Return On Assets Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode RGEC

62 bawah rasio NOM yang dikatakan baik adalah 1,5, apabila rasio NOM lebih kecil dari 1,5 kinerjanya dapat dikatakan kurang baik. Rasio ini dihitung dengan cara membagi penyaluran dana setelah bagi hasil yang dikurangi beban operasional dengan rata-rata aktiva produktif. Berdasarkan rumus tersebut hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Perhitungan Rasio NOM Bank Muamalat Indonesia dalam Jutaan Rupiah Tahun Pend. Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil Rp Beban Operasional Rp Rata-Rata Aktiva Produktif Rp NOM 2010 1.108.263 885.221 19.917.892 1.11 2011 1.371.724 1.006.652 31.074.543 1.17 2012 1.802.728 1.248.827 43.141.346 1.28 2013 2.612.380 1.655.769 20.616.616 4.64 2014 2.176.138 1.855.158 9.552.976 3.36 Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan perhitungan di atas, didapat nilai rasio NOM BMI secara berturut-turut yaitu sebesar 1,11, 1,17, 1,28, 4,64, dan 3,63. Nilai tertinggi didapat pada tahun 2013 yang mengalami peningkatan sebesar 3,36 dari tahun sebelumnya, dan nilai terendah didapat pada tahum 2010, maka dapat disimpulkan jika pada tahun 2010 hingga 2012 kinerja BMI menurut rasio NOM dikatakan kurang baik, karena hasil rasio NOM lebih kecil dari 1,5 yang merupakan batas bawah yang dipersyaratkan Bank Indonesia. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014, BMI berhasil meningkatkan kinerjanya menjadi baik karena nilai rasio NOM lebih besar dari 1,5. 63 Tabel 4.8 Perhitungan Rasio NOM Bank Syariah Mandiri dalam Jutaan Rupiah Tahun Pend. Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil Rp Beban Operasional Rp Rata-Rata Aktiva Produktif Rp NOM 2010 2.768.071 1.593.254 17.881.537 6.57 2011 3.247.516 1.956.975 17.800.565 7.25 2012 4.088.120 2.388.613 22.720.681 7.48 2013 4.647.564 3.652.763 13.721.393 7.25 2014 4.348.988 3.998.876 5.656.090 6.19 Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Berdasarkan perhitungan di atas, rasio NOM BSM secara berturut- turut yaitu sebesar 6,57, 7,25, 7,48, 7,25, dan 6,19. Nilai tertinggi didapat pada tahun 2012, dan nilai terendah didapat pada tahun 2014 yang mengalami penurunan sebesar 1,06 dari tahun sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan jika pada periode 2010 hingga 2014 BMI memiliki kinerja yang baik, dikarenakan nilai rasio NOM berada diatas 1,5 yang merupakan batas bawah yang dipersyaratkan Bank Indonesia. Gambar 4.4 Persentase Perbandingan Rasio NOM BMI dan BSM Sumber : Data diolah 1.11 1.17 1.28 4.64 3.36 2.31 6.57 7.25 7.48 7.25 6.19 6.94 2 4 6 8 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Rasio NOM BMI Rasio NOM BSM 64

3. Capital

Rasio untuk mengukur kecukupan modal yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio CAR. Berdasarkan SE BI No 262BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR diukur dari dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR sebesar 8 dari ATMR. Rasio ini dihitung dengan cara membagi modal dengan ATMR. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.9 Perhitungan Rasio CAR Bank Muamalat Indonesia dalam Jutaan Rupiah Tahun Total Modal Rp ATMR Rp CAR 2010 1.749.156 14.552.565 12.02 2011 2.393.598 20.159.315 11.87 2012 3.670.123 31.311.828 11.72 2013 5.149.463 36.370.724 14.16 2014 5.876.558 41.334.187 14.22 Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia Pada tahun 2010, BMI memiliki rasio CAR sebesar 12,02 yang kemudian mengalami penurunan pada dua tahun selanjutnya yaitu sebesar 0,15 menjadi 11,87 pada tahun 2011 dan menurun sebesar 0,15 menjadi 11,72 pada tahun 2012. Tahun 2013 dan 2014 rasio CAR BMI mengalami peningkatan sebesar 2,44 pada tahun 2013 dan 0,06 pada tahun 2014. Meskipun mengalami fluktuasi nilai CAR, hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2014 rasio CAR BMI menunjukkan kinerja yang baik