commit to user
xix
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Wortel Daucus carota di Kabupaten Karanganyar oleh Sundari 2008, penelitian tersebut
menunjukan bahwa hubungan antara faktor-faktor produksi wortel dan jumlah produksi wortel dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas diperoleh model sebagai
berikut Y= 2,428 X
1 0,152
X
2 0,282
X
3 0,112
X
4 0,144
X
5 0,160
X
6 0,177,
dari hasil analisis diperoleh Adjusted R
2
sebesar 0,602. Uji F menunjukan menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap produksi wortel. Hasil Uji t menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida
dan luas lahan secara individual juga berpengaruh terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar. Skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten
Karanganyar sebesar 1,028. Efisiensi dapat tercapai saat petani menggunakan faktor produksi yang meliputi luas lahan sebesar 0,8606 Ha, tenaga kerja sebesar 202,06
HKP, pupuk organikkandang sebesar 12.338,4 kg, pupuk anorganik sebesar 945,93 kg, pestisida sebesar 25,30 liter dan benih sebesar 83,85 kg.
Penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Agribisnis Wortel Daucus carota L Di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar” oleh Permata
2005. Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pengembangan agribisnis wortel di Kabupaten Karanganyar adalah
tanaman wortel tahan terhadap perubahan iklim, diversifikasi produk olahan wortel, kualitas bibit terkontrol, pengalaman berusahatani wortel lama, aktif dalam
kelembagaan petani, hubungan baik petani dengan pihak lain penyedia saprodi, penebas, dan koperasi, dan aktif dalam even-even bisnis. Faktor-faktor internal
yang menjadi kelemahan pengembangan agribisnis wortel di Kabupaten Karanganyar adalah permodalan kurang, sumber daya manusia petani rendah,
ketergantungan petani kepada pedagang, sifat hedonisme petani, peralatan usahatani yang masih sederhana, dan kurang konsistennya petani dalam hal menjual
bibit. Faktor-faktor ekternal yang menjadi peluang pengembangan agribisnis wortel di Kabupaten Karanganyar adalah ketersediaan saprodi selalu ada saprodi
memadai, permintaan wortel tinggi, adanya mesin pencuci wortel, komitmen pemerintah untuk mengembangkan kios agropolitan dan Pasar lelang hortikultura,
adanya kemudahan akses perbankan, dan keterjaminan air. Faktor-faktor ekternal yang menjadi ancaman pengembangan agribisnis wortel di Kabupaten Karanganyar
adalah fluktuasi harga saprodi, harga wortel dari luar Tawangmangu yang kompetitif, pilihan konsumen pindah ke wortel luar Tawangmangu, kurangnya
perhatian pemerintah tentang pemberian modal dan lemahnya koordinasi antar lembaga terkait, serta rendahnya fasilitas perkreditan.
6
commit to user
xx
Penelitian mengenai “Analisis Keterpaduan Pasar Komoditas Wortel Antara Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar” oleh Wahyuningsih et al 2005.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterpaduan pasar wortel Pasar legi Kota Surakarta dan Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganayar menunjukan
Index of Market Connection IMC sebesar 1,32. Hal ini berarti derajat keterpaduan pasar jangka pendek komoditas wortel antara Kota Surakarta dan Tawangmangu
rendah, berarti bahwa perubahan harga yang terbentuk di pasar pusat sedikit ditranmisikan ke pasar lokal secara langsung dan segera. Faktor yang mempengaruhi
rendahnya keterpaduana pasar wortel Pasar legi Kota Surakarta dan Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganayar yaitu lemahnya informasi pasar terutama
tentang harga dan lokasi penanaman wortel yang ada di dataran tinggi 1000m sehingga biaya transportasi tinggi, juga terkait dengan sifat wortel yang mudah
busuk dan bulkiness nilainya lebih kecil dari pada volumenya. Penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Pada Usahatani Wortel di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar” oleh Iramawati 2003. Penelitian tersebut menunjukan bahwa faktor
produksi yang meliputi luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk TSP secara bersama-sama dan parsial berpengaruh terhadap produksi wortel
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Sedangkan faktor produksi yang berpengaruh paling dominan adalah tenaga kerja. Skala usahatani wortel
berada pada kondisi “Increasing Return to Scale” dengan pendekatan biaya minimum dapat diketahui bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi
pada usahatani wortel musim tanam Januari-Maret 2003 belum mencapai kondisi ekonomi tertinggi.
