Analisa Kadar Tartrazine Dan Sunset Yellow Dalam Serbuk Minuman Nutrisari Dengan Metode Spektrofotometri

(1)

ANALISA KADAR TARTRAZINE DAN SUNSET YELLOW

DALAM SERBUK MINUMAN Nutrisari

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains

EVIANA MANURUNG

050802050

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR TARTRAZINE DAN

SUNSETYELLOW DALAM SERBUK MINUMAN Nutrisari DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Kategori : SKRIPSI

Nama : EVIANA MANURUNG

Nomor Induk Mahasiswa : 050802050

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof . DR. Pina Barus, MS Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc NIP 194606041980003001 NIP 195211161980031001

Diketahui /Disetujui oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang Bulan, MS NIP 19540830198032001


(3)

ANALISA KADAR TARTRAZINE DAN SUNSET YELLOW

DALAM SERBUK MINUMAN Nutrisari

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

EVIANA MANURUNG 050802050


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Pengasih, berkat kasih – Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan kasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc selaku pembimbing 1 dan Bapak Prof . DR. Pina Barus, MS selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, dan kepada Bapak Prof. DR. Harlem Marpaung selaku Kepala Laboratorium bidang Kimia Analitik FMIPA – USU yang memberikan saran – saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA – USU, Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, semua dosen pada Departemen Kimia FMIPA USU. Kepada seluruh asisten Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan asisten Uji Mutu PUSLIT SDAL USU dan rekan mahasiswa/i Departemen kimia stambuk 2005 serta kak Sri Pratiwi selaku analis Laboratorium Kimia Analitik.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak tersayang Alm E. Manurung dan Ibu tersayang R.Br.Tambunan buat doa dan kasihnya serta abang saya(Majur Manurung, Ramses Manurung) dan kakak saya Donita Manurung dan adik saya Natalia Manurung serta seluruh keluarga yang tidak disebutkan satu – persatu atas dorongan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sampai selesainya skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu menyertai kita semua.


(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar terhadap bahan pewarna Tatrazine dan Sunset Yellow yang sering digunakan pada serbuk minuman Nutrisari. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan expire date – nya yang sama dengan rasa yang berbeda pada satu lokasi swalayan yaitu Swalayan Surya Pasar II P.Bulan.

Sampel dilarutkan dengan akuades dan diadsorpsi warna dengan serbuk poli-amida. Dan setelah itu dilakukan pemisahan zat warna basa dengan penambahan aseton, sedangkan zat warna asam dan zat warna alam masih diadsorpsi oleh poliamida. Kemudian didesorpsi warna asam dan zat warna alam dengan penambahan metanol - NaOH. Kemudian diatur pH eluatnya hingga pH 5 dan setelah itu dilakukan adsorpsi zat warna asam dengan serbuk poliamida. Kemudian ditambahkan air panas hingga pH eluatnya menyamai pH air. Dan didesorpsi zat warna asam dengan penambahan metanol – NaOH. Dan diasamkan eluatnya dengan asam meanambahkan asam asetat. Kemudian dipekatkan zat warna hingga hampir kering sehingga diperoleh konsentrat. Dimana konsentrat ini digunakan untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.

Analisis kualitatif zat warna Tartrazine dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen n - butanol / asam asetat/air (5:2:1). Sehingga diperoleh warna yang sama antara warna standar Tartrazine dengan warna konsentrat Tartrazine yakni warna kuning jingga. Sedangkan harga Rf standar Tartrazine diperoleh 0,9231 dan Rf konsentrat Tartrazine diperoleh 0,9231. Warna yang sama dan harga Rf yang sama, menunjukkan bahwa dalam konsentrat terdapat zat pewarna Tartrazine.

Analisis kualitatif zat warna Sunset Yellow dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen Natrium Sitrat-Air-Ammonia (2 gram: 85 mL:15mL).Sehingga

diperoleh warna yang sama antara warna standar Sunset Yellow dengan warna konsentrat Sunset Yellow yakni warna jingga. Sedangkan harga Rf standar Sunset Yellow diperoleh 0,9692 dan Rf konsentrat Sunset Yellow diperoleh 0,9692. Warna yang sama dan harga Rf yang sama, menunjukkan bahwa dalam konsentrat terdapat zat pewarna Sunset Yellow. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer dimana Tartrazine diukur pada panjang gelombang 428 nm sedangkan Sunset Yellow diukur pada panjang gelombang 480 nm.

Dari hasil penelitian diperoleh kadar Tartrazinenya berbeda untuk setiap rasa dan demikian juga dengan Sunset Yellow. Kadar Tartrazine terendah pada minuman adalah 0,3141 ± 0,0818 mg/ g dan kadar tartrazine tertinggi adalah 0,3812 ± 0,0846 mg/ g sedangkan kadar sunset yellow terrendah adalah 0,2021 ± 0,0992 mg / g dan kadar sunset yellow tertinggi adalah 0,2833 ± 0,1025 mg/g. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/ 88 ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan dan minuman adalah dalam batas 300 mg/kg atau 0,3 mg/g. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar zat warna yang terdapat pada minuman kemasan tersebut masih berada dalam batas yang telah ditentukan.


(6)

ABSTRACT

An analysis has been done into the dyes of Tartrazine and Sunset Yellow which is frequently used in a sachet powder drink. The sample being used was taken based on the same expire date and or closely related date from one location, that is Swalayan Surya Pasar II Padang Bulan.

The powder drinks are solubled with water and the dyes is being absorbed with poliamide. And basic dyes removes by acetone,but acid dyes and natural colours adsorbed by poliamide. the process is continued by desorbing the acid dyes and natural colours with methanolic sodium hydroxide. And after adjust the pH of the eluate to 5, and adsorbed the dyes with poliamide and added hot water until the eluate has the pH water. Desorb the dyes with methanolic sodium hydroxide, and acidify the eluate with acetic acid and carefully avavorate almost to dryness. and the final product is concentrate that is used for identifying the dyes.

Qualitative analysis of Tartrazine is done by a thin layer chromatography with eluen: n - butanol/acetic acid/water (5:2:1), get the same colours that yellownis

orange, the Rf standard of tartrazine is 0,9231, and the Rf concentrate is 0,9231 so the writer concludes if the concentrate contains of Tartrazine. And Qualitative analysis f Sunset Yellow with eluen Sodium Sitrate /Water/Ammonia (2 gram: 85 ml: 15 ml) . get the same colours that orange, the Rf standard of Sunset Yellow is 0,9231, and the Rf concentrate is 0,9231 so the writer concludes if the concentrate contains of Sunset Yellow. And the last process is doing quantitative analysis by using Spectrofotometer, where in this case the Tartrazine is being measured at 428 nm while Sunset Yellow is being measured at 480 nm.

From the research the writer gets the Rf standard of tartrazine is 0,9231, and the Rf sample is 0,9231. Meanwhile the Rf of Sunset Yellow is 0,9692 and the Rf sample is 0,9692. This is to show that the sample contains tartrazine and sunset yellow which is indicated by the same ratio of the Rf.

From the research the writer gets the result that for every brand the content of the Tartrazine and Sunset Yellow is different. The lowest content of the Tartrazine is 0,3141 ± 0,0818 mg/ g, and the highest content is 0,3812 ± 0,0846 mg/ g. And for the lowest content for Sunset Yellow is 0,2021 ± 0,0992 mg / g while the highest content is 0,2833 ± 0,1025 mg /g. According to The Minister of Public Health’s decree RI 722/Menkes/Per/IX/ 88, the permited dyes for food and drinks is 300 mg/ kg or 0,3 mg/g. From the research the writer concludes that content of dyes is still under the tolerance.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1: PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Pembatasan masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Metodologi Penelitian 3

1.7. Lokasi Penelitian 4

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Minuman Sirup 5

2.2. Aditif Makanan 5

2.3. Zat Pewarna 6

a. Pewarna Alami 6

b. Pewarna Sintesis 7

2.3.1. Tartrazine 8

2.3.2. sunset Yellow 9

2.4. Kromatografi 9

2.5. Poliamida 11

2.6. Alat untuk Spektrofotometer 11

2.6.1. Sumber 12

2.6.2. Monokromator 12


(8)

2.7. Hukum Bouger dan Lambert 14

2.8. Hukum Beer 14

2.9. Hukum Lambert – Beer 14

2.10. Batas Deteksi 15

BAB 3 : BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 16

3.1. Alat 16

3.2. Bahan 17

3.3. Prosedur Penelitian 17

3.3.1. Penyediaan Pereaksi 17

3.3.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar 19

3.3.3. Penentuan Waktu Operasi 20

3.3.4. PEMBUATAN Kurva Kalibrasi Larutan Standar 20

3.3.5. Analisa Kualitatif dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis 21 3.3.6. Analisa Kuantitatif dengan Metode Spektrofotometer 23

3.4. Bagan Penelitian 24

A. Penentuan Harga Rf larutan Pembanding 24

B. Penentuan Harga Rf sampel 26

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN 29

4.1. Hasil dan Pengolahan Data 29

4.1.1. Hasil Penelitian 29

4.1.2. Pengolahan Data 29

4.2. Pembahasan 38

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN 40

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 40


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Data hasil uji kualitatif tartrazine dengan kromatografi lapis

tipis 42

Tabel 4.2. Penentuan panjang gelombang maksimum dari Larutan

Standar 10 mg/L Tartrazine 42

Tabel 4.3. Penentuan panjang gelombang maksimum dari Larutan

Standar 10 mg/L Sunset Yellow 42 Tabel 4.4. Data Absorbansi larutan standar tartrazine 43 Tabel 4.5. Data Absorbansi larutan standar sunset yellow 43 Tabel 4.6. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Tartrazine 43 Tabel 4.7. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Sunset yellow 43 Tabel 4.8. Data absorbansi tartrazine pada sampel 44 Tabel 4.9. Data absorbansi sunset yellow pada sampel 44 Tabel 4.10. Kadar Tartrazine pada minuman segar 44 Tabel 4.11. Kadar Sunset Yellow pada minuman segar 44 Tabel 5. Daftar Harga Distribusi t – Student 45


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan

StandarTartrazine 10 mg/L 46 Gambar 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan

Standar Sunset Yellow10 mg/L 46 Gambar 3. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Tartrazine

10 mg/L pada panjang gelombang 428 nm 47 Gambar 4. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Sunset Yellow 10 mg/L pada panjang gelombang 480 nm 47 Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tartrazine 48 Gambar 6. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sunset Yellow 48


(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar terhadap bahan pewarna Tatrazine dan Sunset Yellow yang sering digunakan pada serbuk minuman Nutrisari. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan expire date – nya yang sama dengan rasa yang berbeda pada satu lokasi swalayan yaitu Swalayan Surya Pasar II P.Bulan.

