Menghitung rata-rata kejadian berisiko

tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi ayam ras pedaging pada peternakan di Kecamatan Pamijahan. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah kematian ayam setiap periode. Jumlah kematian ayam tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur 2008, VaR dapat dihitung dengan rumus berikut: √ Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kematian ayam Rp µ = Nilai rata-rata dampak yang disebabkan masing-masing sumber risiko Rp M i = Mortalitas ayam ras pedaging pada masing-masing sumber risiko pada peternakan ke-i kg P= Tingkat harga ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan Rp Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kematian ayam Rp n = Banyaknya kejadian berisiko Pemetaan Risiko Sebelum merumuskan strategi penanganan risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan menggunakan probabilitas rata-rata dari sumber-sumber risiko produksi. Berdasarkan pendekatan tersebut, pada penelitian ini probabilitas yang yang menjadi batas antara probabilitas besar dengan probabilitas kecil adalah 50,60 persen. Batasan dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak. Batas antara dampak besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan dua persen dari total penerimaan masing-masing peternak. Penggunaan batas antara dampak yang besar dan kecil sebesar dua persen dari penerimaan didapatkan dari hasil wawancara dengan peternakan. Dengan skala usaha yang tergolong kecil, kerugian yang lebih besar dari dua persen total penerimaan sudah tergolong besar. Hasil perhitungan dua persen dari total penerimaan diperoleh hasil sebesar Rp 1 274 400. Gambar 5. Layout peta risiko Sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 50,60 persen dan dampak dibawah Rp 1 274 400 ditempatkan pada kuadran satu. Sumber risiko yang dipetakan pada kuadran dua adalah sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 50,60 persen dan dampak yang disebabkan lebih besar dari batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak. Sumber risiko dengan probabilitas dibawah 50,60 persen dan dampak dibawah batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak ditempatkan pada kuadran tiga. Kuadran empat adalah tempat untuk memetakan sumber risiko yang memiliki probabilitas dibawah 50,60 persen dan dampak diatas batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak ditempatkan pada kuadran empat. Penanganan Risiko Tahap terakhir dari proses manajemen risiko adalah penanganan risiko. Penanganan risiko dilakukan berdasarkan hasil pemetaan risiko. Dari pemetaan tersebut dapat ditentukan penanganan yang cocok untuk masing-masing sumber risiko. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

a. Penghindaran Risiko Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya sebuah risiko. Strategi ini dapat digunakan dengan perbaikan sistem dan perbaikan sumberdaya manusia. Strategi preventif digunakan untuk menangani sumber risiko yang memiliki probabilitas besar yaitu berada pada kuadran satu dan dua. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu dan kuadran empat yaitu sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 20 persen akan bergeser menuju kuadran tiga dan kuadran empat yaitu kuadran yang memiliki probabilitas dibawah 20 persen. Pergeseran sumber-sumber risiko sebagai hasil dari strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5. 50,60 Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Probabilitas Besar Kecil Dampak Rp Kecil Besar 1 274 400

b. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga sumber risiko yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu kuadran dua dan kuadran empat akan bergeser ke kuadran yang memiliki dampak dibawah batas normal kuadran satu dan kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran dan asuransi Harwood et al 1999. Pergeseran sumber-sumber risiko sebagai hasil dari strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 5. KEADAAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Keadaan Peternakan Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Bogor Bogor merupakan salah satu sentra produksi ayam ras pedaging di Provinsi Jawa Barat. Jumlah populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor meningkat setiap tahun. Peningkatan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor berkisar antara empat hingga 10 persen. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2013, populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 adalah 17 175 302 ekor. Peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tersebar di 40 Kecamatan yang berada di wilayah tersebut. Kecamatan yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Penyebaran populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun 2012 No Kecamatan Populasi Ekor Persentase 1 Pamijahan 2 766 397 16,10 2 Nanggung 1 542 367 8,98 3 Gunung Sindur 1 537 500 8,95 4 Parung 1 276 450 7,43 5 Leuwiliang 1 170 000 6,81 6 Lainnya 8 882 588 51,73 Total 17 175 302 100 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013 Diolah Tabel 7 menunjukkan bahwa Kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki populasi ayam terbesar adalah Kecamatan Pamijahan, dimana 16,10 persen dari total populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dibudidayakan di daerah tersebut. Kecamatan lain yang memiliki populasi ayam yang besar adalah Kecamatan Nanggung, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Parung, dan Kecamatan Leuwiliang. Kondisi Geografi Penelitian risiko produksi peternakan ayam ras pedaging ini dilakukan di Kecamatan Pamijahan yaitu desa Gunung Bundar I, desa Gunung Bundar II, desa Ciasmara dan desa Cemplang. Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan daerah yang memiliki populasi ayam terbesar pada tahun 2011. Luas daerah kecamatan Pamijahan adalah 8 089 286 ha dan terbagi ke dalam 15 desa. Kecamatan pamijahan berada di dataran tinggi dimana tinggi dari permukaan laut mencapai 250 hingga 300 meter. Berdasarkan data keterangan umum Kecamatan Pamijahan, suhu udara maksimum di Kecamatan Pamijahan maksimal 28 c. Keadaan lingkungan kususnya suhu udara merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam budidaya ayam ras pedaging. Suhu udara di Kecamatan Pamihahan sanggat cocok untuk budidaya ayam ras pedaging. Menurut Rasyaf 2007 suhu ideal untuk usaha budidaya ayam ras pedaginga adalah 23 c hingga 29 c. Kondisi Demografi Kecamatan Pamijahan memiliki jumlah penduduk sebanyak 132 193 jiwa yang terdiri dari 71 406 jiwa laki-laki dan 68 894 jiwa perempuan. Penduduk di Kecamatan Pamijahan terdiri dari 32 076 kepala keluarga. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 15 desa yang ada di Kecamatan Pamijahan. Distribusi penduduk kecamatan Pamijahan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 2. Data distribusi penduduk pada Lampiran 2 menunjukakan bahwa jumlah penduduk yang berada pada usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15 sampai 64 tahun Bappenas adalah 92 910 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Pamijahan adalah 132 193 jiwa, dengan demikian 70,2 persen penduduk di Kecamatan Pamijahan berada pada usia produktif. Jumlah penduduk yang berada pada usia tidak produktif yaitu usia 0 hingga 14 tahun dan usia diatas 65 tahun di kecamatan pamijahan ada 39 283 jiwa. Jumlah usia tidak produktif ini adalah 29,71 persen dari total jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. kesimpulan yang dapat diambil dari data diatas adalah bahwa di Kecamatan Pamijahan jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada pada usia tidak produktif. Tingkat pendidikan di Kecamatan Pamijahan masih tergolong rendah dimana mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan tamat SLTPsederajat. Dari total 144 257 jiwa penduduk kecamatan pamijahan hanya 602 jiwa yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat sarjana. Informasi distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.