Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu harapan masyarakat Indonesia terletak pada para remaja. Mereka merupakan tulang punggung negara yang potensinya memerlukan pembinaan yang optimal untuk menyongsong masa depan. Sebagaimana ungkapan yang menyatakan bahwa “generasi muda masa kini merupakan pemimpin di masa yang akan datang”. Keberadaan remaja di masa yang akan datang memiliki peran penting bagi kelangsungan sebuah negara. Oleh sebab itu, diperlukan pembinaan terhadapnya yang dilakukan oleh semua pihak. Agar pembinaan ini dapat berhasil dengan optimal, sebaiknya memperhatikan katekteristik remaja itu sendiri. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa remaja memiliki sifat-sifat yang belum matang seperti yang dimiliki orang dewasa. Dalam istilah lain seringkali disebut masa transisi atau pancaroba. Melalui pembinaan yang optimal, diharapkan lahir para remaja yang dinamis, mandiri, terbuka, dengan perkembangan zaman dan sebagainya. Yang dapat menggantikan posisi orang tuanya di masa yang akan datang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sedikit banyak mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya para remaja. Dampak tersebut tentu saja menyangkut dua hal yakni positif dan negatif. Salah satu pengaruh positif globalisasi ini antara lain terbukanya peluang-peluang penting bagi bangsa Indonesia. Globalisasi bidang ekonomi misalnya telah memungkinkan terjadinya perkembangan dan kemajuan-kemajuan signifikan dalam kehidupan sosial-ekonomi bangsa Indonesia, yang pada gilirannya mendorong peningkatan intensitas tertentu dalam kehidupan keberagamaan. 1 Dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental- spritualjiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tak hanya nafsu mutmainah yang dapat diperlemah, melainkan juga 1 Azumardi Azra, Pendidikan Islam tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta:Logos, 1999 h.45 fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti kecerdasan fikiran, ingatan, kemauan dan perasaan emosi diperlemah kemampuan aktualnya. 2 Pengaruh negatif globalisasi dewasi ini sulit dihindarkan, terlebih para remaja yang belum matang masa transisi menjadi lebih rapuh dan mudah terkontaminasi oleh budaya-budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia. Jhon L.Elposito berpendapat bahwa faktor lain yang menimbulkan problem eksternal bagi kehidupan pergaulan remaja adalah gejala tembuhnya modernisasi dan teknologi, yang seringkali diterima keliru oleh para remaja. Modernisasi yang sebenarnya dimaksudkan sebagai upaya pembaharuan cara berfikir dan bertindak berdasarkan ilmu pengerahuan, kadang-kadang ditafsirkan atau diitentikan dengan sekulerisasi dan westernisasi. 3 HM.Arifin berpendapat bahwa dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental-spiritual yang sedang tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dan penampulannya. Kondisi inilah salah satunya yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyimpangan para remaja. 4 Penyimpangan tersebut misalnya melalui layar kaca, masyarakat umum dapat menikmati sajian-sajian hiburan dari mulai adegan percintaan, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, pornografi, minuman keras, penjualan narkotika dan lain sebagainya. Adegan-adegan tersebut, tidak mustahil banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat khususnya para remaja ABG. Misalnya berkenalan dengan orang jahat, mencoba menikmati obat-obat terlarang, mengujungi sarang-sarang prostitusi dan lain sebagainya. Seperti dikemukakan oleh Nashih Ulwan antara lain: “Jika teman-teman bergaulnya adalah orang-orang jahat, maka secara perlahan ia akan terseret ke dalam kelainan dan jatuh kedalam kebiasaan yang paling negatif. Bahkan kelainan ini dapat menjelma sebagai alat perusak negara dan bangsa”. 5 Penyimpangan akhlak remaja tersebut memang sangat sulit dihentikan baik oleh kalangan pendidikan maupun non pendidikan. Kondisi remaja kini, memang memerlukan 2 Muzyin Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat Suatu Pendekatan Filosofis, Pedagogis, Psikologis dan Kultural, h.12 3 Prof.Dr.A.Tafsir, dkk., Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Membar Pustaka, 2004 h.301 4 HM. Arifin, Kapita Seleksa Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h.8 5 Prof.Dr.A.Tafsir, dkk., Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. H.302 penanggulangan secara serius. Sebab tanpa itu, sulit dibayangkan bagaimana kondisi remaja mendatang sebagai generasi penerus. Apabila sebagai pemimpin di masa depan telah diracuni dan dicekoki dengan narkotika, kelak akan jadi apa bangsa ini? Islam sebagai agama yang universal memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan yang bahagia, yang pencapaiannya sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karenanya, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat, dimana pendidikan difungsikan sebagai alat untuk mencapai tujuan keIslaman, dan Islam menjadi kerangka dasar serta pondasi pengembangan pendidikan Islam. Dengan demikian, pendidikan Islam menunjukan pada makna pendidikan yang secara khak memiliki ciri Islami, dan dengan ciri tersebut ia berbeda dengan sistem pendidikan lannya. Sejak kehadirannya, Islam telah menitik beratkan kepada aspek akhlak. Bahkan misi utama Rasulullah SAW diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, dari akhlak jahiliyah menuju akhlak qur’ani. 6 ﻡ Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. HR. Ahmad 7 Allah mengutus Muhammad SAW dengan membawa hidayah dan Dienul Haq, yaitu membawa kabar yang benar, ilmu yang bermanfaat, sya’riat yang lurus serta hukum-hukum yang adil. Allah mengutusnya untuk menyeru kepada seluruh kebaikan dan mencegah kejahatan, menyeru kepada akhlak yang mulia dan perbuatan yang baik serta mencegah rendahnya akhlak dan buruknya amal perbuatan. 