Keterkaitan Persepsi Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7 Keterkaitan Persepsi Masyarakat

Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II lebih dahulu beroperasi dibandingkan dengan munculnya pemukiman -pemukiman di sekitar bandar udara. Dengan meningkatnya harga tanah, kebutuhan masyarakat mendapat tempat tinggal yang dekat dengan lokasi kerja mereka dan mudahnya pemberian ijin pendirian pemukiman tanpa memperdulikan persyaratan lingkungan menyebabkan mudahnya timbul pemukiman baru di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, khususnya pada kawasan kebisingan tingkat 3. Sebagian besar responden Kepala Keluarga Dapat di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berumur 30-50 tahun, dan merupakan usia angkatan kerja. Hal ini disebabkan karena daerah di sekitar bandar udara terletak dekat dengan perkotaan yang merupakan tempat mereka bekerja. Tingkat pendidikan responden cukup tinggi yaitu 68 persen lulusan SLTA dan perguruan tinggi. Kualitas pendidikan relatif memberikan refleksi akan pola dan aktifitas seseorang dalam rumah tangga. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kebisingan. Jenis pekerjaan responden yang terbanyak adalah karyawan sebesar 35 persen, hal ini menggambarkan bahwa daerah di sekitar bandar udara bukan merupakan daerah pertanian lagi tetapi sudah berubah menjadi daerah perkotaan. Lama tinggal responden yang paling banyak adalah 1-3 tahun sebesar 40 persen, ini menggambarkan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar bandar udara merupakan masyarakat yang baru tinggal di sekitar bandar udara. Harga tanah di daerah yang berada di sekitar bandar udara berada pada harga Rp.70,000m 2 . Harga tanah yang murah menyebabkan masyarakat lebih memilih tinggal di sekitar bandar udara. Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Kebisingan Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase persen 1. Persepsi terhadap kebisingan Bising Tidak 36 64 36 64 Jumlah 100 100 2. KB1 Bising Tidak 5 28 17.85 84.85 Jumlah 33 100 3. KB 2 Bising Tidak 11 17 39.28 60.72 Jumlah 28 100 4. KB 3 Bising Tidak 20 19 51.28 48.72 Jumlah 39 100 5. Sumber kebisingan Bandar udara lainnya 29 7 80.56 19.44 Jumlah 36 100 6. Waktu bising 10.00-13.00 13.00-16.00 10.00-16.00 6 19 11 16.67 52.78 30.56 Jumlah 36 100 7. Keluhan akibat kebisingan Kepada diri sendiri Kepada diri sendiri dan anggota keluarga Kepada diri sendiri, keluarga dan orang lain 4 11 2 23.53 64.71 11.76 Jumlah 17 100 5. Gangguan akibat kebisingan Susah tidur Gangguan terhadap percakapan Mudah terkejut Susah tidur dan gangguan terhadap percakapan 1 4 1 1 14.28 57.14 14.28 14.28 Jumlah 7 100 Persepsi responden terhadap kebisingan yang terjadi di sekitar pemukiman mereka sebagian besar menjawab tidak bising 64 persen sedangkan yang menjawab bising sebesar 36 persen dapat dilihat pada Tabel 14. Responden yang berada pada kawasan kebisingan tingkat 3 sebagian besar merasa lebih bising dibandingkan dengan responden yang berada pada kawasan kebisingan tingkat 1 dan 2. Sedangkan selang waktu bising yang dirasakan oleh responden adalah pada 13.00-16.00. Hal ini dapat terjadi karena pada selang waktu tersebut jadwal penerbangan sangat padat dan merupakan waktu istirahat siang bagi responden. Sumber kebisingan yang terjadi di pemukiman responden disebabkan oleh kegiatan bandar udara 80.56 persen. Sebagian besar responden hanya mengeluh kepada keluarganya saja akibat kebising an yang terjadi. Sedangkan jenis gangguan yang