Model Asuhan Keperawatan. Konsep Dasar

5. Model Asuhan Keperawatan.

Menurut Marquis Huston 1998 perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu:  Sesuai dengan visi dan misi institusi  Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.  Efisien dan efektif penggunaan biaya.  Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.  Kepuasan kinerja perawat. Menurut Grant Massey 1997 dan Marquis Huston 1998 ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dalam pelayanan keperawatan, yaitu: 1 Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada Nursalam, 2002. Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit. Keuntungan metode penugasan fungsional adalah: Universitas Sumatera Utara  Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya. Oleh karena itu, dengan penugasan fungsional dimungkinkan dengan jumlah pegawai perawat yang kecil akan merawat sejumlah pasien di dalam periode waktu yang singkat dan perawatan mudah memperoleh kepuasan kerja setelah menyelesaikan tugasnya.  Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik  Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga Kelemahan metode fungsional adalah :  Perawatan fokus pada unit tertentu membagi-bagi asuhan keperawatan  menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat  membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk  memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab untuk perawatan pasien  persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja. Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, perawat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan total pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep sebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung jawab untuk seorang pasien dilakukan oleh beberapa perawat Universitas Sumatera Utara maka seringkali perawat menganggap enteng kesalahan kelalaian selama perawatan. Skema 1 : Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional 2 Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu Nursalam, 2002. 3 Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Primer Menurut Gillies 1986, perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer primary KAnggota: Pasien Perawat: Injeksi Perawat: Merawat luka Perawat: Merawat luka Perawat: Pengobatan Universitas Sumatera Utara nurse . Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain associate nurse. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. Kelebihan keperawatan primer :  Bersifat kontinu dan komprehensif  Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri  Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu  Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi dan advokasi Kelemahan keperawatan primer adalah : Universitas Sumatera Utara Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing” 4 Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif Douglas, 1984. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron Gray 1987 pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut: Dokter Kepala Sarana Perawat PP pagi PP PP Universitas Sumatera Utara  Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.  Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.  Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.  Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu Nursalam, 2002: Kelebihan:  Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.  Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.  Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan :  Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Universitas Sumatera Utara Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim 5 Sistem manejemen kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus case manager bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti: 1 Dengan dokter dan pasien tertentu 2 Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3 Dengan mengadakan diagnosa Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Kepala Ruangan Ketua Tim Staf Pasien Ketua Tim Staf Pasien Ketua Tim Staf Pasien Universitas Sumatera Utara Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus 6 Metode Modular Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin oleh perawat register Ners. Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register Ners yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif. Tugas dan tanggungjawab kepala perawat : 1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien. 2. Memberikan motivasi pada staf perawat. 3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan. Kepala Ruangan Staf Perawat PasienKlie Staf Perawat Staf Perawat PasienKlie PasienKlie Universitas Sumatera Utara Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler : 1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional untuk melaksanakan tindakan perawatan. 2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan. 3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya. Tugas dan tanggung jawab anggota tim : Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim. Keuntungan : 1 Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok. 2 Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif. 3 Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan. 4 Meningkatnya kepuasan pasien. 5 Biaya efektif. Kerugian : 1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan. 2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim. 3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat. Universitas Sumatera Utara

B. Analisis Ruang Rawat

1. Pengkajian Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dari visi dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan. Visi: “menjadi rumah sakit rujukan dan unggulan di Sumatera Utara tahun 2015’.Dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan adalah “Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan pendidikan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain, dan mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional”. Serta motto RSUD dr. Pirngadi Medan adalah” aegroti salus lex suprema” yang artinya “ kepentingan penderita adalah utama” yang melayani pasien dengan” 4S yaitu: senyum, salam, sapa, dan sentuh. Pengkajian system manajemen di ruangan Kenanga 1 Ruang 1X Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan dilakukan dengan analisa situasi ruangan melalui metode: 1. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, ketua tim dan beberapa perawat pelaksana. 2. Observasi dilakukan penulis pada sift pagi, sore, dan malam, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, system kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. 3. Penyebaran kuesioner. Kuesioner disebarkan pada tanggal 13 Juni 2012 kepada 12 orang perawat tentang kuesioner Kepuasan Kerja dan Sikap Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

15 181 48

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan

4 72 176

Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 66 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operasi Hernia Inguinalis Lateralis di RSUD Sukoharjo.

1 3 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operasi Hernia Inguinalis Lateralis di RSUD Sukoharjo.

0 8 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN HERNIA Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Hernia Repair Pada Hernia Inguinal Lateral Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Dr Moewardi Surakarta.

0 0 13

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Hernia Repair Pada Hernia Inguinal Lateral Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Dr Moewardi Surakarta.

0 0 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN HERNIA REPAIR PADA HERNIA INGUINAL LATERAL Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Hernia Repair Pada Hernia Inguinal Lateral Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Dr Moewardi Surakarta.

0 0 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN HERNIA REPAIR PADA HERNIA INGUINAL LATERAL Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Hernia Repair Pada Hernia Inguinal Lateral Di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta.

1 3 20

Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 1