain tahu dan mengerti, tetapi juga berharap agar orang lain menerima suatu paham,
keyakinan atau melakukan suatu perbuatan tertentu. Dengan demikian, komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, tetapi juga
pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap publik public attitude
. Dengan mengutip pandangan Carl I. Hovland, Onong Uchyana
25
Effendi 2001:9-10 mengatakan “communication is the process to modify the behavior of other individuals
”. Kemudian, untuk sampai pada tujuan komunikasi yang bersifat
informatif dan persuasif tersebut, terdapat beberapa proses komunikasi yang harus dilalui oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pertama-
tama komunikator menyandi encode pesan yang akan disampaikan pada komunikan receiver. Ini berarti ia memformulasikan pikiran atau
perasaannya ke dalam lambang bahasa yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk
mengawa-sandi decode pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan
komunikator dalam konteks pengertiannya. Jadi, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka
acuan frame of reference, yakni paduan pengalaman dan pengertian collection of experiences and meaning yang pernah diperoleh
komunikan. Jadi, bidang pengalaman merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman antara komunikator sama
dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama
dengan pengalaman komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Dengan demikian, komunikasi selalu bersifat dialogis, sehingga ketika komunikan memberikan jawaban, maka ia kini menjadi encoder
26
Media dan komunikator menjadi decoder. Inilah suatu proses yang dinamakan
umpan balik feedback. Umpan balik ini memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan apakah sebuah proses
komunikasi akan berlanjut atau berhenti. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan
positif apabila tanggapan, respon atau reaksi komunikan menyenangkan komunikator sehingga komunikasi dapat berjalan lancar. Sebaliknya,
umpan balik dikatakan negatif apabila tanggapan komunikan tidak menyenangkan komunikator, sehingga komunikator enggan untuk
melanjutkan komunikasinya. Onong Uchjana Effendi 2001:14. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Philip Kotler
Gambar tersebut menegaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci agar komunikasi berlangsung efektif. Dalam hal ini, komunikator
harus tahu khalayak mana yang ia jadikan sasaran dan tanggapan apa yang Sender
Encoding Message
Decoding Receiver
Noise
Feed Back Response
27
ia inginkan. Selain itu, komunikator juga harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran dapat
mengawasandi pesan yang ia sampaikan. Bersamaan dengan itu, komunikator juga harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien
dalam mencapai khalayak sasaran. Karena itu, agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh
komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm Onong Uchyana Efendi 2001:19 melihat
pesan sebagai tanda essensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman field of experience
komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan
komunikan akan dapat menagawasandi dalam istilah-istiah pengalaman yang dimiliknya masing-masing. Karena itu, komunikasi akan menjadi
persoalan bagi komunikator yang berasal dari strata sosial yang satu yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan komunikan yang berasal dari
strata sosial yang lain. Akan tetapi dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy,
yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dan komunikan terdapat
perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap
empatik, komunikasi tidak akan gagal.
28
Gambar 2.2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hubungan Komunikasi
Keefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
tersebut. Menurut hasil riset yang yang dilakukan Rodger D. Collons 1987:38 ”karakter kepemimpinan tidak mengungkapkan satu sifat
tunggal yang dimiliki semua pemimpin yang berhasil, tetapi sejumlah ciri yang umum dimiliki oleh banyak diantara mereka, telah diidentifikasikan
sebagai pemimpin yang efektif”. Dikatakan lebih lanjut oleh Rodger D. Collons 1987:38-40 ”sejumlah ciri kepemimpinan yang efektif
mencakup aspek: a kelancaran berbicara, b kemampuan untuk memecahkan persoalan, c kesadaran akan kebutuhan, d keluwesan,
e kecerdasan, f kesediaan menerima tanggung jawab, g keterampilan sosial, h kesadaran akan diri dan lingkungan. Selanjutnya menurut
Bernard M. Bass Gibson 1985:337 sifat-sifat yang dikaitkan dengan keefektifan kepemimpinan adalah sebagai berikut.
Field of Experience
Encoder
Field of Experience
Decoder sig
nal Sender
Receiver
29
a. Kecerdasan, yang meliputi: pertimbangan, ketegasan,
pengetahuan, dan kefasihan berbicara. b.
