Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Bapak Imam Aulia di atas, pada kenyataan memang bahwa banyak orang yang bukan warga RW 06
membuang sampah secara sembarangan di tempat lahan kosong yang ada di sekitar lingkungan RW 06, itu merupakan tambahan sumber
sampah yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang ada di RW 06.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan
sebagai berikut ini: “Sampah adalah sisa-sisa barang yang sudah tidak terpakai, terus
tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang
.
Sumber sampah dari sayuran, dari sesuatu yang kita makan-makanan ringan misalnya
bungkusnya kan jadi sampah tuh ya, terus makanan yang basi mungkin yang sudah tidak termakan atau sisa, sampah rumah
tangga seperti bekas sabun yah, pasta gigi
.
Yang saya baru tau sekarang-sekarang ini baru ngerti, kalo dulu kan belom, jadi ada
sampah kering itu seperti bungkus-bungkus plastik, plastik juga kan yang kaya bungkus biskuit, ada juga sampah tapi juga kering
itu kaya bekas bungkus makanan. Kalo organik itu kan sisa-sisa makanan yang bisa cepat terurai, kalau an organik seperti kardus-
kardus dan bisa di daur ulang.
Ya sebagian besar yang saya lihat disini kebanyakan sampah padat, paling kalau sampah cair nya
seperti bekas-bekas minyak goreng ya itu aja si sampah cairnya. ”
5
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai, tidak berguna, tidak bermanfaat jadi
dibuang, menurut peneliti hal ini sebagian besar benar namun adapula sampah yang bisa dipergunakan lagi dan bahkan bisa menghasilkan
uang, contoh seperti sampah an organik kardus-kardus yang bisa dikumpukan dan dijual.
Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka kaitannya masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan
sebagai berikut ini: “Kalau sampah itu yang sudah terbuang dan sudah tidak terpakai
lagi. Dan sumber sampah biasanya dari rumah tangga, terus
5
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
sampah-sampah di kantor sampah-sampah di sekolah
.
Kalau sampah itu kan dibagi menjadi dua organik dan anorganik, kalau
kita bicara orang awam sama ibu-ibu itu biasanya kita bicaranya sampah basah dan sampah kering, kalau sampah basah itu seperti
sampah rumah tangga sisa-sisa sayur, nasi basi, sedangkan kalau sampah kering itu sampah yang tidak bisa hancur pada saat itu,
seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item
yang bisa dijual di bank sampah, kecuali seperti bungkus kopi, pernik yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau
bungkus indomie pengepulnya ada yang terima dan juga yang ga, ada tiga yang ga diterima di bank sampah yaitu, sterofoam,
pembalut dan pampers, itu yang akan dibuang ke tempat pengolahan akhir dalam hal ini tpst yang memiliki mesin inselator.
Kalau di sekitar sini kebanyakan sampah padat daripada sampah cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa sampah,
seperti kantong kresek, terus botol-botol minuman beling, terus kertas, koran ya itu aja.
6
Menurut penyataan Ibu Eka di atas, bahwa biasanya bicara kepada ibu-ibu itu ada sampah basah dan sampah kering, dan biasanya sampah-
sampah kering bisa dijual di bank sampah kecuali seperi bungkus kopi dan pernik kecil lainnya, karena biasanya bungkus kopi dan pernik kecil
lainnya digunakan kembali untuk membuat sebuah karya seperti hiasan rumah, tas, gantungan kunci dan lain-lain.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Sampah itu kan sesuatu yang harus dibuang, kalau sampah dibuang sembarangan kan itu akan mencemari lingkungan,
makanya kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu menurut saya emang sesuatu yang harus diperhatikan tidak hanya
harus dibuang doang.
Dan sampah itu ada dari sampah rumah tangga. Jadi orang kan kadang ga sadar bahwa kaya bekas-bekas
pampers itu kan sampah, cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum kita membuang ke penampungan kan masih bersih kalo masih
ditangan kita kan kaya daun, sayuran harusnya dari awal memang harus sudah peduli dengan sampah-sampah ini. Disini saya harus
punya tiga tempat sampah satu sampah dapur yang basah, kedua plastik-plastik yang tidak bisa di daur ulang yang harus dibuang,
ketiga semacam kardus-kardus, buku dan kertas yang tidak
6
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum;at, 25 November 2016.
terpakai. Nah dari situ sudah harus dipilah-pilah dari rumah kita sendiri. Nah kalo yang jenis kaya yang organik itu kan sesuatu
sampah yang harus diolah lagi. Kalau yang an organik itu kan seperti plastik-plastik, botol dan lainnya harus dipisahkan.
Kalau gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari dapur-dapur
itu sampah padat yang dari rumah tangga itu.
7
Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa sampah merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dan tidak harus dibuang saja, sampah
harus dipilah dari sumbernya yaitu rumah kita sendiri. Jadi sudah seharusnya kita sebagai manusia benar-benar memperdulikan sampah
yang kita hasilkan sendiri. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW 07 terkait masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah sebagai berikut:
“Sampah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi oleh orang lalu dibuang
.
Kebanyakan kita sampah rumah tangga yah, sisa-sisa sayuran.
Ya kan kalo organik sampah yang gampang terurai dan kalau an organik sebaliknya
.
Ya sebagian besar sampah yang dihasilkan disekitar masyarakat sini si sampah padat yah, jarang
sam pah cair apalagi gas.”
