I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas dimana dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada kenyataannya, kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak
dimensi. Kota merupakan sebuah sistem yaitu sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara
Irwan, 2005. Namun seiring perkembangan suatu kota, terdapat beberapa masalah perkotaan yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan perkotaan
membawa kepada konsekuensi negatif terhadap beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Lingkungan kota cenderung berkembang secara ekonomis dan
menurun secara ekologis dimana kota cenderung mengarah kepada pembangunan fisik seperti pembangunan sarana dan prasarana.
Peningkatan penduduk yang sangat cepat disertai peningkatan pendapatan per kapita masyarakat telah mengakibatkan peningkatan kebutuhan lahan untuk
memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Tingginya kebutuhan lahan di perkotaan menyebabkan penguasaan lahan yang tidak jarang kegiatan ini dapat
mengganggu wilayah atau kawasan yang memiliki fungsi strategis tertentu sehingga akan terjadi perubahan-perubahan penggunaan lahan. Pada tahap awal
perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka. Namun seiring meningkatnya taraf hidup, kemampuan, dan kebutuhan hidup manusia,
maka ruang-ruang terbuka tersebut, khususnya ruang terbuka hijau banyak dialihfungsikan menjadi kawasan atau ruang terbangun seperti permukiman,
bandar udara, industri, jaringan jalan, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau merupakan ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam
bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka, pada dasarnya tanpa bangunan. RTH
sendiri secara normatif diharapkan memiliki multi fungsi bagi kehidupan kota, yaitu fungsi bio-ekologis, fungsi sosial-ekonomi-budaya, dan fungsi estetis.
2 Fungsi bio-ekologis dari RTH dapat sebagai sirkulasi udara paru-paru kota,
pengatur iklim mikro, produsen oksigen, penyediaan habitat satwa, penyerap polutan dari media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Fungsi sosial-
ekonomi-budaya, menggambarkan RTH sebagai media interaksi sosial, tempat rekreasi, tempat pendidikan dan penelitian. Fungsi estetis adalah untuk
meningkatkan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota. Menurut Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, mengharuskan setiap
wilayah memiliki proporsi RTH paling sedikit 30 dari luas wilayah kota dimana 10 diperuntukkan untuk RTH privat dan 20 untuk RTH publik.
Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami pengembangan pembangunan kota yang cukup pesat. Kota Bogor memiliki luas
wilayah sebesar 118,5 Km
2
dengan jumlah penduduk sebesar 950.334 jiwa BPS, 2010. Kedudukan Bogor yang berada dekat dengan Jakarta dan menjadi salah
satu pilihan tempat tinggal bagi sebagian pekerja yang bekerja di Jakarta, menuntut pembangunan di wilayah ini beradaptasi dengan Jakarta. Tingginya
pertumbuhan di Kota Bogor mengakibatkan kebutuhan akan lahan terbangun menjadi meningkat, terutama lahan-lahan yang diperuntukkan untuk aktivitas
sosial dan ekonomi berupa lahan-lahan untuk sarana permukiman, fasilitas sosial dan fasilitas umum, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas industri dan
sebagainya. Peningkatan lahan terbangun di Kota Bogor akan mengakibatkan lahan-lahan terbuka yang ada khususnya ruang terbuka hijau di Kota Bogor
menjadi semakin berkurang. Hal lain yang menyebabkan semakin berkurangnya RTH adalah adanya
anggapan bahwa RTH hanya merupakan lahan cadangan untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan kota yang mendesak dan penyediaan RTH dianggap tidak
akan mendatangkan keuntungan finansial, kecuali keuntungan ekologi yang bersifat jangka panjang dan tidak tampak. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai keadaan RTH Kota Bogor sehingga diharapkan keberadaannya dapat dipertahankan serta ditingkatkan.
3
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis perubahan penggunaanpenutupan lahan Kota Bogor Tahun
2000 dan 2011 serta kaitannya dengan perubahan luas RTH. 2.
Menganalisis konsisteninkonsistensi perkembangan RTH berdasarkan peruntukan RTRW.
3. Menganalisis tingkat perkembangan Kota Bogor berdasarkan dengan
ketersediaan RTH.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.