Kepribadian, yang meliputi: kemampuan adaptasi, kewaspadaan, kreatifitas, integritas pribadi, percaya diri,
keseimbangan dan pengendalian emosional, dan mandiri non konformitas.
c. Kemampuan, yang meliputi: kemampuan memperoleh
kerjasama, popularitas dan prestise, kemampuan bergaul keterangan antar pribadi, partisipasi sosial, bijaksana, dan
diplomasi.
Sedangkan menurut School Improvement in Maryland Web Site yang diterjemahkan bebas oleh Soelistia 2003:13 indikator yang
menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan kolaborasi dalam pemecahan masalah dan
mengadakan komunikasi terbuka Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah:
1 berkolaborasi dengan stakeholder dalam proses perbaikan sekolah, 2 berbagi data mengenai keberhasilan prestasi murid dengan
stakeholders, 3 menyediakan waktu untuk memecahkan masalah
secara kolaboratif, 4 menunjukkan keterampilan membangun proses kelompok yang efektif dan mengembangkan consensus dalam
melakukan perbaikan sekolah, 5 mengkomunikasikan kepada setaf, orang tua, murid, dan anggota masyarakat pada umumnya tentang visi
sekolah, tujuan-tujuan sekolah dan proses yang sedang berlangsung dalam usahanya untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah, 6 menghargai
dan merayakan sumbangan anggota masyarakat sekolah karena
30
keikutsertaannya dalam perbaikan sekolah, 7 mengembangkan kemampuan memimpin orang lain, 8 mengevaluasi keterampilan staf
dalam berkolaborasi dan memberi dukungan atas pengembangan staf. b.
Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah
Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1 memastikan bahwa berbagai sumber data dikumpulkan dan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja murid, 2 melibatkan semua staf dalam menganalisis data prestasi murid, 3 mengidentifikasi kekurang
cocokan antara out come yang diinginkan dengan out come yang ada, 4 melibatkan staf dan stakeholders yang lain dalam suatu proses
kolaboratif untuk mengklarifikasi suatu masalah, 5 mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah yang diprioritaskan, berdasarkan
analisis data, 6 menyusun model penggunaan data bagi pengambilan keputusan, 7 secara teratur meminta staf untuk mengidentifikasi data
yang digunakan untuk mengambil keputusan, 8 mengevaluasi kompetensi guru dan mengatasi kekurangannya dengan
menyelenggarakan pengembangan staf, dan 9 menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk mengorganisir dan menganalisis
data. c.
Menggunakan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam program intruksional
31
Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1 memastikan bahwa rencana perbaikan sekolah didasarkan pada analisis data dan
klarifikasi masalah, 2 menyediakan fasilitas bagi pengembangan rencana perbaikan tujuan, bukti-bukti pencapaian tujuan, dan setrategi
jelas, 3 bersama dengan staf mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan guru yang diperlukan untuk melaksanakan setrategi
pengajaran dalam rangka perbaikan sekolah, 4 memastikan bahwa dalam rencana perbaikan tersebut berbagai kegiatan untuk mendukung
setrategi teridentifikasi, 5 memastikan bahwa antara evaluasi, kurikulum dan pengajaran terkait satu sama lain, 6 memberi
kesempatan kepada staf untuk mempelajari setrategi yang berbasis penelitian untuk memecahkan masalah, dan 7 memberi kesempatan
kepada staf untuk belajar dari sekolah lain yang telah berhasil dalam menerapkan setrateginya.
d. Melakukan dan memonitor rencana perbaikan sekolah
Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah: 1 menyiapkan kalender kegiatan untuk perbaikan sekolah dan memastikan bahwa
kalender kegiatan tersebut ditinjau bersama secara teratur, 2 menentukan proses yang teratur untuk melacak pengaruh perbaikan
sekolah terhadap prestasi belajar murid, 3 memonitor secara dekat pengumpulan dan penganalisisan data untuk mengetahui apakah
terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan dan apakah memuaskan semua kelompok murid, 4 secara terus-menerus mengumpulkan dan
32
menggunakan data mengenai keputusan-keputusan di tingkat kelas dan memberikan bantuan kepada individu atau kelompok murid,
5 menggunakan berbagai sarana termasuk teknologi untuk memonitor kemajuan, 6 memberikan apresiasi terhadap mereka yang berhasil,
7 menyerasikan sumber-sumber dana staf, pengembangan staf untuk memaksimalkan pencapaian tujuan perbaikan sekolah,
8 mendukung staf bila mereka mengadakan perubahan instruksional untuk memperlancar pencapaian tujuan perbaikan, dan 9 bersama
dengan staf menggunakan waktu dalam rapat, atau pertemuan lain untuk memonitor, mengkomunikasikan sesuatu.
