Radikal Bebas Antioksidan PENELAAHAN PUSTAKA

C. Metode Folin – Ciocalteu

Metode Folin-Ciocalteu sering digunakan dalam penentuan total senyawa fenol dalam suatu tanaman atau buah Hemingway, 1991. Metode ini didasarkan pada reduksi asam fosfotungstat dalam larutan alkali menjadi fosfotungstat biru. Absorbansi yang terbentuk akibat fosfotungstat biru sebanding dengan jumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam sampel, sehingga dapat diketahui seberapa besar jumlah kandungan senyawa dengan gugus fenol dalam suatu sampel tanaman yang dinyatakan dengan ekuivalen asam galat Cindrić et al, 2011. Banyak penelitian telah menggunakan reagen Folin-Ciocalteau untuk menentukan kandungan fenolik total yang terkandung dalam suatu tanaman, hal tersebut karena kelebihan dari metode ini. Kelebihan dari metode Folin – Ciocalteu adalah fleksibilitas metode sehingga beberapa rincian spesifik dari proses ini dapat dimodifikasi, sehingga dapat memudahkan dalam penggunaannya Blainski, 2013.

D. Radikal Bebas

Dalam struktur atom dan molekul, elektron biasanya saling berpasangan, setiap pasangan bergerak dalam orbitnya. Namun dapat terjadi suatu elektron yang mampu bergerak dalam orbital namun dalam keadaan tanpa pasangan. Jenis elektron yang mampu bergerak dalam orbitnya tanpa pasangan biasa masuk dalam istilah “free”. Atom yang memiliki elektron tanpa pasangan tersebut lebih reaktif untuk menstabilkan dirinya, sehingga akan bersifat radikal dan mudah berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain. Senyawa dengan elektron tak berpasangan tersebut disebut radikal bebas Nonhebel, 1974. Senyawa radikal bebas bereaksi secara langsung dengan senyawa kimia dalam suatu sel pada tubuh manusia yang menyebabkan kerusakan reversibel maupun irreversibel pada sel tersebut. Semakin tinggi kadar radikal bebas dalam tubuh dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah antioksidan dalam tubuh dengan kadar radikal bebas sehingga terjadi kerusakan pada sebagian sel tubuh manusia, keadaan ini disebut dengan stres oksidatif Trilaksani, 2003.

E. Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang mampu bereaksi secara mudah dengan senyawa-senyawa radikal bebas. Dalam konsentrasi rendah berada bersama substrat yang mudah teroksidasi, antioksidan secara signifikan mampu menunda atau menghambat reaksi oksidasi dari substrat tersebut Cadenas dan Packer, 2002. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa tersebut mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi. Antioksidan menghambat suatu radikal bebas dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif dan relatif stabil Fessenden and Fessenden, 1982. Penyebab kerusakan oksidatif di dalam tubuh adalah senyawa oksidan yang berbentuk radikal bebas maupun berbentuk senyawa oksigen reaktif lain yang memiliki sifat oksidator. Kerusakan oksidatif terjadi karena kurangnya senyawa antioksidan dalam tubuh sehingga tidak dapat mengimbangi aktivitas dari senyawa oksidan Tapan, 2005. Antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Contoh dari antioksidan enzimatis berupa enzim-enzim dalam tubuh manusia seperti enzim superoksida dismutase SOD, katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non-enzimatis masih dibagi menjadi antioksidan larut lemak dan antioksidan larut air. Contoh antioksidan larut lemak, yaitu tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin, sedangkan antioksidan yang larut air adalah asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme. Kedua jenis antioksidan yang ada dalam tubuh bekerja sama mengurangi aktivitas senyawa oksidan ataupun radikal bebas dalam tubuh Winarsi, 2007. Menurut Birangane 2011, berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier. Antioksidan primer atau bisa disebut dengan antioksidan endogenus merupakan jenis antioksidan yang bekerja dengan mencegah pembentukan spesies senyawa radikal baru, yaitu dengan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang tidak berbahaya sebelum mereka dapat bereaksi, atau dengan memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Beberapa contoh dari golongan antioksidan primer adalah enzim katalase, enzim peroksidase, dan enzim superoksida dismutase SOD. Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau non-enzimatis. Antioksidan dalam kelompok ini biasanya didapat dari nutrisi yang masuk kedalam tubuh seperti vitamin c, vitamin e, dan beberapa jenis flavonoid yang mempertahankan tubuh dari senyawa radikal bebas dengan cara menangkap atau menjebak senyawa radikal free radical scavenger, kemudian mencegah reaktivitas amplifikasinya serta memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas. Antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase yang berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas Birangane, 2011. Pada saat ini hampir semua makanan olahan telah ditambahkan antioksidan sintetik, beberapa jenis dilaporkan aman, meskipun beberapa studi menunjukkan sebaliknya. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara Jepang dan beberapa negara Eropa telah mengurangi penggunaan antioksidan sintetik dalam setiap produk industri makanannya karena mempunyai potensi karsinogenisitas. Pengggunaan antioksidan sintesik menyebabkan kekhawatiran konsumen akan keamanan pangan. Kekhawatiran ini mendorong beberapa produsen menggunakan antioksidan alami sebagai salah satu zat aditif Mudawaroch, 2012. Beberapa antioksidan sintetik dapat berdampak pada kesehatan manusia, meskipun tidak beracun pada pemakaian normal dan penggunaan dalam industri makanan, namun beberapa jenis antioksidan sintetis benar- benar telah menunjukkan keterlibatannya dalam beberapa penyakit degeneratif seperti kanker Ito et al, 1983. Sebaliknya, permintaan produk alam secara umum telah meningkat. Kedua fakta ini memberikan dorongan terhadap identifikasi alternatif sumber antioksidan alami yang memiliki keamanan dalam penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, penelitian tentang sumber tanaman yang memiliki kandungan antioksidan tinggi sangat penting dilakukan demi mencari dan mengidentifikasi alternatif sumber antioksidan baru Guimaraes, 2007.

F. Metode Deoksiribosa

Dokumen yang terkait

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun dudu (Piper sarmentosum Roxb.).

1 2 56

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun lada (Piper nigrum L.).

0 0 63

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.).

0 0 69

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun kemukus (Piper cubeba L.).

0 0 55

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanol buah jambu mete (Anacardium occidentale L.).

0 2 108

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr.).

3 19 115

Penetapan kandungan senyawa fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik herba selada air (nasturtium officinale r.br.) dengan menggunakan metode DPPH.

1 7 122

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun dudu

0 0 54

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Defenil-2PikrilHidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun selasih (Ocimum sanctum L.) - USD Repository

0 2 130

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr.) - USD Repository

0 0 113