Sampel dilarutkan dengan akuades dan diadsorpsi warna dengan serbuk poli-amida. Dan setelah itu dilakukan pemisahan zat warna basa dengan penambahan aseton, sedangkan zat warna asam dan zat warna alam masih diadsorpsi oleh poliamida. Kemudian didesorpsi warna asam dan zat warna alam dengan penambahan metanol - NaOH. Kemudian diatur pH eluatnya hingga pH 5 dan setelah itu dilakukan adsorpsi zat warna asam dengan serbuk poliamida. Kemudian ditambahkan air panas hingga pH eluatnya menyamai pH air. Dan didesorpsi zat warna asam dengan penambahan metanol – NaOH. Dan diasamkan eluatnya dengan asam meanambahkan asam asetat. Kemudian dipekatkan zat warna hingga hampir kering sehingga diperoleh konsentrat. Dimana konsentrat ini digunakan untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.

Analisis kualitatif zat warna Tartrazine dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen n - butanol / asam asetat/air (5:2:1). Sehingga diperoleh warna yang sama antara warna standar Tartrazine dengan warna konsentrat Tartrazine yakni warna kuning jingga. Sedangkan harga Rf standar Tartrazine diperoleh 0,9231 dan Rf konsentrat Tartrazine diperoleh 0,9231. Warna yang sama dan harga Rf yang sama, menunjukkan bahwa dalam konsentrat terdapat zat pewarna Tartrazine.

Analisis kualitatif zat warna Sunset Yellow dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen Natrium Sitrat-Air-Ammonia (2 gram: 85 mL:15mL).Sehingga

diperoleh warna yang sama antara warna standar Sunset Yellow dengan warna konsentrat Sunset Yellow yakni warna jingga. Sedangkan harga Rf standar Sunset Yellow diperoleh 0,9692 dan Rf konsentrat Sunset Yellow diperoleh 0,9692. Warna yang sama dan harga Rf yang sama, menunjukkan bahwa dalam konsentrat terdapat zat pewarna Sunset Yellow. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer dimana Tartrazine diukur pada panjang gelombang 428 nm sedangkan Sunset Yellow diukur pada panjang gelombang 480 nm.

Dari hasil penelitian diperoleh kadar Tartrazinenya berbeda untuk setiap rasa dan demikian juga dengan Sunset Yellow. Kadar Tartrazine terendah pada minuman adalah 0,3141 ± 0,0818 mg/ g dan kadar tartrazine tertinggi adalah 0,3812 ± 0,0846 mg/ g sedangkan kadar sunset yellow terrendah adalah 0,2021 ± 0,0992 mg / g dan kadar sunset yellow tertinggi adalah 0,2833 ± 0,1025 mg/g. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/ 88 ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan dan minuman adalah dalam batas 300 mg/kg atau 0,3 mg/g. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar zat warna yang terdapat pada minuman kemasan tersebut masih berada dalam batas yang telah ditentukan.


(12)

ABSTRACT

An analysis has been done into the dyes of Tartrazine and Sunset Yellow which is frequently used in a sachet powder drink. The sample being used was taken based on the same expire date and or closely related date from one location, that is Swalayan Surya Pasar II Padang Bulan.

The powder drinks are solubled with water and the dyes is being absorbed with poliamide. And basic dyes removes by acetone,but acid dyes and natural colours adsorbed by poliamide. the process is continued by desorbing the acid dyes and natural colours with methanolic sodium hydroxide. And after adjust the pH of the eluate to 5, and adsorbed the dyes with poliamide and added hot water until the eluate has the pH water. Desorb the dyes with methanolic sodium hydroxide, and acidify the eluate with acetic acid and carefully avavorate almost to dryness. and the final product is concentrate that is used for identifying the dyes.

Qualitative analysis of Tartrazine is done by a thin layer chromatography with eluen: n - butanol/acetic acid/water (5:2:1), get the same colours that yellownis

orange, the Rf standard of tartrazine is 0,9231, and the Rf concentrate is 0,9231 so the writer concludes if the concentrate contains of Tartrazine. And Qualitative analysis f Sunset Yellow with eluen Sodium Sitrate /Water/Ammonia (2 gram: 85 ml: 15 ml) . get the same colours that orange, the Rf standard of Sunset Yellow is 0,9231, and the Rf concentrate is 0,9231 so the writer concludes if the concentrate contains of Sunset Yellow. And the last process is doing quantitative analysis by using Spectrofotometer, where in this case the Tartrazine is being measured at 428 nm while Sunset Yellow is being measured at 480 nm.

From the research the writer gets the Rf standard of tartrazine is 0,9231, and the Rf sample is 0,9231. Meanwhile the Rf of Sunset Yellow is 0,9692 and the Rf sample is 0,9692. This is to show that the sample contains tartrazine and sunset yellow which is indicated by the same ratio of the Rf.

From the research the writer gets the result that for every brand the content of the Tartrazine and Sunset Yellow is different. The lowest content of the Tartrazine is 0,3141 ± 0,0818 mg/ g, and the highest content is 0,3812 ± 0,0846 mg/ g. And for the lowest content for Sunset Yellow is 0,2021 ± 0,0992 mg / g while the highest content is 0,2833 ± 0,1025 mg /g. According to The Minister of Public Health’s decree RI 722/Menkes/Per/IX/ 88, the permited dyes for food and drinks is 300 mg/ kg or 0,3 mg/g. From the research the writer concludes that content of dyes is still under the tolerance.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis.Tetapi, se-belum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Selain sebagai faktor yang menentu-kan mutu, warna dapat digunamenentu-kan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. (Cahyadi, W., 2008)

Secara sistematis, bahan pewarna makanan dapat digolongkan dalam tiga kelompok: bahan kondensat batubara (coal tar), bahan tumbuhan dan bahan mineral. Bahan pewarna dapat diperoleh dari hasil kondensasi proses destilasi batubara. Hasil kondensat batubara ini umumnya terdiri dari bahan hidrokarbon, fenol, piridin dan karbon bebas. (Sudarmadji, S., 1992)

Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. (Cahyadi, W., 2008)


(14)

Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu yang diharapkan dapat membangkitkan selera. Namun sayangnya, tidak banyak tersedia zat pewarna seperti yang diharapkan. (Arisman, 2008).

Minuman ringan adalah minuman yang membutuhkan warna yang cerah dan bersifat stabil pada suasana asam dimana zat warna ini digunakan penarik perhatian para konsumen. Bahan tambahan makanan yang biasa digunakan adalah asam benzoat, dan bahan –bahan yang terdapat pada sari buah, dan sulpur dioksida.

Pada minuman, warna yang stabil tidak penting tetapi warna tidak boleh cepat teroksidasi dengan adanya logam. Carmoisine, Amaranth, Allura Red AC, Sunset Yellow FCF, dan Tartrazine yaitu contuh zat warna sintesis yang paling sering digunakan. (Walford, F., 1980)

Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin diketahui apakah minuman nutrisari serbuk yang yang beredar dipasaran mengandung zat pewarna Tartrazine dan Sunset Yellow dan apakah masih dalam batas yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dimana menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/ 88 ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan adalah dalam batas 0,3 mg/g. (Arisman, 2008)


(15)

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan adalah apakah kadar zat warna kuning FD & C 19140 (Tartrazine) dan FD & C 15985 (Sunset Yellow) dalam minuman Nutrisari yang beredar di pasar, tidak melampaui batas yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1.3. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu identifikasi zat warna dengan metode kromatografi lapis tipis dan penentuan kadar zat warna dalam minuman Nutrisari dengan metode spektrofotometri.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kadar zat warna dalam hal ini Tartrazine dan Sunset Yellow dalam minuman Nutrisari.

2. Untuk membandingkan kadar zat warna yang diperoleh dengan kadar yang diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang kadar zat warna dalam minuman Nutrisari dalam hal ini Tartrazine dan Sunset Yellow.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen Laboratorium dengan metode dan cara kerja sesuai dengan Egan dan Dirjen POM.

Urutan kerja sebagai berikut:

1. Sampel minuman segar diambil dari pasar swalayan Surya pasar II P.Bulan 2. Adsorpsi warna dengan poliamida

3. Desorpsi warna dengan metanol – NaOH

4. Analisa kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis dengan eluen untuk Tartrazine: n – butanol / asam asetat/ air (5:2:1) dan eluen untuk Sunset Yellow: Natrium Sitrat -Air-Ammonia (2 gram: 85 mL: 15 mL)


(16)

5. Kadar zat warna dalam minuman segar ditetapkan secara spektrofotometri 6. Data yang diperoleh diolah dengan metode Least-Square dan penurunan persamaan garis regrasi dari kurva kalibrasi.