e. Berfikir sistem dalam menetapkan fokus untuk mencapai tujuan
prestasi belajar murid Agar kepemimpinan kepala sekolah efektif hendaklah:
1 menyerasikan semua sumber-sumber sekolah dengan prioritas perbaikan, 2 menyerasikan tujuan perbaikan sekolah, pengajaran di
kelas, dengan pencapaian kelas atau sekolah, 3 mengidentifikasi proses-proses penting yang memiliki pengaruh pada hasil,
4 mengidentifikasi ukuran kinerja dan indikator yang mengaitkan proses pengajaran dengan tujuan intruksional, 5 berkomunikasi
dengan para pengambil keputusan di luar lembaga sekolah, dan 6 memastikan bahwa tujuan sekolah sejalan dengan tujuan lokal dan
nasional.
33
Dengan demikian, kepemimpinan yang efektif memiliki hubungan erat dengan komunikasi efektif. Sedangkan kualifikasi manajer yang
memiliki kemampuan komunikasi efektif dapat dilihat dari kemampuannya mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, mampu menjadi
pendengar yang baik, mampu atau terampil menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan
komunikasi yang efektif. www.sinarharapan.co.idekonomimandiri 2002041
Kemudian, dalam kaitannya dengan institusi pendidikan, seorang komunikator dikatakan efektif apabila memliki tiga aspek berikut.
a organizational stability answers questions clearly and concisely, explains guidelines, and points out what is important in each lesson;
b instructional adaptability shows interest in student opinions; and c interpersonal flexibility does not put students down or interrupt them.
www. ericfacility.netdatabasesERIC_Digests. Selanjutnya Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
www.sinarharapan.co.idekonomi mandiri2002041
, mengemukakan lima hukum komunikasi yang efektif yaitu : a respect, b empathy, c audible, d clarity dan e humble. Untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. a.
Respect Komunikasi yang efektif harus dibangun dari sikap menghargai
terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama
34
dalam berkomunikasi dengan orang lain, karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika komunikasi
dibangun di atas rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan lahir kerjasama yang sinergi yang akan meningkatkan
keefektifan kinerja seorang individu maupun organisasi sebagai sebuah tim.
b. Empathy
Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah
satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan
atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan
manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti Seek First to Understand – understand then
be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust
. Rasa empati akan memungkinkan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan message dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan receiver menerimanya. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam
membangun kerjasama tim, orang-orang yang terlibat dalam tim tersebut harus saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain
dalam tim tersebut. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
35
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Dengan
demikian, sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, seseorang harus mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan, sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga
berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang
positif, karena essensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. c.
Audible Makna audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti seseorang harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible
berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media
atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima
oleh penerima pesan.
36
d. Clarity
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya trust dari penerima pesan atau anggota
tim. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau
tim secara keseluruhan. e.
Humble Hamble
dapat disebut sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain yang biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap ini pada intinya antara lain: sikap yang penuh
melayani Customer First Attitude, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang
rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar. Jika komunikasi didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka seorang manajer atau kepala
sekolah dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain
yang penuh dengan penghargaan respect, karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dan saling menguatkan.
37
Komunikasi dalam organisasi bukan hanya sekedar proses pertukaran informasi yang dapat dilihat atau dimengerti semata, namun termasuk perilaku
dan peranan-peranannya. Komunikasi merupakan hal yang mutlak harus ada karena dengan komunikasi yang efektif segala aktivitas dalam organisasi dapat
dikoordinasikan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Berdasarkan kepentingan tersebut, maka prinsip-prinsip komunikasi harus
ditanamkan dalam komunikasi organisasi, sebagaimana dikemukakan oleh Abizar 1992:231 adalah sebagai berikut.
a. Komunikasi itu bukan benda dan bukan pula sesuatu yang
statis. Komunikasi adalah suatu proses, pengirim dan penerima tidak statis tetapi dinamis. Prinsip ini membukan
pemikiran bahwa komunikasi itu adalah dinamis, dalam arti pengirim dan penerima pesan dapat bertukar pikiran dan
peran.
b. Komunikasi itu tidak linier tetapi sirkuler. Proses komunikasi
itu bukan lurus tetapi berputar. c.