dirasakan akibat kebisingan bandar udara sebagian besar menjawab gangguan pada percakapan. Dimana mereka akan berhenti dulu berbicara apabila ada pesawat yang lewat. Menurut rencana umum tata ruang Kota Pekanb aru tahun 2002-2006 Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II akan ditingkatkan kelasnya menjadi kelas 1, sehingga panjang landasan pacu run way 2,240 meter tidak akan mampu menampung jenis pesawat berbadan lebar. Karena untuk jenis pesawat berbadan lebar seperti jet B747 -400 yang sering digunakan untuk penerbangan internasional membutuhkan panjang lintasan minimal 3,600 meter. Disamping itu di sekitar bandar udara juga direncanakan sebagai pemukiman. Jika panjang landasan pacu diperpanjang dari 2,240 meter menjadi 3,600 meter maka luas lahan yang digunakan untuk bandar udara harus ditambah padahal lokasi di sekitar bandar udara sudah banyak pemukiman penduduk. Untuk hal itu maka masyarak at yang berada pada di sekitar bandar udara ditanyakan kesediaannya untuk menerima kompensasi. Berdasarkan jawaban dari 100 orang responden, diperoleh informasi bahwa 65 orang 65 persen menjawab bersedia sedangkan 35 orang 35 persen tidak bersedia dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan jawaban dari responden yang menjawab bersedia, diperoleh informasi bahwa untuk kawasan kebisingan tingkat 3 responden yang bersedia menerima kompensasi sebesar 82.05 persen. Nilai WTA yang diinginkan responden pada kawasan kebisingan tingkat 3 adalah sebesar Rp. 13,750,-. Sedangkan harga tanah pada kawasan kebisingan Tingkat 3 adalah Rp. 70,000 m 2 . Jika dianggap 15 persen dari luas kawasan kebisingan tingkat 3 merupakan daerah tempat tinggal penduduk maka jumlah kompensasi yang ingin diterima masyarakat adalah 15 persen x Rp. 83,750m 2 x 2,434,037 m 2 = Rp. 30,577,589,810 Tabel 15. Kesediaan Masyarakat Menerima Kompensasi Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase persen 1. Kesediaan masyarakat menerima kompensasi bersedia tidak 65 35 36.00 64.00 Jumlah 100 100 2. KB1 bersedia tidak 14 19 42.42 57.58 Jumlah 36 100 3. KB 2 bersedia tidak 19 9 67.86 32.14 Jumlah 36 100 4. KB 3 bersedia tidak 32 7 82.05 17.95 Jumlah 17 100 5. Nilai tengah WTA KB 1 11429 6. Nilai tengah WTA KB 2 13026 7. Nilai tengah WTA KB 3 13750 Pada kasus yang terjadi pada masyarakat di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II tersebut, pengendalian kebisingan yang cukup efektif adalah: 1. Jika masyarakat tetap tinggal di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II a. Kondisi rumah penduduk dalam meredam suara Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat rumah responden yang berada di kawasan kebisingan tingkat 1 dan 2 merupakan rumah yang menggunakan bata plester. Menurut Sukarmadijaya 1995 bata plester mampu meredam atau mereduksi kebisingan sekitar 35-40 dB. Jika dilihat pada kawasan ini yang mempunyai nilai WECPNL pada kisaran 80dB akan direduksi menjadi 40-45 dB. Pada kisaran kebisingan ini, sebagian besar responden menyatakan tidak merasa bising. Sehingga pada akhirnya rumah responden tersebut tidak melewati baku mutu kebisingan untuk pemukiman. Tab el 16 . K arakteristik Bahan Rumah Responden berdasarkan Kawasan Kebisingan Kawasan Kebisingan Bahan bangunan utama pada dinding rumah responden KB 1 Bata plester KB 2 Bata plester KB 3 Bata plester dan papan Kawasan kebisingan tingkat 3 karakteristik bahan rumah responden berupa bata plester dan papan 18 mm. Menurut Sukarmadijaya 1995 konstruksi papan 18 mm mampu meredam