Salah satu penyebab terjadinya kematian ayam adalah adanya perubahan cuaca. Perubahan cuaca menyebabkan suhu di dalam kandang tidak sesuai dengan suhu
yang dibutuhkan oleh ayam. Peternak yang menjadi respoden dari penelitian ini sudah menetapkan batas normal kematian ayam yang dapat ditolerir pada masing-
masing sumber risiko. Batas kematian ayam akibat cuaca yang dianggap normal oleh para peternak yang berada di Kecamatan Pamijahan diperoleh dari nilai rata-
rata persentase mortalitas ayam ras pedaging akibat sumber risiko cuaca dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor ayam yang mati pada setiap peternakan. Kematian
ayam akibat cuaca yang dapat dianggap masih normal adalah 66 ekor pada setiap siklus produksi. Perhitungan probabilitas dapat dilakukan untuk melihat peluang
terjadinya kematian ayam karena faktor cuaca yang melebihi atau kurang dari batas normal. Probabilitas terjadinya kematian ayam yang melebihi atau kurang
dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013
Peternak Kematian Ayam Ekor
1 69
2 81
3 43
4 64
5 91
6 66
7 65
8 55
9 58
10 73
Total 665
Rata-Rata 67
Standar Deviasi 13
X 66
Z -0,07
Nilai Pada Tabel Z 0,4721
Probabilitas Risiko 66 ekor 47,21
Probabilitas Risiko 66 ekor 52,79
Periode produksi yang diteliti pada penelitian ini adalah bulan April hingga Mei. Cuaca pada bulan April hingga Mei selalu berubah-ubah. Perubahan cuaca
ini menyebabkan kematian ayam melebihi perkiraan peternak. Cuaca yang berubah-ubah antara siang dan malam menyebabkan ayam meriang, kehilangan
nafsu makan sehingga mengakibatkan kematian ayam. Perubahan yang tidak menentu menyebabkan karyawan tidak dapat memberi penanganan dengan baik.
Hasil perhitungan pada Tabel 19 menunjukkan bahwa kematian ayam yang disebabkan oleh cuaca dapat kurang atau lebih dari batas normal yaitu 66 ekor.
Kemungkinan terjadinya kematian ayam yang disebabkan oleh cuaca kurang dari
66 ekor adalah 47,21 persen. Sedangkan peluang kematian ayam yang disebabkan oleh cuaca melebihi batas normal adalah 52,79 persen. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa kematian ayam pada setiap peternakan yang disebabkan oleh cuaca kebanyakan masih melebihi batas normal yang telah ditetapkan yaitu 66
ekor.
b. Hama dan Predator
Sama halnya seperti cuaca, serangan hama dan predator dapat menjadi penyebab terjadinya kematian ayam. Predator utama pada lingkungan terbuka
seperti yang ada di Kecamatan Pamijahan adalah musang dan kucing. Batas kematian ayam akibat hama dan predator yang dianggap normal oleh para
peternak yang berada di Kecamatan Pamijahan diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas ayam ras pedaging akibat sumber risiko cuaca dikalikan
dengan rata-rata jumlah ekor ayam yang mati pada setiap peternakan. Kematian ayam akibat hama dan predator yang dapat dianggap masih normal adalah 44 ekor
pada setiap siklus produksi. Akan tetapi pada kenyataannya ada saat dimana jumlah kematian ayam yang disebabkan oleh hama dan predator kurang dari 44
ekor dan ada juga kemungkinan diatas 44 ekor. Probabilitas terjadinya kematian ayam yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode
nilai Z. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko hama dan predator dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Perhitungan probabilitas sumber risiko hama dan predator pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013
Peternakan Kematian Ayam Ekor
1 38
2 55
3 47
4 52
5 56
6 52
7 48
8 45
9 15
10 39
Total 447
Rata-Rata 45
Standar Deviasi 12
X 44
Z -0,08
Nilai Pada Tabel Z 0,4681
Probabilitas Risiko 44 ekor 46,81
Probabilitas Risiko 44 Ekor 53,19
Predator yang menyebabkan kematian ayam pada peternakan yang berada di Kecamatan Pamijahan adalah musang dan kucing. Musang merupakan predator
utama karena kandang berada dilingkungan terbuka dan dikelilingi lingkungan yang masih alami yang merupakan habitat bagi musang. Selain musang kematian
ayam juga disebabkan oleh serangan kucing. Kematian ayam karena serangan predator ditandai dengan hilangnya ayam atau bahkan sebagian tubuh ayam
tertinggal di kandang. Sampai saat ini belum ada pencegahan yang dilakukan terhadap serangan predator pada peternakan yang berada di Kecamatan
Pamijahan. Hasil perhitungan pada Tabel 20 diatas menunjukkan bahwa kematian ayam karena hama dan predator dapat kurang atau melebihi batas normal yaitu 44
ekor. Probabilitas kematian ayam yang diakibatkan oleh hama dan predator kurang dari 44 ekor adalah 46,81 persen. Kemungkinan kematian ayam lebih
besar dari batas normal lebih sangat besar yaitu sebesar 53,19 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan peternakan yang merupakan responden pada
penelitian ini mengalami kematian ayam yang disebabkan oleh hama dan predator melebihi batas normal yaitu 44 ekor.
