aktivitasnya. Organisasi yang mengabaikan peranan dan tanggung jawab pada lingkungan sosial, seperti kejujuran mengenai produk atau jasa yang ditawarkan
kepada masyarakat, akan menyebabkan karyawan tidak menghargai pekerjaan mereka.
Keseluruhan dimensi kualitas kehidupan bekerja ini merupakan dimensi- dimensi yang dikemukakn oleh Walton dalam Kossen, 1986 yang nantinya akan
diukur dalam skala kualitas kehidupan bekerja.
C. Pengaruh antara Persepsi Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja
dengan Organizationl Citizenship Behavior
OCB merupakan suatu konsep yang sudah lama berkembang dalam suatu organisasi. OCB mencerminkan perilaku karyawan yang bekerja melebihi
tanggung jawab pekerjaan mereka. Perilaku semacam ini menjadi perhatian penting manager dan organisasi. OCB mencerminkan nilai lebih yang dimiliki
eorang karyawan yang mengarahkan organisasi dalam produktivitas yang lebih baik Rayner, Lawton, Williams, 2012. OCB sangat bermanfaat bagi
organisasi seperti mempertahankan stabilitas organisasi, menghemat sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dan meningkatkan produktivitas karyawan.
Sweeney McFarlin 2002 mengungkapkan bahwa perilaku OCB jika dilakukan oleh banyak karyawan secara terus menerus dalam suatu organisasi dapat
meningkatkan produktivitasnya serta melampaui kinerja para kompetitornya. Berdasarkan dampak positif tersebut, OCB pada masing-masing karyawan
harus ditingkatkan guna mencapai produktivitas organisasi yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi terbentuknya OCB pada karyawan salah satunya adalah kualitas kehidupan kerja.
Walton dalam Kossen, 1986 menyatakan bahwa kualitas kehidupan bekerja adalah persepsi karyawan terhadap suasana dan pengalaman karyawan di
tempat kerja mereka. Pemenuhan kualitas kehidupan kerja akan memunculkan kepuasan pada karyawan. Danna dan Griffin dalam Zulkarnain, 2013
mengatakan bahwa kualitas kehidupan bekerja merupakan sebuah konsep yang merangkum level kepuasan kehidupan sebagai level kepuasan yang tertinggi dan
kepuasan kerja berada pada level menengah. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja cenderung berbicara secara
positif mengenai organisasi, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaannya. Selain itu, karyawan yang puas juga lebih mudah
dalam melakukan pekerjaan melebihi tugas normalnya karena adanya keinginan untuk merespons pengalaman positif mereka Spector dalam Robbins Judge,
2009 Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja memberikan pengaruh yang positif terhadap terbentuknya OCB pada karyawan.
Pengaruh kualitas kehidupan bekerja terhadap terbentuknya perilaku OCB juga di dukung dari hasil riset yang dikemukakan oleh Husnawati 2006 yang
mengungkapkan bahwa kualitas kehidupan bekerja juga berpengaruh pada kepuasan kerja yang selanjutnya mempengaruhi kinerja karyawan. Semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan terhadap perusahaan, semakin baik kinerja karyawan. Mortazavi, Yazdi Amini 2012 juga menunjukkan bahwa adanya
peranan kualitas kehidupan bekerja terhadap kepuasan kerja pada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas kehidupan bekerka terdiri dari delapan dimensi yaitu kompensasi yang mencukupi, lingkungan kerja yang aman dan sehat, adanya kesempatan
untuk pengembangan karir, peluang pertumbuhan dan mendapatkan jaminan, integrasi sosial diantara karyawan, hak-hak karyawan, keseimbangan pekerjaan
dan kehidupan sosial, dan tanggung jawab sosial organisasi Walton dalam Kossen, 1986. Hubungan antara kualitas kehidupan bekerja dengan OCB dapat
ditinjau dari
masing-masing aspek
dari kedua
konstruk ini.
Vazifeh, dkk 2013 mengatakan bahwa aspek aspek kualitas kehidupan bekerja yaitu aspek gaji yang memadai dan adil, kondisi kerja yang aman dan sehat ,
aturan hukum, dan ruang lingkup kehidupan dapat meningkatkan dan mempromosikan kesejahteraan dan kebaikan tidak hanya pada karyawan tetapi
juga stakeholder. Kesejahteraan dan kebaikan tersebut akan menciptakan organizational citizenship behavior Qutop dan Harrim, 2011
Hak-hak karyawan menjadi aspek penting dari kualitas kehidupan bekerja yang sangat berpengaruh pada kelanjutan karyawan pada suatu organisasi.
Masalah yang sering muncul saat ini adalah adanya intimidasi, suap dan penyelewengan keuangan dalam suatu organisasi yang menuntut organisasi untuk
menerapkan suatu standar etika yang dapat memastikan bahwa anggota organisasi berperilaku etis sehingga semua anggota organisasi memperoleh haknya. Ketika
hak-hak karyawan dipenuhi pada suatu organisasi maka sikap karyawan terhadap organisasi akan semakin positif, kepuasan kerja meningkat Morhead dan griffin
dalam Qutop Harrim 2011. Kepuasan kerja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya OCB pada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Aspek integrasi sosial dalam organisasi merupakan perasaan terhubung dengan anggota lain, merasa menjadi bagian suatu tim dan merasa tidak dicurigai oleh
organisasi Walton, dalam kossen 1986 ini sama dengan faktor yang mempengaruhi ocb yaitu suasana hati. Suasana hati dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya misalnya hubungan interpersonal yang baik ditempat kerja hal tersebut akan memunculkan suasana hati yang positif sehingga individu secara sukarela
memberikan bantuan kepada orang lain George Brief, 1992 Aspek peluang untuk pertumbuhan dan mendaptkan jaminan dan aspek peluang
untuk pertumbuhan daan mendapatkn jaminan dapat dikaitkan akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan Luthans,2006 dalam hal ini kepuasan
kerja merupakan faktor penentu terbentuknya OCB robins judge, 2009. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa aspek-aspek kualitas kehidupana
bekerja berpengaruh terhadap terbentuknya organizational citizenship behavior, oleh karena itu peneliti tertari secara empiric untuk meneliti pengaruh kualitas
kehidupan bekerja terhadap organizational citizenship behavior..
D. Hipotesis Penelitian