atau mereduksi kebisingan adalah sekitar 26 dB. Untuk rumah yang menggunakan bata kemampuan mereduksi kebisingan sebesar 35 -40 dB sehingga tingkat kebisingan yang diperoleh belum melewati baku mutu kebisingan untuk pemukiman. Tetapi untuk rumah responden yang menggunakan papan, dimana kemampuan mereduksi kebisingan hanya sebesar 26 dB akan menyebabkan nilai kebisingan yang diperoleh sekitar 60 dB melewati baku mutu kebisingan 55 dB. Pada dugaan kisaran kebisingan tersebut, 51.28 persen responden menyatakan bising. Dengan demikian, bila kompensasi kebisingan dapat dinilai dari penambahan peredam yang dihitung dari biaya luasan peredam tambahan dan jenisnya dan biaya konstruksinya adalah Rp.70.000 m 2 b. Menggunakan pagar tanaman berupa bambu pagar Bambusa glaucescens atau pohon cemara kipas Thuja orientalis di sekitar bandar udara yang berdekatan dengan rumah penduduk. Kemampuan bambu pagar dalam mereduksi kebisingan sebesar 31.1 dB sedangkan cemara kipas sebesar 24 DB. Sehingga apabila digunakan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II maka tingkat kebisingan yang diterima tidak melewati baku mutu kebisingan untuk pemukiman. c. Membuat revisi RKL dan RPL dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II d. Pengendalian keteknikan, yaitu dengan memodifikasi peralatan penyebab kebisingan. Pada kebisingan yang disebabkan oleh operasi pesawat udara, pengendalian kebisingan pada konstruksi mesin pesawat sulit dilakukan karena hal tersebut sudah merupakan hasil rekayasa dari pabrik pesawat tersebut. 2. Jika masyarakat dipindahkan Memberikan kompensasi kepada masyarakat sebesar nilai WTA masyarakat terhadap harga tanah. Kemungkinan lain perlu dihitung ganti rugi bangunan dan pembongkaran. 3. Jika bandara dipindahkan Dilakukan studi kelayakan untuk pemindahan bandara dan melakukan revisi dari AMDAL yang telah ada

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II sudah berkembang dilihat dari pertambahan panjang landasan, frekuensi penerbangan dan juga pemukiman penduduk yang semakin dekat dengan bandar udara. Sehingga dilakukan penelitian yang menghasilkan: 1. Karakteristik masyarak at di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II cukup bervariasi jika dilihat dari umur, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, pekerjaan, harga tanah, luas tanah, status rumah, jarak dan kawasan kebisingan. 2. Tingkat kebisingan di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II sudah melewati baku mutu kebisingan untuk pemukiman. Nilai yang diperoleh berkisar dari 74 -104 dB. 3. Berdasarkan nilai WECPNL diperoleh tiga kawasan kebisingan yaitu kawasan kebisingan tingkat 1 dengan luas kawasan sebesar 16,251,665 m 2 , kawasan kebisingan tingkat 2 sebesar 4,732,308 m 2 dan kawasan kebisingan tingkat 3 sebesar 2,434,037 m 2 . 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebisingan adalah pekerjaan, lama tinggal, status rumah, jarak dan kawasan kebisingan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tetap tinggal di sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II adalah lama tinggal, status rumah dan harga tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat menerima kompensasi adalah pendidikan, pekerjaan, status rumah, jarak dan kawasan kebisingan 5. Nilai kompensasi yang diinginkan masyarakat pada kawasan kebisingan tingkat 3 sebesar Rp. 13,750,-.m 2 . Nilai kompensasi yang harus dis ediakan untuk pemindahan penduduk pada kawasan kebisingan tingkat 3 sebesar Rp. 30,577,589,810