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA - Universitas Sumatera Utara.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minuman Sirup

Minuman ringan (soft drink) kini bagian tak terpisahkan dari restoran fast food. Selain itu terdapat pula minuman ringan dalam kemasan kaleng atau botol plastik. Minuman bubuk instan dapat dibuat secara mudah dengan menambahkan air, kemudian diaduk, dan siap dinikmati. (Winarno, 1992)

2.2. Aditif Makanan

Menurut peraturan menteri kesehatan RI.No.329/Menkes/PER/XII/76,yang dimaksud dengan zat aditif adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.Termasuk kedalamnya adalah pe-warna,penyedap rasa,dan gumpal, pemucat dan pengental.

Pada umumnya bahan tambahan dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: 1. Aditif sengaja,yaitu aditif yang diberikan secara sengaja dengan maksud dan

tujuan tertentu,misalnya untuk meningkatkan konsistensi,nilai gizi,cita rasa,mengendalikan keasaman atau kebasaan,memantapkan bentuk dan rupa,d an lain sebagai-nya.

2. Aditif tidak sengaja,yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah yang Sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

Bila dilihat dari asalnya aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin,asam sitrat dan sebagainya.Dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan alamiah yang sejenis,baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya seperti β-karoten,asam askorbat dan lain-lain.Pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan yang lebih pekat,lebih stabil,dan lebih murah.

Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat – zat yang berbahaya dalam kesehatan dan kadang –


(18)

kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.

2.3. Zat Pewarna

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor,cita rasa,tekstur,dan nilai gizinya,juga sifat mikrobiologis.Tetapi, se-belum faktor-faktor lain dipertimbangkan,secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan.

Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan.Baik tidaknya cara pencampuran atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan,misalnya daun suji,atau daun pandan untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning.Kini dangan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditemukan zat warna sintetis,karena penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih murah.Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan pangan berwarna,antara lain dengan penambahan zat pewarna.Secara garis besar,berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan,yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.(Cahyadi,W.2008)

a. Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang dimiliki oleh tanaman dan hewan dapat digunaka sebagai pewarna untuk makanan.Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi(karotenoid,riboflavin,kobalamin),merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya.

Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami masuk dalam daftar diet mereka.Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan pewarna sintetik berpindah ke pewarna alami.Sebagai contoh serbuk beet menggantikan


(19)

pewarna merah sintetik FD & C No.2.Namun,penggantian dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli untuk dapat menghilangkan kendala,seperti bagaimana menghilangkan rasa beet-nya,mencegah penggumpalan dalam penyimpanan,dan menjaga kestabilan dalam penyimpanan.Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan,diantaranya adalah klorofil,mioglobin,dan hemoglobin,anthosianin,flavonoid,tannin,betalain,quinon,dan xanthon,serta karoten-oid.(Cahyadi,W.2008)

b. Pewarna Sintetis

Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian Sebelum digunakan sebagai pewarna pangan.Zat pewarna yang diizinkan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai permited color atau certified color.

Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi.Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi,dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan d an dilarang untuk pangan diatur melalui SKMenteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes /Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan.

Akan tetapi,seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat warna untuk sembarang bahan pangan,misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit digunakan sebagai pewarna bahan pangan.Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan,dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan.Lagipula,warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.(Cahyadi,W.,2008)

Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu yang di-harapkan dapat membangkitkan selera.Namun sayangnya,tidak banyak tersedia zat pewarna seperti yang diharapkan. ( Arisman, 2008)


(20)

2.3.1. Tartrazine Sifat-Sifat Tartrazine

Tampilan berupa: tepung berwarna kuning jingga

Kelarutan: mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95%, mudah larut dalam gliserol dan glikol

Berat molekul: 534, 4

Tahan terhadap asam asetat, HCl, NaOH 10%.

NaOH 30% merubah warna menjadi kemerah-merahan Rumus bangunnya:

-N=N-C-C-COONa NaO3

S-HO- C N N

SO3Na

(Winarno, 1992) 2.3.2. Sunset Yellow

Sifat Fisik Sunset Yellow

Sunset Yellow termasuk golongan monoazo, berupa tepung berwarna jingga, sangat mudah larut dalam air,dan menghasilkan larutan jingga kekuningan.Sedikit larut dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam glikol dan gliserol.Ketahanan terhadap oksidator hampir sama dengan Tarzazine,sedangkan ketahanan terhadap FeSO4 lebih rendah.Pemakaian

alat-alat yang menyebabkan warna larutan zat warna menjadi coklat gelap dan keruh. Dengan Al, warna larutan hanya sedikit berubah menjadi kemerahan.

HO NaO3S N=N


(21)

2.4. Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan. Dibandingkan dengan metode lain seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain – lain, maka kromatografi mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih sederhana, pengguanan waktu yang singkat terutama mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan, jika dengan metode lain tidak dapat dilakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks. (Yazid, E., 2005)

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh TSWETT,ia telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna,dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa-senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa – senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan – pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa tetap(stationary) dan yang lain fasa bergerak(mobile);pemisahan-pemisahan tegantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini.Cara-cara kromatografi ini dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap,yang dapat berupa zat padat atau zat cair.Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai Kromatografi Serapan(absorption chromatography);jika zat cair,dikenal sebagai kromatografi partisi(partition chromatography). (Sastrohamidjojo,1985)

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase,yaitu fase diam ( stasionery) dan fase bergerak (mobile ). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair atau gas. (Yazid, E., 2005)

Kromatografi cair yang dilakukan di dalam kolom besar merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 gram).Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam


(22)

atau tabung plastik.Pelarut(fase gerak)dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan.

Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kromatografi kolom klasik.Pertama,dipakai penjerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik di dalam sistem.Kedua,sistem tekanan biasanya pompa mekanis,dipakai untuk mendorong pelarut melalui penjerap yang halus.Ini perlu karena ukuran partikel kecil,tetapi pompa itu juga menyebabkan kromatografi lebih cepat,jadi memperkecil difusi.Ketiga detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan ketika senyawa itu keluar dari kolom. Data analisis ini dapat dipakai untuk membagi – bagi fraksi ketika keluar, dan, jika diperlakukan dengan tepat, dapat memberikan data kuantitatif

mengenai banyaknya senyawa yang ada. Dan yang terakhir, yakni penyerap baru dan cara pengemasan kolom baru dikembangkan sehingga memungkinkan derajat daya pisah yang tinggi tercapai. ( Gritter,1985)

Pemisahan Kromatografi Lapis Tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada tahun (1983). Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis seperti lempeng kaca, aluminium atau pelat inert.

Adsorben yang digunakan biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan (dilapiskan) pada pelat. Sekarang telah tersedia dipasaran berbagai lapis tipis pada pelat kaca, lembaran aluminium atau lembaran sintetik yang langsung dapat dipakai. Pada pemisahannya, fase kerja bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram.pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi.

Teknik KLT prinsipnya hampir sama dengan kromatografi kertas. Pengembangan umumnya dilakukan dengan cara menaik dalam mana pelat dicelupkan kedalam pelarut pengembang. Dibandingkan dengan kromatografi kertas, KLT mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1. Waktu pemisahan lebih cepat

2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi. 3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna


(23)

Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga

Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar,

bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan pada pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat.

Aplikasi KLT sangat luas,termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida – lipida dan hidrokarbon dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan. (Yazid, E.,2005)

2.5.Poliamida

Poliamida adalah sejenis polimer kondensasi yang dihasilkan melalui ineraksi gugus amino dari satu molekul dengan gugus asam karboksilat dari molekul lainnya menghasilkan struktur seperti protein. Rantai poliamida saling terikat oleh ikatan hidrogen.(Daintith,J.1990)

Poliamida memberikan jenis variasi yang luas.Tetapi poliamida melebur pada suhu yang lebih tinggi daripada poliester karena mempunyai ikatan hidrgen antar molekul.Misalnya nilon 66 melebur pada suhu sekitar 265oC. (Stevens, M.P.2001)

Poliamida kadang – kadang disebut nilon dimana poliamida merupakan reaksi kondensasi polimer yang dibentuk dari reaksi antara amina dengan asam karboksilat sehingga menghasilkan nilon 66. (Kumar,A. 1998)

2.6. Alat untuk Spektrofotometri

Spektrometer adalah alat untuk mengukur transmitasi atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat – alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupunsebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Dalam praktek, alat – alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat – alat sinar rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi adalah mungkin untuk mencatat stau spectrum dengan satu alat tunggal.


(24)

Unsur – unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Sumber energi radiasi yang kontinu dan meliputi daerah spektrum, dimana alat ditujukan untuk dijalankan.

2. Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang – panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber (tentu saja tepat monokromatisitas tidak dicapai)

3. Wadah untuk contoh.

4. Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubah energi radiasi menjadi isyarat listrik.

5. Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok untuk diamati.

6. Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya isyarat listrik. (Underwood, A. L, 1990)

2.6 1. Sumber

Sumber energi radiasi yang biasa bagi daerah tampak dari spektrum maupun inframerah – dekat dan ultraungu – dekat adalah satu lampu pijar dengan filamen wolfram. Pada kondisi operasi biasa, hasil lampu wolfram ini memadai dari kira – kira 325 atau 350 nm hingga 3µ m. Dibawah 325 hingga 350 nm, hasil lampu wolfram tidak memadai bagi spktrofotometer, dan suatu sumber yang berbeda harus digunakan. Yang paling umum adalah tabung lucutan hidrogen (deuterium), yang digunakan dari sekitar 175 sampai 375 atau 400 nm. Dalam beberapa spektrofoto -meter diadakan perlengkapan untuk mengganti sumber – sumber lucutan wolfram dan hidrogen, agar meliputi daerah – daerah tampak dan ultraungu dimana alat itu bekerja. .(Underwood A L,1990 )

2.6.1. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang diinginkan. (Khopkar, S M, 2002)


(25)

2.6.3. Wadah Contoh

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan, dan karenanya kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer.

