27 KD tersebut terdapat dalam Bab VII dan materinya berjudul: Peristiwa
Sekitar Proklamasi. Adapan pokok bahasan dalam bab tersebut antara lain: 1
Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, 2
Pembentukan Alat Kemerdekaan NKRI, 3
Tokoh-tokoh Kemerdekaan Indonesia,dan 4
Menghargai Jasa-jasa Pahlawan.
C. Tinjauan Tentang Perkembangan Kognitif Siswa
1. Perkembangan Kognitif Anak
Piaget Syah, 2011: 74 mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu:
a. Tahap sensori motor 0-2 tahun
Dalam tahap sensori motor intelegensi yang dimiliki anak masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.
Intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi praktis yang berguna bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya
sebelum ia mampu berpikir mengenai hal yang sedang ia perbuat. Anak dalam periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan
belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan itu. Dalam tahap ini
benda-benda dan mainan serta orang-orang yang berada disekitarnya akan ia cari dengan sungguh-sungguh saat ia membutuhkannya.
b. Tahap pre-operational pra-operasional 2-7 tahun
28 Perkembangan anak dalam tahap pra-operasional ini bermula pada saat
anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen. Anak sudah memiliki kemampuan abstrak dalam memahami suatu benda,
representasi mental yang memungkinkan anak dapat meniru perilaku orang lain yang sebelumnya pernah ia lihat, mampu memahami situasi
problematikdan berusaha berpikir untuk memecahkan masalah versi anak- anak, serta diperolehnya kemampuan berbahasa. Anak dalam periode ini
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif tetapi masih bersifat
egosentrisme. c.
Tahap concrete-operasional konkret-operasional 7-11 tahun Dalam tahap ini anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut
system of operations satuan langkah berpikir. Kemampuan ini berguna untuk mengkoordinasikan permikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke
dalam sistem pemikirannya sendiri. Ciri khas dari tahap ini adalah munculnya pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman terhadap
penambahan golongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan golongan benda. Perolehan pemahaman tersebut diiringi dengan banyak
berkurangnya egosentrisme anak. Anak-anak dalam tahap ini baru mampu berpikir sitematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
konkret. d.
Tahap formal-operational formal-operational 11-15 tahun
29 Dalam tahap perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a kapasitas menggunakan
hipotesis, b kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Hal ini menyebabkan anak mampu memecahkan masalah dan mampu mempelajari
materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu agama, ilmu matematika, dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-
operasional, tahap konkret-operasional,dan tahap formal-operasional. Dimana disetiap tahapan memiliki ciri dan perkembangan masing-masing. Pada
umumnya anak Indonesia mulai masuk SD pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak SD bervariasi antara 6-12
tahun. Berarti meliputi tahap akhir pra-operasional sampai tahap awal formal- operasional.
2. Masa Usia Sekolah Dasar
Yusuf 2001: 24 mengemukakan bahwa masa usia SD sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa
keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum atau sesudahnya. Masa ini dibagi menjadi dua fase,
yaitu:
a. Masa kelas rendah SD, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10
tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain:
30 1
adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh,
2 sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permaianan yang tradisional,
3 adanya kecenderungan memuji diri sendiri menyebut nama sendiri,
4 suka membandingkan-bandingkan dirinya dengan anak yang lain,
5 apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting, 6
pada masa ini terutama usia 6-8 tahun anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai baik atau tidak. b.
Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:
1 adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan- pekerjaan yang praktis,
2 amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar,
3 menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yakni mulai menonjolnya bakat-bakat khusus, 4
sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
Selepas umur ini umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya,
31 5
pada masa ini, anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran yang tepat sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah, dan
6 anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya
untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional yang sudah
ada, melainkan siswa membuat peraturannya sendiri. Pelaksanaan pembelajaran di SD idealnya harus disesuaikan dengan
karakteristik dari anak SD itu sendiri. Pemahaman akan karakteristik anak SD akan mempengaruhi guru dalam menentukan model pembelajaran yang akan
digunakan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik anak kelas V SD adalah sudah mampu berpikir konkret dan realistik, mulai
tertarik pada suatu hal yang merupakan bakatnya, masih memerlukan bimbingan guru orang dewasa, mementingkan nilai raport, dan gemar
membentuk teman sebaya. Oleh karena itu, menurut peneliti model pembelajaran kooperatif dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran kelas V SD dimana tahap perkembangan kognitif siswa sudah mencapai tahap konkret-operasional.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan siswa dapat bekerja dalam kelompok, mampu mendiskusikan jawaban secara konkret dan
realistik, serta bersungguh-sungguh dalam belajar agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
D. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative