Tinjauan Umum Tentang Kredit

BAB II KREDIT PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN

A. Tinjauan Umum Tentang Kredit

Istilah kredit maupun pembiayaan sudah bukan kata yang asing lagi bagi masyarakat awam pada umumnya. Karena sebagian besar orang sudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan saat ini jarang sekali orang melakukan tindakan pembelian secara tunai apabila harga dari kebutuhan itu terbilang mahal. Seorang ibu rumah tangga menggunakan kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seorang pegawai melakukan atau memperoleh kredit untuk membeli kendaraan bermotor dan sebagainya. Sebagian besar orang menganggap kata kredit sebagai suatu sarana untuk memperoleh barang kebutuhan dengan cara menyicil atau mengangsur, tidak secara tunai. Mempunyai suatu ketetapan harga angsuran dan jangka waktu pembayaran. Pengertian tersebut tidaklah salah. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan. 12 12 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 57 Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditor yang memberi kredit, lazimnya bank dalam hubungan perkreditan dengan debitor nasabah, penerima kredit mempunyai kepercayaan, bahwa debitor dalam waktu dekat dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 13 Dalam perjanjian ini, pihak yang meminjamkan tidak boleh meminta kembali barang yang dipinjamkan sebelum jangka waktu yang diperjanjikan terakhir. Makna kredit yang di pahami tersebut sesungguhnya sangat bermuatan hukum. Masalah kredit ini dikenal sebagai perjanjian pinjam pengganti yang diatur dalam buku ketiga bab ketiga belas tentang pinjam-meminjam. Dalam pasal 1754 KUH Perdata, disebutkan pengertian dari pinjam-meminjam yaitu : Pinjam meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. 14 Selanjutnya pula si peminjam berkewajiban membayar bunga, karena undang-undang memperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian. 15 Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan selanjutnya disebut Undang-Undang tentang Perbankan dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 13 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, M2S Bandung, Bandung, 2000, hlm. 285 14 Pasal 1759 KUH Perdata 15 Pasal 1765 KUH Perdata Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitor atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata- mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwasanya dalam perbankan syariah sistem bunga bank dihindari untuk menjauhkan dari riba yang hukumnya jelas-jelas haram. Karena itu perbankan syariah menyebut kredit dengan istilah pembiayaan. Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan, atau pengolahan barang produksi 16 Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. . Jika pelaku tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapat suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan. 17 16 Veithzal Rivai, Op.Cit, hlm. 681 17 Ibid Istilah kredit disebutkan pada pasal 1 angka 11 dan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah disebutkan pada pasal 1 angka 12 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu: Universitas Sumatera Utara Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu. Dari rumusan kedua istilah kredit tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra-prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana debitor kepada bank kreditor atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional, kontra prestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontra prestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. Baik kredit maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sama-sama menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau mengembalikannya beserta bunga, imbalan, atau bagi hasil dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama. 18 Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kreditor yaitu: 19 1. Kepercayaan; yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu; 2. Waktu; adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu 18 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm 237 19 Ibid, hlm. 238 Universitas Sumatera Utara disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana; 3. Prestasi; yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan; 4. Risiko; yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan. Dari pengertian-pengertian kredit yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat beberapa unsur, antara lain: 1. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur, yang disebutkan sebagai perjanjian kredit. 2. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan pinjaman, seperti bank, dan pihak debitur yang merupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman barang atau jasa 3. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan mampu membayar dan mencicil kreditnya. 4. Adanya kesanggupan dan janji membayar utang dari pihak debitur. 5. Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak kreditur kepada pihak debitur 6. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak debitur kepada kreditur, disertai dengan pemberian imbalan atau bunga atau pembagian keuntungan Universitas Sumatera Utara 7. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan pengembalian kredit oleh debitur. 8. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi, semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula risiko tidak terlasananya pembayaran kembali suatu kredit Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian dikenal dengan sebutan “ the five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s. Pada sasarannya konsep 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai itikad baik willingness to pay dan kemampuan membayar ability to pay nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. 20 1. Penilaian watak character Penilaian watak atau kepribadian calon debitor dimaksudkan untuk mngetahui kejujuran dan itikad baik calon debitor untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari 20 Dahlan Siamat dalam Rachmadi Usman, Ibid, hlm. 246 Universitas Sumatera Utara 2. Penilaian kemampuan capacity Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor dalam bidang usahanyadan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya. 3. Penilaian terhadap modal capital Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan. 4. Penilaian terhadap agunan collateral Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. 5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor condition of economy Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat diketahui. Universitas Sumatera Utara Dalam pemberian kredit, suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil risiko sekecil mungkin”. Risiko yang dimaksud adalah risiko terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh debitornya. Risiko itu dapat dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu banyak memberikan kredit kepada nasabah tertentu saja atau kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan bank tersebut. Untuk itu perlu adanya ketentuan tentang penentuan batas maksimum pemberian kredit atau legal lending limit yang harus dipatuhi oleh setiap bank. Batas maksimum pemberian kredit adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam tertentu. Berdasarkan Pasal 11 UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka ketentuan batas maksimum pemberian kredit dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. Jenis batas maksimum 30 Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 30 dari modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 30 dari modal bank yang bersangkutan. 2. Jenis batas maksimum 10 Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 10, tetapi tidak boleh melebihi 10 dari modal bank yang bersangkutan. Batas maksimum pemberian kredit ini ditujukan kepada: a. Pemegang saham yang memiliki 10 atau lebih dari modal disetor bank; Universitas Sumatera Utara b. Anggota dewan komisaris; c. Anggota direksi; d. Keluarga dari pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi; e. Pejabat bank lainnya; dan f. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota direksi, keluarga pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi, dan pejabat bank lainnya. Bank dinyatakan melakukan pelanggaran larangan terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit apabila pada saat pemberiannya saldo kredit atau pembiayaan tersebut melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

B. Jenis Kredit Pembiayaan dalam Perbankan