Sel – sel istimewa untuk tampak dan ultraungu mempunyai panjang lintasan sebesar 1 cm, tetapi suatu keanekaragaman dapat diproleh, mulai dari batas lintasan sangat pendek, fraksi dari satu millimeter, ke atas sampai 10 cm atau bahkan lebih.

2.6.4. Detektor

Dalam detektor untuk suatu spektrofotometer, kita menginginkan kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang penting, tanggap yang linier terhadap daya radiasi, waktu tanggap yang cepat, dapat dipengaruhi oleh amplifikasi, dan tingkat kestabilan tinggi atau tingkat “derau” yang rendah, meskipun dalam praktiknya perlu untuk mengkompromikan faktor – faktor ini. Detektor fotoelektrik yang paling umum adalah tabung foto. Ini merupakan pembungkusyang dikosongkan dengan satu jendela yang tembus cahaya yang berisi sepasang elektroda yang di antaranya dipelihara suatu potensial. Permukaan elektroda negatif adalah peka cahaya; yaitu elektron dilontarkan dari permukaan ini apabila ia diradiasi dengan foton yang cukup berenergi.

2.6. 5. Penguatan dan Pembacaan

Keluaran pengganda foto itu masih digandakan lebih lanjut dengan suatu penguat (amplifier) elektronik luar.(Underwood A L,1990 )

Spektrum elektromagnetik Ultraviolet(UV) dan sinar tampak yang mempunyai penjang gelombang antara 100 sampai 800 nm.Daerah ultraviolet yang panjang geombang pendek dan energi yang sangat tinggi(100-200 nm),dan kebanyakan pengukuran pada daerah ultraviolet antara 200 dan 400 nm.dan untuk daerah sinar tampak antara 400 dan 800 nm. (Kealey, D., 2002)

2.7. Hukum Bouger dan Lambert

Lambert pada tahun 1760 menerapkan hubungan antara intensitas warna dari larutan dengan keadaan larutan jika dilalui oleh suatu sinar Hukum yang sama telah dikemukakan oleh Bouger pada tahun 1729. Menurut Bouger dan Lambert kekuatan transmitasi suatu larutan berkurang secara gometrik (eksponen dan logaritma) seperti dinyatakan oleh persamaan berikut:


(26)

T = 10-abc dimana T = transmitasi

a = tetapan absorpsivitas

b = jarak yang ditempuh sinar dalam larutan c = konsentrasi

Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk logaritma sebagai berikut: log T = log P/ Po

= - a. b.c

2.8. Hukum Lambert – Beer

Kombinasi hokum Bouger – Lambert dan Beer dituliskan sebagai berikut:

T = o t P P

=10-a. b. c

log (

T

1

) = log (Po / Pt) = a. b.c = A

sehingga;

A = a. b. c atau dalam keadaan lain dapat dituliskan:

A = ε. b. c

dimana: A = absorbansi

a = tetapan absorpsivitas ε = koefisien ekstingsi molar

b = tebal kuvet yang dilalui sinar (cm) c = konsentrasi (mg /L) atau (mol / L)

Tebal kuvet yang dilalui sinar (b) dan konsentrasi (c) adalah faktor yang sangat menentukan bagi harga absorbansi sehingga harus ditunjukkan secara jelas. Jika konsentrasi dalam prosedur analisis dinyatakan sebagai mol / L (molar) maka tetapan disebut absorptivitas molar (ε).Akan tetapi bila konsentrasi dinyatakan sebagai gram/ L maka tetapan disebut absorptivitas (a). (Underwood A L,1990 )

2.9. Batas deteksi

Salah satu keuntungan utama cara analisis mnggunakan alat adalah karena cara itu mampu mendeteksi dan menentukan kuantitas analit yang jauh lebih sedikit daripada yang dilakukan dengan cara klasik.


(27)

Batas deteksi dapat didefenisikan dalam berbagai cara antara lain:

1. Secara statistik didefensiskan bahwa batas deteksi merupakan konsentrasi analit yang memberikan sinyal sebesar sinyal blanko, Yb , ditambah dua

simpangan baku blanko, Sb. Panduan paling akhir dari lembaga umum

(khususnya dari amerika) menyarankan syarat : Y – Yb = 3 Sb. (Miller, J.C.; J.N. Miller.1991)

2. Batas deteksi adalah konsentrasi atau berat analit paling kecil yang dapat dideteksi pada taraf keyakinan (confidence level) tertentu. Batas deteksi ini tergantung pada perbandingan signal analit dengan fluktuasi signal blanko akan tetapi jumlah pengukuran pengukuran harus banyak.

(Situmorang, M. 2010)

3. Batas deteksi merupakan batas terendah dimana suatu alat atau metode analitik tidak dapat digunakan lagi untuk mengamati / melihat ada atau tidaknya beberapa analit dalam suatu sampel. (Robinson,K.A.1987)

Batas deteksi ini tergantung pada faktor – faktor berikut: 1. Elemen atau jenis molekuler yang ditentukan

2. Ada atau tidaknya komponen – komponen lain di dalam sampel 3. Kualitas pereaksi yang digunakan

4. Peralatan atau metode pengujian yang digunakan. (Robinson, K.A.1987)


(28)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Alat-Alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Alat-alat

Nama alat Merek

Spektrofotometer Milton Roy

Hot plate Stirer PMC

Batang pengaduk -

Oven Fisher

Alat - alat gelas Pyrex

Indikator pH -

Penangas air -

Neraca elektrik Mettler PM 400

Botol cuci -

Glass woll -

Mikro Pipet Pyrex

Kolom kromatografi Pyrex

Statif -

Klem -


(29)

3.2. Bahan-Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Nama Bahan Merek

Nutrisari rasa American sweet orange(exp 210211) - Nutrisari rasa Florida orange (exp 210211) -

Nutrisari rasa Sweet mango (exp 210211) -

Tartrazine(C 19140) 89% E. Merck

Sunset Yellow( FD & C 15985) 85% E. Merck

NH3 25% E..Merck

CH3OH 96 % E .Merck

NaOH pellet E. Merck

NH4.C2H3O2 E. Merck

CH3COOH 99 % E..Merck

Natrium sitrat E .Merck

poliamida (-CONH2)n -

Akuades -

n- butanol E .Merck

Plat Silika Gel 60 GF 254 E. Merck

3.3.Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Pereaksi

Larutan-larutan yang disediakan adalah sebagai berikut:

a. Larutan Buffer asetat ( pH 5)

Sebanyak 25 gram NH4.C2H3O2 dilarutkan dengan 15 mL akuades dan ditambahkan 70 mL asam asetat glasial, kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Baku zat warna Tartrazine 0, 01% (b/v)

Sebanyak 0, 01 gram Tatrazine diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(30)

c. Larutan Baku zat warna Sunset Yellow 0, 01 % (b/v)

Sebanyak 0,01gram Sunset Yellow diencerkan degan akuades dalam labu takar 100 ml hingga garis tanda dan dihomogenkan.

d. Larutan Standar Tartrazine 1000 mg/L

Sebanyak 1,123 gram kristal Tartrazine ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 1L, kemudian dilaru

t

kan dengan akuades dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.

e. Larutan Standar Tartrazine 100 mg/L

Dari larutan standar Tartrazine 1000 mg/L dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

f. Larutan Standar Tartrazine ( 5, 10, 15, 20, 25 mg/L)

Dari larutan standar Tartrazine 100 mg/L dipipet sebanyak 5,10,15,20,25 mL kedalam 5 buah labu takar 100 mL yang berbeda dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomgenkan.

g. Larutan Standar Sunset yellow 1000 mg/L

Sebanyak 1,176 gram kristal Sunset Yellow ditimbang dan dimasukkan kedalam labu takar 1L, kemudian dilarutkan dengan akuades dan diencerkan sampai garis tanda.dan dihomogenkan..

h. Larutan Standar Sunset Yellow 100 mg/L

Dari larutan standar Sunset Yellow 1000 mg/L dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan..

i. Larutan Standar Sunset Yellow ( 5, 10, 15, 20, 25 mg/L

Dari larutan standar Sunset Yellow 100 mg/L dipipet sebanyak 5,10,15,20,25 mL kedalam 5 buah labu takar 100 mL yang berbeda dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomgenkan.


(31)

Sebanyak 1 gram NaOH ditimbang, dan dimasukkan kedalam beker gelas. Kemudian ditambahkan 70 mL metanol dan dimasukkan kedalam labu takar 1L dan diencerkan sampai garis tanda.

k. Campuran metanol- asam asetat

Diukur 100 mL asam asetat glacial 99% ditambahkan 100 mL methanol 96% kemudian diaduk sampai homogen.

l. Campuran Amonia-metanol

Diukur 5 mL ammonia (bj: 0,88 dan kemurnian 25% ), dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dan ditambahkan 95 mL metanol 96% dan dihomogenkan.

m. Eluen untuk zat warna tartrazine

Diukur 5 mL n - butanol dan 2 mL akuades dan 1 mL asam asetat glacial 99% kemudian dicampurkan pada bejana kromatografi dan dijenuhkan untuk beberapa saat.

n. Eluen untuk zat warna Sunset Yellow

Ditimbang Natrium Sitrat sebanyak 2 gram dan ditambahkan dengan akuades sebanyak 85 mL kemudian larutan tersebut dimasukkan secara bersama-sama dengan Larutan ammonia sebanyak 15 mL kedalam bejana kromatografi kemudian dijenuhkan untuk beberapa saat.