Komunikasi itu sangat kompleks, artinya kalau melakukan suatu komunikasi dengan banyak orang, maka terdapat
keanekaragaman dalam proses komunikasi itu. d.
Komunikasi itu tidak dapat diputar dan tidak dapat diulang lagi.
e. Komunikasi melibatkan keseluruhan kepribadian. Walaupun
ada usaha untuk membedakan pikiran dan perasaan, jasmani dan rohani, namun dalam proses komunikasi keseluruhan
aspek kepribadian terlibat dan tidak dapat dipisahkan selama ia masih manusia.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka pengaruhnya terhadap kepala sekolah harus benar-benar melaksanakan komunikasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi sekolah dapat tercapai. Dalam melaksanakan komunikasi terdapat dua teknik yang dapat
dilakukan kepala sekolah, sebagaimana yang dikemukakan Udi Turmudi Saputra 1991:77 yaitu sebagai berikut.
a. Secara langsung, yaitu komunikasi satu sama lain dengan
tatap muka tanpa menggunakan alat sebagai perantara atau langsung dengan menggunakan alat seperti telepon.
b. Secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media
tulisan atau bentuk lain. Dalam melaksanakan teknik komunikasi baik yang bersifat langsung maupun
tidak, maka agar lebih berhasil seorang kepala sekolah harus memperhatikan hal-hal yang dikemukakan The Liang Gie 1994:496–552 yaitu sebagai
berikut.
38
a. Kejelasan, artinya komunikasi yang dilakukan harus jelas dan
dapat dimengerti oleh komunikan, sehingga ia dapat melaksanakannya.
b. Ketepatan, artinya proses komunikasi harus memperhatikan
apa yang hendak disampaikan, sehingga tepat sasaran. c.
Kecukupan, artinya pesan yang disampaikan jangan sampai berlebihan, sehingga dapat membingungkan bagi komunikan,
jika dirasa telah cukup dipahami, maka pesan yang disampaikan diakhiri saja.
d. Mengadakan tindak lanjut, artinya untuk mengecek apakah
informasi yang telah diberikan dapat dilaksanakan atau tidak. e.
Mengatur arus informasi, informasi yang banyak harus dapat dikendalikan oleh komunikan, sehingga tidak berlebihan
dalam menerima pesan. f.
Pengulangan, artinya pesan yang disampaikan perlu dilakukan agar dipahami lebih jelas lagi.
g. Penghayatan, artinya pesan yang telah disampaikan perlu
dilakukan komunikan, sehingga dapat dengan jelas makna sesungguhnya dari isi pesan yang dimaksudkan.
h. Mendorong saling mempercayai, artinya adanya kepercayaan
memudahkan untuk membentuk saling pengertian, sehingga komunikan tidak merasa berat untuk melaksanakan pesan
yang dibebankan kepadanya.
i. Penetapan waktu yang efektif, artinya penggunaan waktu
yang efektif sangat membantu dalam cepat tidaknya pesan dilaksanakan, waktu yang benar-benar efektif dipergunakan
akan mempercepat pelaksanaan pesan yang telah disampaikan.
j. Mendengarkan secara efektif, artinya komunikan harus dapat
memilih mana yang sesungguhnya inti dari pesan yang disampaikan, sehingga dapat dengan tepat melaksanakannya.
k. Menggunakan selentingan, artinya pesan yang disampaikan
secara tidak langsung yang berasal dari orang lain, sehingga hal yang terpenting adalah kepecayaan atau dengan kata lain
apakah selentingan tersebut benar atau tidak.
Dari beberapa pengertian tersebut, maka keefektifan komunikasi kepala sekolah adalah kemampuan yang bersifat informatif dan persuasif
dalam melaksanakan peranan interpersonal interpersonal role, informasional informasional role dan peranan memutuskan decissional
role untuk mengkoordinasikan guru dan karyawan agar bersama-sama
39
mencapai tujuan organisasi. Keefektifan komunikasi kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Komunikasi akan melibatkan sumber pengiriman informasi. Hal ini berupa pesan yang disampaikan kepada penerima melalui media.
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan
yang dikirim oleh sumber. Jika penerimakhalayak mengetahui atau memahami pesan maka komunikasi berhasil. Keberhasilan komunikasi
tergantung efek perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pesan akan
menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber, ini juga ditentukan lingkungan.
3. Iklim Organisasi