language.
PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009
Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk
NOTES TO THE FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009
Expressed in rupiah, unless otherwise stated
48
23. TUJUAN DAN
KEBIJAKAN MANAJEMEN
RISIKO KEUANGAN lanjutan 23. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES
AND POLICIES continued
Ketika pelanggan tidak mampu melakukan pembayaran dalam jangka waktu yang telah
diberikan, Perusahaan akan menghubungi pelanggan untuk menindaklanjuti piutang yang
telah lewat jatuh tempo. Jika pelanggan tidak melunasi piutang yang telah jatuh tempo
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka Perusahaan dapat memperoleh realisasi
piutang melalui pencairan uang mukajaminan pelanggan. Perusahaan akan menindaklanjuti
melalui jalur hukum jika dianggap perlu. Tergantung
pada penilaian
Perusahaan, penyisihan khusus mungkin dibuat jika hutang
dianggap tidak tertagih. Untuk meringankan resiko kredit, Perusahaan akan menghentikan
penyaluran semua produk kepada pelanggan jika terjadi keterlambatan danatau gagal
bayar. When a customer fails to make payment
within the credit term granted, the Company contacts the customer to act on the overdue
receivables. If the customer does not settle the overdue receivable within a reasonable time,
then the Company may obtain the realisation of receivable through the settlement of
customer’s guarantee deposit. The Company may proceeds to commence legal proceedings
if deemed necessary. Depending on the Companys assessment, specific provisions
may be made if the debt is deemed uncollectible. To mitigate credit risk, the
Company ceases the supply of all products to the customer in the event of late payment.
Perusahaan tidak berkonsentrasi pada risiko kredit karena piutang usaha berasal dari
jumlah pelanggan yang banyak. The Company has no concentration of credit
risk as its trade receivables relate to a large number of ultimate customers.
c. Risiko likuiditas c. Liquidity risk
Perusahaan mengelola profil likuiditasnya untuk dapat mendanai pengeluaran modalnya
dan membayar hutang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara
kas, dan ketersediaan pendanaan melalui analisa proyeksi keuangan yang dilakukan
pada awal tahun. The Company manages its liquidity profile to
be able to finance its capital expenditure and service its maturing debts by maintaining
sufficient cash and cash equivalent, and the availability of funding through analysis of
financial projection which perform at the beginning of year.
Perusahaan secara regular mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual dan
terus menerus menilai kondisi pada pasar keuangan dalam mencari kesempatan untuk
mengejar inisiatif penggalangan dana. Inisiatif- inisiatif
ini termasuk
analisa alternatif
pendanaan seperti hutang bank dan pinjaman dan penerbitan saham di pasar modal.
The Company regularly evaluates its projected and actual cash flow information and
continuously assesses conditions in the financial markets for opportunities to pursue
fund-raising initiatives.
These initiatives
include the analysis of funding alternatives such as bank loans and borrowings and equity
market issues.
d. Risiko harga komoditas d. Commodity price risk
Dampak risiko harga komoditas yang dihadapi Perusahaan terutama sehubungan dengan
pembelian bahan baku utama seperti tepung terigu dan coklat. Harga bahan baku tersebut
secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas serta tingkat permintaan dan
penawaran di pasar.
Kebijakan Perusahaan untuk meminimalkan risiko yang berasal dari fluktuasi harga
komoditas adalah dengan menjaga tingkat persediaan tepung terigu dan coklat secara
optimal untuk meyakinkan produksi yang berkelanjutan. Selain itu, Perusahaan juga
dapat mengurangi risiko tersebut dengan cara mengalihkan
kenaikan harga
kepada pelanggannya.
The Company’s exposure to commodity price risk relates primarily to the purchase of the
major raw materials, such as wheat flour and chocolate. The prices of these raw materials
are directly affected by commodity price fluctuations and the level of demand and
supply in the market.
The Company’s policy is to minimize the risks arising from the fluctuations in the commodity
prices by maintaining the optimum inventory level of wheat flour and chocolate to ensure
continuous production. In addition, the Company may seek to mitigate its risks by
passing on the price increases to its customers.
language.
PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009
Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk
NOTES TO THE FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009
Expressed in rupiah, unless otherwise stated
49
24. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK
24. REVISED STATEMENTS
OF FINANCIAL
ACCOUNTING STANDARDS
Berikut ini ikhtisar revisi PSAK yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia namun
belum efektif pada tahun 2010: The following summarizes the revised PSAKs which
were recently issued by the Indonesian Institute of Accountants but not yet effective in 2010:
Efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011:
Effective for financial statements starting on or after January 1, 2011:
a. PSAK No. 1 Revisi 2009, “Penyajian
Laporan Keuangan”, menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan
umum general purpose financial statements agar dapat dibandingkan baik dengan laporan
keuangan
periode sebelumnya maupun
dengan laporan keuangan entitas lain. a.
PSAK No. 1 Revised 2009, “Presentation of Financial Statements”, prescribes the basis for
presentation of general-purpose financial statements to ensure comparability both with
the entitys financial statements of previous periods and with the financial statements of
other entities.
b. PSAK No. 2 Revisi 2009, “Laporan Arus
Kas”, memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan
setara kas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan
aktivitas
operasi, investasi,
maupun pendanaan financing selama tahun berjalan.
b. PSAK No. 2 Revised 2009, “Statement of
Cash Flows”, requires the provision of information about the historical changes in
cash and cash equivalents by means of a statement of cash flows which classifies cash
flows during the year into operating, investing and financing activities.
c. PSAK No. 5 Revisi 2009, “Segmen Operasi”,
memberikan pengaturan atas pengungkapan informasi segmen untuk memungkinkan
pengguna laporan
keuangan untuk
mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat
dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi.
c. PSAK No. 5 Revised 2009, “Operating
Segments”, requires segment information be disclosed to enable users of financial
statements to evaluate the nature and financial effects of the business activities in which the
entity
engages and
the economic
environments in which it operates. d. PSAK No.
7 Revisi 2010, “Pengungkapan Pihak-
pihak Berelasi”,
mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo
pihak-pihak yang
berelasi, termasuk
komitmen, dalam
laporan keuangan
konsolidasian dan
laporan keuangan
tersendiri entitas induk, dan juga diterapkan terhadap laporan keuangan secara individual.
Penerapan dini diperkenankan. d.
PSAK No. 7 Revised 2010, “Related Party Disclosures”, requires disclosure of related
party relationships,
transactions and
outstanding balances, including commitments, in the consolidated and separate financial
statements of a parent, and also applies to individual
financial statements.
Early application is allowed.
e. PSAK No. 8 Revisi 2010, “Peristiwa Setelah
Periode Laporan”, menetapkan kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk
peristiwa setelah periode pelaporan, dan pengungkapan tanggal laporan keuangan
diotorisasi untuk terbit dan peristiwa setelah periode pelaporan. Mensyaratkan bahwa
entitas
tidak boleh
menyusun laporan
keuangan atas dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan
mengindikasikan bahwa penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.
e. PSAK No. 8 Revised 2010, “Events after the
Reporting Period”, prescribes when an entity should adjust its financial statements for
events after the reporting period, and disclosures about the date when financial
statements are authorized for issue and events after the reporting period. It requires an
entity not to prepare financial statements on a going concern basis if events after the
reporting period indicate that the going concern assumption is not appropriate.