3.3.2. Penentuan waktu operasi . a. Tartrazine

Larutan standar Tartrazine 10 mg/L diukur Absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 428 nm dengan variasi waktu 5,10,15,20,dan 25 menit.

b. Sunset yellow

Larutan standar Sunset Yellow 10 mg/L diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm dengan variasi waktu 5,10,15,20,dan 25 menit


(32)

3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar a. Larutan Standar Tartrazine

1. Dipipet 10 mL larutan standar Tartrazine 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan ( larutan ini mengandung 10 mg/L Tartrazine)

2. Didiamkan selama 15 menit

3. Diukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420,425,426,427,428,429, 430 dan 431 nm

b.Larutan Standar Sunset yellow

1. Dipipet 10 mL larutan standar Sunset Yellow 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan ( larutan ini mengandung 10 mg/L Sunset Yellow)

2. Didiamkan selama 15 menit

3. Diukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450, 460,470,480,490,500 dan 510 nm.

l3. 3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar a. Kurva Kalibrasi untuk tartrazine

1.Kedalam 5 buah labu takar 50 ml yang bersih dan kering secara terpisah dipipet dengan tepat 2,5; 5; 7,5; 10 ;12,5 mL larutan standar Tartrazine 100mg/L dan diencerkan dengan akuades hingga sampai garis tanda (larutan ini mengandung Tartrazine secara berturut-turut 5; 10 ; 15 ; 20 ; 25 mg/L)

2. Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL 3. Dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit

4. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 428 nm pengukuran diulang sebanyak 3 kali dan dibuat kurva kalibrasi.


(33)

b. Kurva Kalibrasi untuk Sunset Yellow

1.Kedalam 5 buah labu takar 50 ml yang bersih dan kering secara terpisah dipipet dengan tepat 2,5 ; 5; 7,5; 10; 12,5 mL larutan standar Sunset Yellow 100 mg/L dan diencerkan dengan akuades hingga sampai garis tanda (larutan ini mengandung Sunset Yellow secara berturut-turut 5; 10; 15; 20; 25 mg/L)

2. Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL 3. Dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit

4. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm pengukuran diulang sebanyak 3 kali dan dibuat kurva kalibrasi.

3.3.5. Pemisahan Zat Warna dari Sampel

1. Dimasukkan 5 gram serbuk minuman kemasan kedalam beker gelas 2. Dilarutkan dengan 100 ml akuades

3. Dipanaskan sampai volumenya tinggal 50 mL

4. Diasamkan dengan penambahan asam asetat glasial (pH = 4) 5. Disaring dengan glass wool

6. Ditambahkan 1 gram serbuk poliamida kedalam filtrat 7. Dikocok larutan sampai supernatannya jernih

8. Dipindahkan bubur poliamida kedalam mikro kromatografi yang telah disumbat dengan glass wool

9. Dibiarkan cairannya mengalir sampai larutannya mengering

10.Ditambahkan sebanyak 6 x 10 mL akua panas pada zat yang berada dalam kolom sambil diaduk dengan batang pengaduk setiap kali penambahan dan dialirkan eluatnya

11.Ditambahkan sebanyak 3 x 5 mL aseton pada zat yang berada dalam kolom sambil diaduk dengan batang pengaduk setiap kali penambahan dan dialirkan eluatnya


(34)

12. Ditambahkan sebanyak 2 x 5 ml metanol – NaOH pada zat yang berada dalam kolom dan dialirkan eluatnya

13. Diatur pH eluatnya dengan metanol-asam asetat hingga pH=5 14. Ditambah 10 mL akuades kedalam larutan

15. Ditambahkan sebanyak 0, 5 gram serbuk poliamida kedalam larutan 16. Dikocok

17. Dipindahkan bubur polamida kedalam mikro kolom kromatografi dan dialirkan larutannya sampai mengering

18. Ditambahkan akua panas pada zat yang berada dalam kolom sampai pH eluatnya sama dengan pH air

19. Didesorpsi warna dengan menambahkan 10 ml methanol- NaOH pada zat yang berada dalam kolom

20. Diasamkan eluat dengan asam asetat dan dipekatkan sampai hampir kering dengan penangas air

21.Diperoleh konsentrat. Dimana konsentrat ini digunakan untuk identifikasi zat warna

3.3.6. Analisa Kualitatif dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

A . Tartrazine

1. Dimasukkan konsentrat dan zat warna pembanding Tartrazine ke dalam 2 pipa kapiler yang berbeda.

2. Ditotolkan pada plat Silika Gel 60 GF 254 yang telah di buat garis batasnya 3. Dimasukkan plat Silika Gel 60 GF 254 ke dalam bejana kromatografi yang berisi eluen n - butanol / asam asetat / air dengan perbandingan (5:2:1)

4. Digerakkan pelarut sampai sejauh 6,5 cm

5. Dikeluarkan plat Silika Gel 60 GF 254 dari bejana kromatografi 6. Dikeringkan

7. Diukur jarak tempuh konsentrat dan zat warna pembanding Tartrazine 8. Dihitung harga Rf nya masing - masing


(35)

B. Sunset Yellow

1. Dimasukkan konsentrat dan zat warna pembanding Sunset Yellow ke dalam 2 pipa kapiler yang berbeda.

2. Ditotolkan pada plat Silika Gel 60 GF 254 yang telah di buat garis batasnya 3. Dimasukkan plat Silika Gel 60 GF 254 ke dalam bejana kromatografi yang berisi eluen tri - Natrium Sitrat dihidrat – Air - Ammonia (2 gram: 85 mL: 15 mL)

4. Digerakkan pelarut sampai sejauh 6,5 cm

5. Dikeluarkan plat Silika Gel 60 GF 254 dari bejana kromatografi 6. Dikeringkan

7. Diukur jarak tempuh konsentrat dan zat warna pembanding Sunset Yellow 8. Dihitung harga Rf nya masing – masing

3.3.7. Analisa Kuantitatif dengan Metode Spektrofotometri

a.Tartrazine

1. Dipipet konsentrat sebanyak 4 mL dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda

2. Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL 3. Didiamkan selama 15 menit

4. Diukur absorbansi larutan pada λ = 428 nm 5. Dihitung konsentrasi Tartrazine dalam konsentrat

b. Sunset Yellow

1. Dipipet konstrat sebanyak 4 mL dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda

2. Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL 3. Didiamkan selama 15 menit

4. Diukur absorbansi larutan pada λ = 480 nm


(36)

Bagan Penelitian

Pemisahan Zat Warna dari Sampel

Dimasukkan ke dalam beaker glass 150 mL Dilarutkan dengan 100 mL akuades

Dipanaskan sampai volumenya tinggal 50 mL Diasamkan dengan penambahan asam asetat glasial (pH = 4)

Disaring dengan glass woll Ditambah 1 gram poliamida dan diaduk

Dimasukkan ke dalam mikro kolom kromatografi

Ditambahkan 6 x 10 mL air panas

dan diaduk dengan batang pengaduk

Ditambahkan 3x5 mL aseton dan diaduk dengan batang pengaduk

Ditambahkan 2x5 mL larutan metanol-NaOH

5 gram sampel

Filtrat Residu

Bubur poliamida

Eluat (air) Bubur poliamida

Eluat (air) Bubur poliamida

Bubur poliamida Ekstrak aseton


(37)

Ditambahkan dengan campuran

metanol– asam asetat sampai pH eluat = 5 Ditambahkan 10 mL air dan 0,5 gram

poliamida untuk mengadsorbsi zat warna

Dimasukkan bubur poliamida ke dalam

mikro kolom kromatografi

Ditambahkan dengan air panas

Ditambahkan 100 mL larutan metanol - NaOH

Diasamkan dengan asam asetat Diuapkan hingga hampir kering

(Egan, H.1981)

Eluat

Bubur poliamida

Bubur poliamida Eluat (air)

Eluat (air) pH nya

sama dengan pH air Bubur poliamida

Eluat

Konsentrat Bubur poliamida


(38)

B. Analisa Kualitatif dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis a. Tartrazine

Dimasukkan kedalam 2 pipa kapiler yang berbeda

Ditotolkan zat warna pada Plat Silika Gel 60 GF 254 yang telah dibuat garis batasnya

Dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi eluen n - butanol / asam asetat / air (5:2:1)

Digerakkan pelarut sampai sejauh 6,5 cm Dikeringkan

Diperhatikan letak zat warna

Diukur jarak tempuh zat warna pembanding Tartrazine dan jarak tempuh Konsentrat Dihitung harga Rf nya

(Egan, H.1981) Larutan pembanding (0, 01% Tartrazine)

Pipa kapiler yang berisi zat warna

Plat Silika Gel 60 GF 254

Hasil Konsentrat


(39)

b. Sunset Yellow

Dimasukkan kedalam 2 pipa kapiler yang berbeda

Ditotolkan zat warna pada Plat Silika Gel 60 GF 254 yang telah dibuat garis batasnya

Dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi eluen tri-Natrium Sitrat dihidrat /amonia/air (2 gram/15 mL/85 mL)

Digerakkan pelarut sampai sejauh 6,5 cm Dikeringkan

Diperhatikan letak zat warna

Diukur jarak tempuh zat warna pembanding Sunset Yellow dan jarak tempuh Konsentrat Dihitung harga Rf nya

(Egan, H.1981) Pipa kapiler yang berisi zat warna

Plat Silika Gel 60 GF 254

Hasil


(40)

C. Analisa Kuantitatif dengan Metode Spektrofotometri a. Tartrazine

Dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL

Didiamkan selama 15 menit

Diukur absorbansi larutan pada λ = 428 nm Dihitung konsentrasi Tartrazine dalam Konsentrat

Dipipet Konsentrat sebanyak 4 mL

Larutan dengan pengenceran 12,5 kali


(41)

a. Sunset Yellow

Dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Ditambahkan buffer asetat sebanyak 0,5 mL

Didiamkan selama 15 menit

Diukur absorbansi larutan pada λ = 480 nm

Dihitung konsentrasi Sunset Yellow dalam Konsentrat

Dipipet Konsentrat sebanyak 4 mL

Larutan dengan pengenceran 12,5 kali


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data

4.1.1. Hasil Penelitian

Dari hasil analisis kualitatif dengan kromatografi lapis tipis diperoleh

bahwa minuman kemasan mengandung zat warna tartrazine dan sunset

yellow yang di buktikan dengan harga Rf nya dimana harga Rf dapat

dihitung dengan rumussebagai berikut:

Rf =

pelarut ditempuh

yang jarak

warna zat

ditempuh yang

jarak

, sehingga diperoleh harga Rf zat warna

adalah sebagai berikut: Tartrazine 0,9231 dan Sunset Yellow 0,9692. Dan

harga Rf konsentrat Tartrazine 0,9231 sedangkan Rf konsentrat

Sunset Yellow 0,9692. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif

dengan spektrofotometer pada λ

480 nm untuk Sunset Yellow, dan λ 428 nm untuk Tartrazine.

