Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

12 Keadaan mencari nafkah sendiri dan seringnya menghabiskan waktunya di jalanan jelas menyimpang dengan fungsi sosial anak. Penyimpangan lainnya terjadi terhadap hak-hak anak. Adapun hak-hak anak yang tidak terpenuhi, seperti mendapatkan kehidupan yang layak misalnya mendapatkan makanan, air bersih, dan tempat untuk hidup, mendapatkan pendidikan yang mereka butuhkan, bermain di waktu luangnya, terbebas dari penggunaan dan peredaran nakoba, mendapat perlindungan hukum, bebas berekspresi dan memperoleh informasi. Penyimpangan-penyimpangan tersebut menjadi lebih berbahaya bagi proses tumbuh kembang anak karena di jalanan menghadapi ancaman antara lain korban eksploitasi ekonomi maupun seksualitas, penyiksaan fisik, konflik dengan anak-anak lainnya dan sebagainya. Rentang umur anak jalanan yang dianggap berbahaya berkisar antara umur 6-18 tahun karena mereka sangat labil, mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar, dan belum memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk hidup di jalanan. Menurut UNICEF, anak jalanan adalah anak-anak yang berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masrakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya. Batasan umur anak jalanan sampai saat ini belum ada keseragaman, namun menurut UU no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. 13 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa anak jalanan adalah mereka yang berumur antara 6-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau sekedar keluyuran di jalan atau tempat-tempat umum lainnya.

b. Ciri-ciri Anak Jalanan

Ciri-ciri khas kelompok anak jalanan diuraikan berdasarkan ciri dan pola kehidupannya dalam modul pelatihan Penanganan Anak Jalanan untuk Supervisor Depsos, 1997:3-4, anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 1 Kelompok I Kelompok ini disebut children of the street, karena mereka tidak lagi berhubungan dengan orang tuanya. Anak-anak ini menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarganya sudah terputus bahkan mereka tidak mengetahui siapa orang tuanya. Perilaku yang dikembangkan lebih bersifat abnormatif, seperti: liar, semaunya sendiri, penuh rasa curiga, sensitif, tertutup, dan tidak bergantung. 2 Kelompok II Anak-anak yang berhubungan secara tidak teratur dengan orang tuanya yang biasa disebut dengan children on the street. Mereka hidup bersama kelompoknya dengan menyewa rumah dan pulang ke rumah secara tidak tentu. Pada umumnya mereka bekerja di stasiun, terminal, lampu merah, pertokoan, pasar, tempat wisata, dan juga bekerja sebagai pemulung, pengamen, dan penjual koran. 3 Kelompok III Kelompok ini disebut sebagai high risk to be street children, yaitu anak-anak yang masih berhubungan dengan orang tuanya dan masih tinggal dengan orang tuanya. Pada umumnya mereka masih bersekolah tetapi melewatkan kegiatannya di jalanan. Motivasi mereka adalah terbawa pengaruh teman, ingin belajar mandiri atau disuruh orang tuanya. Pekerjaan yang biasa mereka lakukan adalah menjual koran atau menyemir sepatu.