8 Akhlak adalah faktor yang sangat penting dalam masyarakat dan dalam penyempurnaan suatu bangsa. Akhlak lahir sebagai bagian dari kemanusiaan. Tak seorang pun membantah peranan vital yang dimainkan akhlak dalam membawa kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rohani manusia. 9 6 Safiudin Sidik, Hukum Islam tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, Jakarta : PT. Inti Media Cipta Nusantara, 2004, Cet. ke-1, h. 265. 7 Ahmad Abdul Rahman al banna, Ar-Ribani Fathi, Qairo: Darul Sihab hal.75 8 Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah, Akhlakul Mukminin Wal Mukminat, Mu’asanah Al-Juraisy, Riyadh 1412 H, Cet Ke-2, Edisi Indonesia, Akhlak Salaf, Mukminin dan Mukminat, Solo, At- Tibyan,1999, Cet. Ke-1. 9 Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Youth and Moral, Islamic Culture Development Office, 1990 , Cet Ke-1, Terj, M. Hasan, Jakarta : Lentera Basritama, Anggota IKAPI, 1997 , Cet Ke-3, h. 46 Dengan keluhuran akhlak tersebut mampu menciptakan kepribadian remaja yang berbobot Islam yakni terwujudnya manusia yang ideal; anak yang bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan cerdas, yang bertujuan untuk menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran Islam yang taat beribadah dan sanggup hidup bermasyarakat yang baik. Ajaran-ajaran agama menunjukkan cara-cara yang harus dilakukan dan menjelaskan pula hal-hal yang harus ditinggalkan, supaya manusia dapat mencapai rasa aman selama hidup ini dan selanjutnya diajarkan pula bagaimana mempersiapkan diri dengan perbuatan-prbuatan baik dan menjahui tindakan-tindakan yang mengganggu kesenangan orang lain, supaya rasa aman nanti tetap terjamin di alam yang kedua. 10 Tetapi dalam kenyataan yang sebenarnya, sekarang ini banyak sikap remaja yang meleset bahkan bertolak belakang dengan konsep pendidikan agama Islam yang tidak sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan itu sendiri dan harapan orang tua, seperti menjalankan apa yang dilarang oleh ajaran agama dan tidak melaksanakan apa yang diperintahkan ajaran agama Islam, diantaranya: melakukan tawuran, membantah, melawan kepada orang tua dan guru, memalak meminta uang kepada temannya dengan cara paksa, menggunakan obat obat terlarang, bahkan mereka berani melakukan pencurian, perkosaan, dan pembunuhan. Hal itu terjadi karena selain derasnya budaya barat yang negatif masuk ke negara Indonesia yang semakin sulit untuk di bendung dan mereka sangat merespon positif, juga karena mereka sudah menjauh dari nilai-nilai ajaran agama Islam yang sebenarnya. Berkaitan dengan persoalan tersebut Zakiah Darajat menyatakan bahwa : bagi mereka yang telah duduk di sekolah lanjutan, pendidikan agama dan pendidikan akhlak amat diperlukan untuk menghadapi keadaan yang sedang mereka hadapi akibat perkembangan kejiwaan yang sedang dilalui dan pengaruh luar yang menggiurkan dan mendorong ke arah yang tidak baik. Ketentuan hukum agama, terutama yang berkenaan dengan kehidupan pribadi dan sosial perlu diketahui dan dipahami secara tepat, dan mengetahui makna dan hikmah dari ketentuan hukum tersebut, dengan ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan agama pada tingkat lanjutan, hendaknya diberikan 10 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta : Bulan Bintang, cet ke-3, h. 17 pengetahuian agama secara lebih luas dan mendalam, serta mencari hikmah dan manfaat pemahaman, pengamalan penghayatan agama Islam dalam kehidupan. 11 Remaja yang terlibat dalam perbuatan tidak bermoral dan tidak mengamalkan ajaran agama Islam akan menimbulkan akibat yang tidak baik dan meresahkan orang tua, masyarakat, dan bangsa. Perbuatan tersebut akan menimbulkan efek negatif lainnya yang dapat merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian pengamalan ajaran agama Islam sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi sandaran agar tidak terperosok kedalam kesesatan, karena dengan mengamalkan ajaran agama Islam ia akan memperoleh kebaikan dan kesejahteraan serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu agama sebagai dasar pijakan bagi manusia, memiliki peranan yang sangat strategis dalam proses kehidupan. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya, dengan lingkungannya dan dengan sesamanya. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Sebagai benteng pertahanan pada diri remaja dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya perlu untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu- rambu yang telah digariskan oleh agama tersebut. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pendidikan agama Islam bagi remaja, maka penulis sangat tertarik untuk menela’ah pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah dalam peranannya membina akhlak siswa melalui penelitian yang berjudul: “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Remaja Studi Kasus Siswa SMA Darussalam Ciputat” Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk menjelaskan Peranan Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak beribadah, kedisiplinan, tutur bahasa dan akhlak dalam kegiatan keagamaan, serta usaha-usaha yang dilakukan sekolah dalam upaya pembinaan akhlak siswa-siswanya. 11 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Bandung : PT Rosda Karya, 19195 , Cet ke-2, h. 93-94

B. Identifikasi Masalah