Tabel 4.6. Penurunan persamaan garis regresi metode least square kurva kalibrasi tartrazine

Xi Yi (Xi – X) (Xi – X)2 (Yi – Y) (Yi – Y)2 (Xi - X)(Yi - Y)

5 0,2676 -10 100 -0,0570 0,0032 0,5700

10 0,2924 -5 25 -0,0322 0,0010 0,1610

15 0,3187 0 0 -0,0059 0,0000 0,0000

20 0,3468 5 25 0,0222 0,0005 0,1110

25 0,3979 10 100 0,0733 0,0054 0,7330


(43)

X = n Xi

= 5 75 = 15 Y = n Yi

= 5 6234 , 1 = 0,3246

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dinyatakan dengan Y = aX+ b, Dimana: a = slope

b = intersept

Harga slope (a) dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

a =

− − − 2 ) ( ) )( ( X X Y Y X X i i i a = 250 5750 , 1

= 0, 0063

Sedangkan harga intersept(b) dapat diperoleh melalui persamaan:

Y= aX + b atau b = Y - aX

b = 0,3246 – ( 0, 0063)(15)

b = 0,3246 – 0,0945

b = 0,2301

dengan demikian persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi tartrazine adalah:

Y = 0,0063X + 0,2301

Dimana:

Y = absorbansi sampel X = kadar tartrazine (mg/L)


(44)

Koefisien korelasi r =

{

2 2

}

12

) ( ) ( ) )( (

− − − − Y Y X X Y Y X X i i i i =

{

}

1 2

) 0101 , 0 )( 250 ( 5750 , 1 = 5890 , 1 5750 , 1 = 0,9912

X1 = 14,0793 mg/L

X2 = 12,6507 mg/L X = 13,6031 mg/L

X3 = 14,0793 mg/L

(X1 - X)2 = 0,2267

(X2 - X)2 = 0,9070

Perhitungan Kadar Tartrazine:

Dari persamaan garis regresi metode least square(Tabel 4.6) dapat ditentukan kadar tartrazine. Untuk mendapatkan data yang terbaik maka perlu dilakukan penentuan harga rata – rata percobaan dengan menggunakan uji t – student dengan tingkat kepercayaan 95%. Misalnya data absorbansi sampel A ditentukan:

Standar Deviasi (SD) A1 = 0,3188

A2 = 0,3098

A3 = 0,3188

dengan persamaan garis regresi Y = 0,0063 X + 0,2301

(X3 - X)2 = 0,2267


(45)

SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 0,8247

Dari harga Standar Deviasi (SD) di atas dapat diturunkan ke persamaan di bawah ini untuk menghitung rata – rata kadar tartrazine dalam sampel.

µ = n

SD t X ±

Dimana : µ = harga kadar tartrazine yang sebenarnya (mg/L) X = kadar tartrazine rata – rata (mg/L)

t = harga t distribusi SD = Standar Deviasi n = jumlah perlakuan

dari data distribusi t – student n = 3, dengan derajat kepercayaan 95% n – 1 = 2 (α = 0,05)

maka nilai t = 4,30. Sehingga dipeoleh: µ = 3 8247 , 0 30 , 4 6031 ,

13 ± x

µ = ( 7,8539 ± 2,0473) mg/L

sampel minuman segar memiliki berat yang relatif kecil untuk setiap jenis rasa dimana beratnya 5 gram. Maka penghitungan kadar zat warna menggunakan satuan mg/g untuk mempermudah pemahaman berapa kadar tartrazine dibandingkan jika menggunakan satuan mg/kg yang tampak nilainya besar, maka kadar tartrazine dalam sampel adalah:

Tartrazine = x fp

sampel Berat eluat Volume x µ (mg/g)


(46)

Dimana:

fp = faktor pengenceran (4 mL dalam 50 mL)

Tartrazine = 50/4

000 , 5 016 , 0 / ) 0473 , 2 8539 , 7 ( x g L X L mg ±

= 0,3141 ± 0,0818 mg/g

Tabel 4.8. Penurunan persamaan garis regresi metode least square kurva kalibrasi sunset yellow

Xi Yi (Xi – X) (Xi – X)2 (Yi – Y) (Yi – Y)2 (Xi - X)(Yi - Y)

5 0,2924 -10 100 -0,0559 0,0031 0,5590

10 0,3279 -5 25 -0,0204 0,0004 0,1020

15 0,3468 0 0 -0,0015 0,0000 0,0000

20 0,3767 5 25 0,0284 0,0008 0,1420

25 0,3979 10 100 0,0496 0,0025 0,4960

Σ = 75 Σ = 1,7417 Σ = 0 Σ = 250 Σ = 0,0002 Σ = 0,0068 Σ = 1,2990

X = n Xi

= 5 75 = 15 Y = n Yi

= 5 7417 , 1 = 0,3483

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dinyatakan dengan y = ax + b, Dimana: a = slope


(47)

b = intersept

Harga slope (a) dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

a =

− − − 2 ) ( ) )( ( X X Y Y X X i i i a = 250 2990 , 1

= 0, 0052

Sedangkan harga intersept(b) dapat diperoleh melalui persamaan:

Y= aX + b atau b = Y - aX

b = 0,3483 – (0, 0052)(15)

b = 0,3483 – 0,0780

b = 0,2703

dengan demikian persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi sunset yellow adalah:

Y = 0, 0052 X + 0,2703

Dimana:

Y = absorbansi sampel

X = kadar sunset yellow (mg/L)

Koefisien korelasi r =

{

2 2

}

12

) ( ) ( ) )( (

− − − − Y Y X X Y Y X X i i i i =

{

}

1 2

) 0068 , 0 )( 250 ( 2990 , 1


(48)

r =

3038 , 1

2990 , 1

r = 0,9963

X1 = 11,0769 mg/L

X2 = 9,3269 mg/L X = 10,4936 mg/L

X3 = 11,0769 mg/L

(X1 - X)2 = 0,3402

(X2 - X)2 = 1,3612

(X3 - X)2 = 0,3402

Perhitungan Kadar Sunset Yellow:

Dari persamaan garis regresi metode least square(Tabel 4.8) dapat ditentukan kadar tartrazine. Untuk mendapatkan data yang terbaik maka perlu dilakukan penentuan harga rata – rata percobaan dengan menggunakan uji t – student dengan tingkat kepercayaan 95%. Misalnya data absorbansi sampel A ditentukan:

Standar Deviasi (SD) A1 = 0,3279

A2 = 0,3188

A3 = 0,3279

dengan persamaan garis regresi Y = 0, 0052 X + 0,2703


(49)

Σ(Xi - X)2 = 2,0416 SD = 1 ) ( 2 − −

n X Xi = 1,0103

Dari harga Standar Deviasi (SD) di atas dapat diturunkan ke persamaan di bawah ini untuk menghitung rata – rata kadar sunset yellow dalam sampel.

µ = n

SD t X ±

Dimana : µ = harga kadar sunset yellow yang sebenarnya (mg/L) X = kadar sunset yellow rata – rata (mg/L)

t = harga t distribusi SD = Standar Deviasi n = jumlah perlakuan

dari data distribusi t – student n = 3, dengan derajat kepercayaan 95% n – 1 = 2 (α = 0,05) maka nilai t = 4,303.

Sehingga dipeoleh: µ = 3 0103 , 1 30 , 4 4936 ,

10 ± x

µ = 6,0587± 2,5083 mg/L

sampel minuman segar memiliki berat yang relatif kecil untuk setiap jenis rasa dimana beratnya 5 gram. Maka penghitungan kadar zat warna menggunakan satuan mg/g untuk mempermudah pemahaman berapa kadar sunset yellow dibandingkan jika menggunakan satuan mg/kg yang tampak nilainya besar, maka kadar sunset yellow dalam sampel adalah:

Sunset yellow = x fp

sampel Berat t Volumeelua x µ (mg/g) Dimana:


(50)

fp = faktor pengenceran (4 mL dalam 50 mL)

Sunset yellow = 50/4

000 , 5 016 , 0 / ) 5083 , 2 0587 , 6 ( x g L x L mg ±

= 0,2423 ± 0,1003 mg/g

4.1. 2. Pembahasan

Pemisahan zat warna Tartrazine dan Sunset Yellow dari serbuk minuman Nutrisari dengan melarutkan sampel dengan akuades dan dilakukan pemanasan untuk melarutkan senyawa – senyawa yang belum larut. Kemudian dilakukan pengasaman dengan menambahkan asam asetat dan kemudian senyawa – senyawa yang tidak larut disaring dengan glass woll. Dilanjutkan dengan proses adsorbsi dengan penambahan serbuk poliamida. Dimana secara umum interaksi antara zat warna dengan adsorben poliamida dapat diperkirakan berlangsung melalui ikatan hidrogen antara atom N yang memiliki pasangan elektron bebas dengan atom H yang berasal dari zat warna tersebut. Setelah itu dilakukan pemisahan zat warna basa dengan penambahan aseton, maka zat warna asam dan zat wrna alam masih diadsorpsi oleh poliamida. Dan kemudian dilakukan desorpsi zat warna asam dan zat warna alam dengan cara menambahkan metanol – NaOH. Dan setelah itu eluatnya diatur pH nya hingga pH 5 dan setelah itu ditambahkan poliamida untuk mengadsorpsi zat warna asam kembali. Kemudian ditambahkan air panas hingga pH eluatnya menyamai pH air. Setelah itu zat warna asam didesorpsi dengan metanol – NaOH. Dimana proses desorpsi terjadi karena adanya basa yang memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk antara zat warna dengan poliamida. Kemudian eluat diasamkan dengan asam asetat dan diuapkan hingga hampir kering, sehingga diperoleh konsentrat. Kemudian dilakukan pengujian kualitatif terhadap Tartrazine (FD & C 19140) dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dimana plat yang digunakan adalah Plat Silika Gel 60 GF 254 dengan eluen sebagai berikut : n - butanol / asam asetat / air (5:2:1).