c. Penyakit
Penyakit merupakan faktor utama penyebab terjadinya kematian ayam. oleh karena itu batas normal yang untuk kematian ayam yang disebabkan oleh penyakit
cukup tinggi. Batas kematian ayam akibat penyakit yang dianggap normal oleh para peternak yang berada di Kecamatan Pamijahan diperoleh dari nilai rata-rata
persentase mortalitas ayam ras pedaging akibat sumber risiko penyakit dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor ayam yang mati pada setiap peternakan. Kematian
ayam akibat penyakit yang dapat dianggap masih normal adalah 114 ekor pada setiap siklus produksi. Akan tetapi pada kenyataannya ada saat dimana jumlah
kematian ayam yang disebabkan oleh penyakit kurang dari 114 ekor dan ada juga kemungkinan diatas 114 ekor. Probabilitas terjadinya kematian ayam yang
melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit dapat dilihat pada Tabel 21.
Menurut hasil wawancara dengan para responden, penyakit yang sering menyerang ayam pada peternakan di Kecamatan Pamijahan adalah penyakit
gumboro infectious bursal disease. Penyakit gumboro merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam. Selain
gumboro, penyakit lain yang menyerang ayam di Kecamatan Pamijahan adalah tetelo new casstle diseae, dan penyakit ngorok chronic respiratory disease.
Penyakit tetelo merupakan penyakit ayam yang masih sangat sulit dicari pengobatannya. Sampai saat ini penanganan penyakit hanya dilakukan oleh
karyawan peternakan tanpa melibatkan ahli kesehatan ayam. Selain itu terkadang penanganan terhadap penyakit juga dilakukan dengan tradisional, misalnya dalam
penanganan penyakit diare pada ayam dilakukan dengan pemberian kunyit. Penanganan penyakit pada ayam juga terlambat dilaksanakan sehingga dapat
menyebabkan penyakit menular ke ayam yang lain. Hasil perhitungan pada Tabel 21 menunjukkan bahwa kematian ayam karena penyakit dapat kurang atau
melebihi batas normal yaitu 114 ekor. Probabilitas kematian ayam pada setiap siklus kurang dari 114 ekor adalah 50 persen. Kemungkinan kematian ayam lebih
besar dari batas normal adalah sebesar 50 persen.
Tabel 21 Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit pada peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013
Peternak Kematian Ayam Ekor
1 113
2 135
3 101
4 146
5 127
6 123
7 93
8 103
9 91
10 110
Total 1 142
Rata-Rata 114
Standar Deviasi 18
X 114
Z 0,00
Nilai Pada Tabel Z 0,5000
Probabilitas Risiko 114 ekor 50
Probabilitas Risiko 114 ekor 50
d. Gangguan Lingkungan
Kematian ayam pada peternakan di Kecamatan Pamijahan disebabkan oleh adanya gangguan dari lingkungan sekitar. Batas kematian ayam akibat gangguan
lingkungan yang dianggap normal oleh para peternak yang berada di Kecamatan Pamijahan diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas ayam ras pedaging
akibat sumber risiko gangguan lingkungan dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor ayam yang mati pada setiap peternakan. Batas kematian ayam akibat gangguan
lingkungan yang dianggap normal adalah 33 ekor pada setiap siklus produksi. Akan tetapi pada kenyataannya ada saat dimana jumlah kematian ayam yang
disebabkan oleh gangguan lingkungan kurang dari 31 ekor dan ada juga kemungkinan diatas 31 ekor. Probabilitas terjadinya kematian ayam yang
melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko gangguan lingkungan dapat dilihat
pada Tabel 22.
Gangguan lingkungan dapat menyebabkan kematian ayam di Kecamatan Pamijahan karena gangguan dari lingkungan kandang dapat menyebabkan stes.
Stres juga dapat terjadi karena perjalanan dari supplier ke lokasi peternakan cukup jauh. Selain faktor perjalanan jauh menurut hasil wawancara dengan responden
menyebutkan bahwa stes pada ayam juga disebabkan oleh suara-suara keras seperti petir dan kesalahan penanganan pada saat panen. Pengawasan pada orang-
orang yang masuk ke dalam kandang yang lemah juga dapat menyebabkan kematian ayam. Hasil perhitungan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa kematian
ayam karena penyebab gangguan lingkungan dapat kurang atau melebihi batas normal yang telah ditetapkan oleh peternak yaitu 31 ekor. Probabilitas kematian