68
hirarki kriteria dan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas
Prajanti, 2013 . Proses hirarki adalah suatu model yang
memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi
masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.
2.10.1 Konsep AHP
Saaty 1987 mendeskripsikan bahwa untuk menetapkan priorita elemen-
elemen dalam suatu persoalan keputusan dengan membuat pembandingan berpasangan pairwise comparisons, yaitu setiap elemen dibandingkan
berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Bentuk dari pada pembandingan berpasangan adalah seperti pada matriks berikut:
Tabel 2.4 Matriks Analysis Hierarchy Prosecc AHP Kriteria Variabel
C1 C2
C3 C4
C5 Aspek
A1 A1
A1 A1
A1 A2
A2 A2
A2 A2
A3 A3
A3 A3
A3 A4
A4 A4
A4 A4
Sumber: Saaty 1987 dalam Prajanti 2013
. Pada tabel tersebut, C merupakan kriteria strategi yang telah ditetapkan di
dalam penelitian. Sedangkan A merupakan aspek atau sub-strategi dari C kriteria. Angka 1 hingga 5 menggambarkan jumlah kriteria yang dipakai di
dalam penelitian, sedangkan angka 1 hingga 4 di dalam A menggambarkan jumlah aspek yang dipergunakan di dalam penelitian.
Pengisian matriks banding berpasangan memakai bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas elemen yang lainnya.
69
Skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1-9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap
tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat diatasnya. Pada AHP, skala banding yang digunakan untuk penyusunan prioritas
alternatif dari kriteria guna mencapai sasaran, seperti tabel berikut.
Tabel 2.5 Skala Banding Berpasangan Nilai 1
Kedua faktor sama pentingnya
Nilai 3
Faktor yang satu sedikit lebih penting dari faktor yang lain
Nilai 5
Faktor satu esensial atau lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara, diantara dua pertimbangan yang dibandingkan
Nilai Kebalikan
Aktivitas mendapat angka 2 jika dibandingkan dengan lainnya
Sumber: Saaty 1987 dalam Prajanti 2013. Pada persoalan pengambilan keputusan, konsistensi hingga kadar tertentu
dalam menetapkan prioritas untuk elemen-elemen atau aktivitas-aktivitas terkait dengan beberapa kriteria adalah diperlukan untuk memperoleh basil-basil yang
sahib dalam realitas empirik. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus
10 atau kurang CR 10. Jika lebih dari 10, pertimbangan itu mungkin akan acak dan perlu diperbaiki.
70
2.11 Penelitian Terdahulu