Dimana antara zat warna standar Tartrazine dan zat warna konsentrat Tartrazine menunjukkan warna yang sama yakni kuning jingga. Disamping itu,


(51)

dihasilkan harga Rf yang sama antara Rf standar Tartrazine dan Rf konsentrat Tartrazine yakni 0,9231. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa dalam serbuk minuman Nutrisari rasa American sweet orange, Nutrisari rasa Sweet mango, Nutrisari rasa Florida orange terdapat zat warna Tartrazine, yang ditandai dengan warna yang sama dan harga Rf yang sama. Dan demikian juga halnya untuk pewarna Sunset Yellow(FD & C 15985) dimana analisa kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dimana plat yang digunakan adalah Plat Silika Gel 60 GF 254 dengan eluen sebagai berikut : Natrium Sitrat -Air-Ammonia (2 gram: 85 mL: 15 mL) Dimana antara zat warna standar Sunset Yellow dan zat warna konsentrat Sunset Yellow menunjukkan warna yang sama yakni jingga. Disamping itu, dihasilkan harga Rf yang sama antara Rf standar Sunset Yellow dan Rf konsentrat Sunset Yellow yakni

0,9692.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa dalam serbuk minuman Nutrisari rasa American sweet orange, Nutrisari rasa Sweet mango, Nutrisari rasa Florida orange terdapat zat warna Sunset Yellow , yang ditandai dengan warna yang sama dan harga Rf yang sama

Tahap analisa kuantitatif dilanjutkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 428 nm untuk zat warna tartrazine. Dimana panjang gelombang maksimum zat warna Tartrazine di literatur adalah 426 nm akan tetapi masih dalam batas toleransi ± 2 nm. Kurva kalibrasi larutan standar Tartrazine dibuat dengan memvariasikan knsentrasi larutan standar Tartrazine, dan dihitung dengan metode least square sehingga diperoleh persamaan garis linier Y = 0,0063X + 0,2301. Dimana persamaan garis linier ini digunakan untuk menghitung kadar zat warna Tartrazine dalam konsentrat tersebut. Kemudian tahap analisa kuantitatif untuk zat warna Sunset Yellow dilakukan dengan metode spektrofotometer pada panjang gelombang 480. Kurva kalibrasi larutan standar Sunset Yellow dibuat dengan memvariasikan knsentrasi larutan standar Sunset Yellow, dan dihitung dengan metode least square sehingga diperoleh persamaan garis linier Y = 0, 0052 X + 0,2703. Dimana persamaan garis linier ini digunakan untuk menghitung kadar zat warna Sunset Yellow dalam konsentrat tersebut.

Dari data yang diperoleh bahwa kadar tartrazine dalam serbuk minuman Nutrisari rasa American sweet orange(exp 020511 ), Nutrisari rasa Sweet mango


(52)

(exp 210810), Nutrisari rasa Florida orange(exp 210211) secara berturut – turut adalah 0,3141 ± 0,0818 mg/g, 0,3812 ± 0,0846 mg/g, dan 0,3474 ± 0,0831 mg/g sedangkan kadar Sunset Yellow dalam serbuk Nutrisari rasa American sweet orange(exp 020511 ), Nutrisari rasa Sweet mango(exp 210810), Nutrisari rasa Florida orange(exp 210211) secara berturut – turut adalah 0,2833 ± 0,1025 mg/g, 0,2423 ± 0,1003 mg/g, 0,2021 ± 0,0992 mg/g.

Pewarna tartrazine dan sunset yellow merupakan zat pewarna yang sering digunakan pada minuman segar. Dimana pewarna tersebut memberikan warna yang lebih menarik disamping harga yang lebih terjangkau.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Tartrazine dan Sunset Yellow pada minuman segar masih berada dalam standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang dicantumkan dalam SK Menteri Keseha-tan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88tenKeseha-tang kadar zat warna yang diperbolehkan dalam makanan dan minuman yakni sebesar 0,3 mg/g. Oleh karena itu serbuk minuman Nutrisari ini masih aman untuk dikonsumsi olah para konsumen.


(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan

1. Dari data yang diperoleh bahwa kadar tartrazine dalam serbuk minuman Nutrisari rasa American sweet orange(exp 210211), Nutrisari rasa Sweet mango(exp 210211), Nutrisari rasa Florida orange(exp 210211) secara berturut – turut adalah 0,3141 ± 0,0818 mg/g; 0,3812 ± 0,0846 mg/g; dan 0,3474 ± 0,0831 mg/g sedangkan kadar Sunset Yellow dalam serbuk Nutrisari rasa American sweet orange(exp 210211 ), Nutrisari rasa Sweet mango(exp 210211), Nutrisari rasa Florida orange(exp 210211) secara berturut – turut adalah 0,2833 ± 0,1025 mg/g; 0,2423 ± 0,1003 mg/g; 0,2021 ± 0,0992 mg/g.

2. Bila dibandingkan kadar zat warna Tartrazine dan Sunset Yellow yang diperoleh dalam serbuk minuman Nutrisari rasa American sweet orange, Nutrisari rasa Sweet mango dan Nutrisari rasa Florida orange dengan kadar zat warna Tartrazine dan Sunset Yellow yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam makanan dan minuman sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor

722/Menkes/Per/IX/88 yang menyatakan bahwa kadar zat warna yang diizinkan dalam makanan dan minuman adalah maksimal 0,3 mg/g. Oleh karena itu serbuk minuman Nutrisari ini masih aman untuk dikonsumsi olah para konsumen.

5.2. Saran

Disarankan supaya dilakukan penelitian tentang penentuan kadar zat warna dengan menggunakan bahan pengadsorpsi yang lain.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman.2008.Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan.Jakarta: EGC Cahyadi, W. 2008..Analisa dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi ke-5.Jakarta: Bumi Aksara

Daintith, J.1990.Kamus Kimia Lengkap.Edisi Baru.Jakarta:Erlangga

Egan, H.1981.Pearson’s Chemical Analysis of Foods.Eighth Edition.New York: Churchill Livingstone

Gritter, .1985.Pengantar Kromatografi.Jakarta: Erlangga

Kateman,G;L, Buydens. 1993. Quality Control in Analytical Chemistry.Edisi kedua.New York: John Willey and Sons, Inc

Kealey, D.2002..Analytical Chemistry.New York: BIOS

Khopkar, S.M.2002..Konsep DasarKimia Analitik.Jakarta: UI Press

Kumar,A. 1998. Fundamentals of Polymers. New York: The Graw – Hill Companies Miller, J.C.; J.N. Miller.1991. Statistik Untuk Kimia Analitik. (Terjemahan) edisi Kedua.Bandung: ITB

Robinson, K.A., 1987.Chemical Analysis.Canada: Little brown and Co Sastrohamidjojo, H.1985. Kromatografi.Yogyakarta: Liberty

Situmorang, M. 2010. Kimia Analitik Lanjut Dan Instrumentasi.Medan: FMIPA Universitas Negeri Medan

Stevens, M.P.2001.Kimia Polimer.Jakarta: Pradnya Paramita

Sudarmadji,.1992..Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Liberty Underwood,A.L.1990..Analisa Kimia Kuantitatif.Edisi keempat.Jakarta: Erlangga

Walford, F.1980. Developments In Food Colours – 1.London:Applied Science Publisher LTD

Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Yazid, E.2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Yogyakarta:Penerbit ANDI


(55)

(56)

Tabel 4.1. Data hasil uji kualitatif tartrazine dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen Tartrazine (n - butanol / asam asetat / air (5:2:1) sedangkan Sunset yellow ( Natrium Sitrat /amonia /air (2 gram/15 mL/85 mL).