Penelitian mengenai “Sikap Petani Wortel Daucus carota L Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar” Sularmi 2009. Berdasarkan penelitian dapat diketahui 1.
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani wortel meliputi a.
Pengalaman pribadi menurut petani tergolong sedang b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting oleh petani tergolong sedang c.
Pengaruh kebudayaan menurut patani tergolong sedang d.
Pengaruh media massa menurut patani tergolong sedang e.
Pendidikan non formal menurut patani tergolong sedang 2.
Sikap petani terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi a.
Sikap petani terhadap tujuan dari program pengembangan kawasan agropolitan rata-rata tergolong rendah
b. Sikap petani terhadap pelaksanaan dari program pengembangan kawasan
agropolitan rata-rata tergolong sedang
commit to user
xxi
c. Sikap petani terhadap hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan
rata-rata tergolong sedang 3.
Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan pengembangan kawasan agropolitan tergolong rendah dimana pemerintah berkonsultasi dengan para petani atau
masyarakat, tetapi seluruh keputusan dibuat oleh pemerintah. Penelitian mengenai “Teknik Budidaya dan Pemasaran Sayuran Wortel
Daucus carota L di Kebun Benih Hortikultura Tawangmangu Karanganyar” oleh Kusdiyanti 2007. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa kebun benih
hortikultura Tawangmangu merupakan kebun benih yang mengusahakan berbagai tanaman sayuran, buah dan tanaman hias. Sayuran wortel merupakan komoditas
unggulan di kebun benih hortikultura yang diusahakan sepanjang tahun. Budidaya tanaman wortel meliputi kegiatan pengolahan tanah, pembibitan dan penanaman,
pengairan, penjarangan,
penyiangan, dan
pengairan, pemupukan,
serta pengendalian hama dan penyakit. Proses pemanenan di kebun benih hortikultura
dilakukan oleh penebas karena sistem pemasaran menggunakan sistem penebasan. Sistem budidaya wortel di kebun benih hortikultura tidak memberikan pupuk dasar
tanpa menggunakan pupuk kandang sehingga hasil panen kurang maksimal. Penelitian mengenai “Hubungan Antara Kemampuan Manajerial Petani
Wortel Daucus carota L dengan Kecepatan Adopsi Penggunaan Pestisida Nabati di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar” oleh Kurniawan 2010.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan manajerial petani wortel di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar secara keseluruhan
berada pada katagori agak kuat. Kecepatan adopsi pestisida nabati oleh petani wortel secara keseluruhan berada pada kategori cukup cepat. Antara kemampuan
manajerial petani wortel dengan kecepatan adopsi pestisida nabati secara keseluruhan terdapat hububgan yang signifikan dengan rs sebesar 0,542 dan t
hitung 3,431. Dari analisis diperoleh t hitung 3,431t tabel 2,042 dengan taraf kepercayaan 95 maka Ho ditolak dan H1. Ini beararti terdapat hubungan yang
nyata antara kemampuan manajerial petani wortel terhadap kecepatan adopsi penggunaan pestisida nabati di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Penelitian tentang “Analisis Curahan Waktu Kerja Istri Petani Pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar” oleh Nurana 2009. Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui kontribusi curahan waktu kerja istri petani pada usahatani wortel terhadap total curahan waktu kerja seluruh anggota rumah tangga pada usahatani
wortel sebesar 57,15 . Kontribusi curahan waktu kerja istri petani pada usahatani wortel terhadap total curahan waktu kerja pada usahatani wortel sebesar 4,76.
Variabel luas lahan berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap curahan waktu kerja istri petani. Sedangkan variabel umur anak terkecil, umur istri
petani, total pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga dan
commit to user
xxii
pendidikan istri petani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap curahan waktu kerja istri petani pada usahatani wortel.