No Nama Sampel Rf Tartrazine Pembanding

Rf konsentrat

Rf Sunset Yellow Pembanding

Rf konsentrat

1 Sampel A 0,9231 0,9231 0,9692 0,9692

2 Sampel B 0,9231 0,9231 0,9692 0,9692

3 Sampel C 0,9231 0,9231 0,9692 0,9692

Tabel 4.2. Penentuan panjang gelombang maksimumdari Larutan Standar Tartrazine 10 mg/L

Panjang Gelombang Absorbansi

420 0,2366

425 0,2596

426 0,2676

427 0,2839

428 0,3010

429 0,2924

430 0,2676

Tabel 4.3. Penentuan panjang gelombang maksimum dari Larutan Standar Sunset Yellow 10 mg/L

Panjang Gelombang Absorbansi

450 0,2518

460 0,2757

470 0,3010

480 0,3279

490 0,3098

500 0,2924


(57)

Tabel 4.4. Data Absorbansi larutan standar Tartrazine pada λ maks 428 nm dengan Spektrofotometer Visibel

No Konsentrasi(mg/L) Absorbansi

1 5 0,2676

2 10 0,2924

3 15 0,3187

4 20 0,3468

5 25 0,3979

Tabel 4.5. Data Absorbansi larutan standar Sunset Yellow pada λ maks 480 nm dengan Spektrofotometer Visibel

No Konsentrasi(mg/L) Absorbansi

1 5 0,2924

2 10 0,3279

3 15 0,3468

4 20 0,3767

5 25 0,3979

Tabel 4.6. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Tartrazine 10 mg/L

Waktu

( menit) Absorbansi

5 0,2757

10 0,2676

15 0,2596

20 0,2596

25 0,2518

Tabel 4.7. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Sunset yellow 10 mg/L Waktu

(menit) Absorbansi

5 0,2676

10 0,2596

15 0,2518

20 0,2518

25 0,2518


(58)

Tabel 4.8. Data absorbansi Tartrazine pada minuman segar pada λ maks 428 nm dengan Spektrofotometer visible

No Nama Sampel A1 A2 A3 Ă

1 Sampel A 0,3188 0,3098 0,3188 0,3158 2 Sampel B 0,3372 0,3279 0,3372 0,3341 3 Sampel C 0,3279 0,3188 0,3279 0,3249

Keterangan : Sampel A = Nutrisari rasa American sweet orange Sampel B = Nutrisari rasa Sweet mango

Sampel C = Nutrisari rasa Florida orange

Tabel 4.9. Data absorbansi Sunset Yellow pada minuman segar pada λ maks 480 nm dengan spektrofotometer visible

No Nama Sampel A1 A2 A3 Ă

1 Sampel A 0,3372 0,3279 0,3372 0,3341 2 Sampel B 0,3279 0,3188 0,3279 0,3249 3 Sampel C 0,3188 0,3098 0,3188 0,3158

Tabel 4.10. Kadar tartrazine pada minuman segar kemasan berwarna kuning

No Nama Sampel tartrazine(mg/g)

1 Nutrisari rasa American sweet

orange(exp020511) 0,3141 ± 0,0818

2 Nutrisari rasa Sweet mango (exp 210810) 0,3812 ± 0,0846 3 Nutrisari rasa Florida orange (exp 210211) 0,3474 ± 0,0831

Tabel 4.11. Kadar sunset yellow pada minuman segar kemasan berwarna kuning

No Nama Sampel Sunset Yellow(mg/g)

1 Nutrisari rasa American sweet orange

(exp 020511) 0,2833 ± 0,1025

2 Nutrisari rasa Sweet mango (exp 210810) 0,2423 ± 0,1003 3 Nutrisari rasa Florida orange (exp 210211) 0,2021 ± 0,0992


(59)

Tabel 5. Daftar Harga Distribusi t – Student

Derajat Kebebasan

(n – 1 )

Tingkat Probabilitas

90 % 95 % 98 % 99 %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 30 50 ∞ 6,31 2,92 2,35 2,13 2,02 1,94 1,89 1,86 1,83 1,81 1,78 1,76 1,75 1,73 1,72 1,70 1,68 1,64 12,71 4,30 3,18 2,78 2,57 2,45 2,36 2,31 2,26 2,23 2,18 2,14 2,12 2,10 2,09 2,04 2,01 1,96 31,82 6,96 4,54 3,75 3,36 3,14 3,00 2,90 2,82 2,76 2,68 2,62 2,58 2,55 2,53 2,46 2,40 2,33 63,66 9,92 5,84 4,60 4,03 3,71 3,50 3,36 3,25 3,17 3,05 2,98 2,92 2,88 2,85 2,75 2,68 2,68


(60)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

418 420 422 424 426 428 430 432

panjang gelombang

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan StandarTartrazine 10 mg/L

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

440 450 460 470 480 490 500 510 520

panjang gelombang (nm)

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan Standar Sunset Yellow10 mg/L


(61)

0.255 0.26 0.265 0.27 0.275 0.28

0 5 10 15 20 25 30

waktu (menit)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 3. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Tartrazine 10 mg/L pada panjang gelombang 428 nm

0.25 0.252 0.254 0.256 0.258 0.26 0.262 0.264 0.266 0.268 0.27

0 5 10 15 20 25 30

Waktu( menit)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Gambar 4. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Sunset Yellow 10 mg/L pada panjang gelombang 480 nm


(62)

y = 0.0063x + 0.2301 R2 = 0.9741

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

-5 0 5 10 15 20 25 30 35

konsentrasi (mg/ L)

A b s o rb a n s i

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tartrazine 10 mg/L

y = 0.0052x + 0.2703 R2 = 0.9911

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

-5 0 5 10 15 20 25 30 35

konsentrasi (mg/L) A b s o rb a n s i


(1)

Tabel 4.4. Data Absorbansi larutan standar Tartrazine pada λ maks 428 nm dengan Spektrofotometer Visibel

No Konsentrasi(mg/L) Absorbansi

1 5 0,2676

2 10 0,2924

3 15 0,3187

4 20 0,3468

5 25 0,3979

Tabel 4.5. Data Absorbansi larutan standar Sunset Yellow pada λ maks 480 nm dengan Spektrofotometer Visibel

No Konsentrasi(mg/L) Absorbansi

1 5 0,2924

2 10 0,3279

3 15 0,3468

4 20 0,3767

5 25 0,3979

Tabel 4.6. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Tartrazine 10 mg/L

Waktu

( menit) Absorbansi

5 0,2757

10 0,2676

15 0,2596

20 0,2596

25 0,2518

Tabel 4.7. Penentuan Waktu Operasi dari larutan Standar Sunset yellow 10 mg/L Waktu

(menit) Absorbansi

5 0,2676

10 0,2596

15 0,2518

20 0,2518

25 0,2518


(2)

Tabel 4.8. Data absorbansi Tartrazine pada minuman segar pada λ maks 428 nm dengan Spektrofotometer visible

No Nama Sampel A1 A2 A3 Ă

1 Sampel A 0,3188 0,3098 0,3188 0,3158 2 Sampel B 0,3372 0,3279 0,3372 0,3341 3 Sampel C 0,3279 0,3188 0,3279 0,3249

Keterangan : Sampel A = Nutrisari rasa American sweet orange Sampel B = Nutrisari rasa Sweet mango

Sampel C = Nutrisari rasa Florida orange

Tabel 4.9. Data absorbansi Sunset Yellow pada minuman segar pada λ maks 480 nm dengan spektrofotometer visible

No Nama Sampel A1 A2 A3 Ă

1 Sampel A 0,3372 0,3279 0,3372 0,3341 2 Sampel B 0,3279 0,3188 0,3279 0,3249 3 Sampel C 0,3188 0,3098 0,3188 0,3158

Tabel 4.10. Kadar tartrazine pada minuman segar kemasan berwarna kuning

No Nama Sampel tartrazine(mg/g)

1 Nutrisari rasa American sweet

orange(exp020511) 0,3141 ± 0,0818

2 Nutrisari rasa Sweet mango (exp 210810) 0,3812 ± 0,0846 3 Nutrisari rasa Florida orange (exp 210211) 0,3474 ± 0,0831 Tabel 4.11. Kadar sunset yellow pada minuman segar kemasan berwarna kuning

No Nama Sampel Sunset Yellow(mg/g)

1 Nutrisari rasa American sweet orange

(exp 020511) 0,2833 ± 0,1025

2 Nutrisari rasa Sweet mango (exp 210810) 0,2423 ± 0,1003 3 Nutrisari rasa Florida orange (exp 210211) 0,2021 ± 0,0992


(3)

Tabel 5. Daftar Harga Distribusi t – Student

Derajat Kebebasan

(n – 1 )

Tingkat Probabilitas

90 % 95 % 98 % 99 %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 30 50 ∞ 6,31 2,92 2,35 2,13 2,02 1,94 1,89 1,86 1,83 1,81 1,78 1,76 1,75 1,73 1,72 1,70 1,68 1,64 12,71 4,30 3,18 2,78 2,57 2,45 2,36 2,31 2,26 2,23 2,18 2,14 2,12 2,10 2,09 2,04 2,01 1,96 31,82 6,96 4,54 3,75 3,36 3,14 3,00 2,90 2,82 2,76 2,68 2,62 2,58 2,55 2,53 2,46 2,40 2,33 63,66 9,92 5,84 4,60 4,03 3,71 3,50 3,36 3,25 3,17 3,05 2,98 2,92 2,88 2,85 2,75 2,68 2,68


(4)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

418 420 422 424 426 428 430 432

panjang gelombang

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan StandarTartrazine 10 mg/L

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

440 450 460 470 480 490 500 510 520

panjang gelombang (nm)

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Untuk Larutan Standar Sunset Yellow10 mg/L


(5)

0.255 0.26 0.265 0.27 0.275 0.28

0 5 10 15 20 25 30

waktu (menit)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Gambar 3. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Tartrazine 10 mg/L pada panjang gelombang 428 nm

0.25 0.252 0.254 0.256 0.258 0.26 0.262 0.264 0.266 0.268 0.27

0 5 10 15 20 25 30

Waktu( menit)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Gambar 4. Penentuan Waktu Operasi Dari Larutan Standar Sunset Yellow 10 mg/L pada panjang gelombang 480 nm


(6)

y = 0.0063x + 0.2301

R2 = 0.9741

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

-5 0 5 10 15 20 25 30 35

konsentrasi (mg/ L)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tartrazine 10 mg/L

y = 0.0052x + 0.2703

R2 = 0.9911

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

-5 0 5 10 15 20 25 30 35

konsentrasi (mg/L)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i