Penelitian tentang “Pengaruh Dosis Pupuk Kalium dan Pupuk Daun Terhadap Hasil dan Kandungan Vitamin C Pada Wortel” oleh Oemanti 2006. Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui kandungan vitamin C tertinggi 1,276 diperoleh pada perlakuan dosis pupuk daun 400CcHa. Perlakuan dosis pupuk kalium dan
pupuk daun pada semua taraf perlakuan tidak meningkatkan hasil wortel. Tidak terjadi interaksi antara pupuk kalium dan pupuk daun terhadap hasil dan kandungan
vitamin C pada wortel. Penelitian mengenai “Prospek Agribisnis Wortel Daucus carota L. Sebagai
Alternatif Pengembangan Perkebunan Di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar” oleh Trisanti dan Dimas 2003. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pengadaan sarana produksi seperti benih, pupuk dan pestisida petani wortel di Kecamatan Tawangmangu dipenuhi oleh KUD dan 9 kios sarana
produksi pertanian yang ada di Kecamatan Tawangmangu. Sedangkan kebutuhan lahan dan tenaga kerja diperoleh dari dalam maupun luar keluarga petani. Hasil
analisis trend yang dilakukan terhadap produksi wortel memperoleh hasil sebagai berikut : Yt = 5867,2 + 174,04X, ini berarti, bahwa produksi wortel cenderung
mengalami peningkatan sebesar 174,04 ton per tahun. Analisis trend yang dilakukan terhadap harga wortel mendapatkan hasil sebagai berikut: Yt = 1.246,42 + 285,71X.
Artinya, harga wortel cenderung mengalami kenaikan sebesar Rp 285,71kg per tahun. Selanjutnya, persamaan trend harga yang diterima perusahaan pengolah
adalah : Yt = 2.410 + 250X. Artinya, harga produk olahan wortel yang diterima perusahaan pengolah cenderung meningkat sebesar Rp 250,00kg per tahunnya.
Penelitian tentang respon penawaran dilakukan oleh Martoyo et al 1986 pada tanaman tembakau, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa
variabel yang berpengaruh terhadap jumlah penawaran yaitu pengaruh harga komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh jumlah produksi
komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh rata-rata jumlah curah hujan pada awal musim tanam, pengaruh luas areal tanam pada tahun
sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series selaman 10 tahun terakhir. Dalam analisis penelitian ini digunakan model analisis
Nerlovian respon penawaran. Berdasarkan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 95 dalam penelitian ini dapat diketahui harga komoditas pada musim
tanam sebelumnya, jumlah produksi komoditas pada musim tanam sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan pada musim tanam dan luas areal tanam pada musim
tanam sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran, berdasarkan uji t harga komoditas pada musim tanam sebelumnya P
t-1
berpengaruh secara tidak nyata terhadap jumlah penawaran, sedangkan jumlah produksi komoditas pada musim tanam sebelumnya Q
t-1
, rata-rata jumlah curah
commit to user
xxiii
hujan pada awal musim tanam R
t
dan luas areal tanam pada musim tanam sebelumnya A
t-1
berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran. Penelitian penggunaan model respon penawaran digunakan juga oleh
Nariswari 2009 pada komoditi kacang tanah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan luas panen
kacang tanah di Indonesia dan mengetahui besarnya pengaruh perubahan harga terhadap produktivitas dan luas panen kacang tanah. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dengan rangkaian waktu time series selama 37 tahun. Model analisis yang digunakan adalah model respon penawaran Nerlovian.
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 90. Dalam model respon areal panen kacang tanah peubah bebas yang berpengaruh secara signifikan
adalah luas panen tahun sebelumnya, harga kacang tanah, dan irigasi. Peubah yang tidak signifikan adalah harga gabah, harga jagung, harga kedelai, dan harga ubi kayu.
Dalam model respon produktivitas Peubah yang berpengaruh nyata dalam model produktivitas dari kacang tanah adalah luas lahan sebelumnya, harga kacang tanah,
dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan jumlah benih kacang tanah, pestisida, curah hujan, suku bunga, dan pupuk tidak memiliki pengaruh yang nyata. Besarnya
elastisitas tersebut 0,1620 sedangkan untuk elastisitas jangka panjangannya juga merupakan penjumlahan dari elastisitas areal dan produktivitasterhadap harga
dalam jangka, sehingga didapatkan elastisitas sebesar 0,3013.
Berdasarkan beberapa penelitian tentang wortel, belum pernah diteliti mengenai respon penawaran wortel sebelumnya oleh sebab itu dilakukanlah
penelitian mengenai Analisis Respon Penawaran Wortel di Kabupaten Karanganyar dengan pendekatan luas areal panen dan dengan menggunakan
model analisis Nerlove seperti yang digunakan pada penelitian Martoyo et al 1986 dan Nariswari 2009.
B. Landasan Teori