8
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hery di atas, sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi lalu dibuang, namun pada
kenyataannya pun sampah bisa dipergunakan kembali seperti sampah- sampah organik sisa-sisa sayuran, nasi dan lainnya yang dihasilkan
sampah dapur bisa dijadikan kompos atau pupuk tanaman yang sangat menguntungkan.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Sisa buangan manusia yang di anggap kebanyakan masyarakat tidak dipakai lagi padahal kan bukan begitu, sampah itu kan bisa
dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga. Dan sumber sampah ya dari kita manusia, ga ada yang lain, kalau sampah
7
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
8
Hasil Wawancara dengan Bapak Heri Kamis, 24 November 2016.
dibuang oleh sekolompok orang atau pabrik pedagang itu kan manusia juga. Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang
diolah menjadi pupuk contohnya sampah dapur bisa dijadikan pupuk padat bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya.
Jadi kalau sampah keringkan ada yang bisa didaur ulang, ada sampah kering yang berbahaya dan mengandung bahan beracun
kan istilahnya B3. Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari industri, sampah yang kita hasilkan kan sebagian besar semua
sampah padat sampah yang berasal dari rumah tangga yah, nah kalau sampah cair dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri.
”
9
Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa bukan hanya sisa buangan manusia melainkan juga bisa dimanfaatkan. Dan pada
kenyataannya pun memang sampah masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang misalnya. Selain itu menurut Ibu Hafni sampah
organik pun bisa bermanfaat dijadikan pupuk tanaman dan kompos cair dengan cara memasukan sampah organik kedalam tong composter yang
diberi obat. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya kalau sampah kan limbah, limbah itu ada yang organik dan
non organik. Ya sampah itu kan dari rumah tangga, dapur ya manusia pokonya itu semua sumber sampah, sampah itu kan ada
organik dan anorganik, kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos. Kalau disini semua saya lihat kebanyakan sampah padat ya seperti
sampah-
sampah rumah tangga itu.”
10
Seperti yang dipaparkan Bapak Mawih di atas, bahwa sampah bersumber dari rumah tangga khususnya dapur manusia yang memiliki
dua macam organik dan non organik yang sebagian besar berbentuk sampah padat juga dapat dijadikan pupuk dan kompos.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah
yang dipaparkan sebagai berikut:
9
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
10
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
“Sampah itu kalau menurut saya si, ya memang limbah rumah tangga yang perlu dikelola juga.
Dan kebanyakan si sampah rumah tangga, sampah-sampah pohon, sebagaian besar dari sampah
rumah tangga ini kan sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas si jarang atau bahkan ga ada kalo di masyarakat sekitar sini.
”
11
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa sampah yaitu limbah rumah tangga yang perlu dikelola. Pada kenyataannya pun
memang cara pengelolaan yang ada di TPS 3R belum maksimal dikarenkan mesin pencacah yang ada sering sekali mengalami
kerusakan, jadi terlihat bahwa sampah itu sangat menumpuk di TPS 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 sampah yang dipaparkan sebagai berikut: “Ya sampah itu limbah dan sumber sampah itu kan dari masyarakat
itu sendiri jenis sampah ada an organik itu bisa dipilah-pilah dan organik itu ya bisa jadi pupuk tanaman. Bentuk sampah itu ada
banyak ada padat, cair dan gas juga, pada intinya si kalau disekitar sini kebanyakan sampah-sampah padat atau sampah rumah
tangga
”
12
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang adanya tempat
pengolahan sampah yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman, penglihatan sehari-
hari yang didapat dari warga dan sesuai dengan definisi sampah menurut WHO World Health Organization yaitu sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
13
11
Hasil Wawanara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
12
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
13
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005, h. 111.
2 Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah.
Faktor utama yang paling mempengaruhi jumlah sampah menurut Arif Sumantri adalah jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan
kepadatan penduduk, semakin meningkat aktivitas penduduk sampah yang dihasilkan juga semakin banyak misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya.
14
Tetapi juga banyak faktor lainnya seperti musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan
teknologi dan lain sebaginya. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
sampah Bapak Imam Aulia selaku pengurus TPS 3R Vipa Mas sekaligus masyarakat RW 06 memaparkannya sebagai berikut:
“Kalau faktor-faktornya itu tergantung dari kepala keluarganya, jumlah penduduk, kelakuan masyarakatnya, dan teknologi sangat
diperlukan ga bisa pakai sistem yang lama karena kan mengurai sampah kan lama karena orang di luar negeri dimana-mana semua
pasti pakai teknologi, selanjutnya musim juga mempengaruhi kalau hujan itu kan sampah menjadi padat jadi berat terkena air,
nah itu kan dipilah-pilahnya jadi susah
juga.”
15
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Imam di atas, bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi jumlah sampah diantaranya yaitu
jumlah penduduk, kelakuan masyarakat, teknologi, dan musim tentu faktor-faktor itu sangat mempengaruhi karena jika suatu daerah dengan
jumlah penduduknya tinggi maka sampah yang dihasilkan pun akan tinggi atau banyak, kelakuam masyarakat pun sama apabila kelakuannya
tidak perduli terhadap lingkungan tentunya mereka akan membuang sampah sembarangan dan begitupun dengan teknologi yang dari zaman
ke zaman semakin canggih alat-alat elektronik semakin banyak itu juga akan memepengaruhi bertambahnya jumlah sampah, selanjutnya yaitu
musim pun turut andil dalam mempengaruhi jumlah sampah.
14
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, cet.2, h. 66
15
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ibu Ria selaku masyarakat RW 06 yang memaparkannya sebagai berikut:
“Ya faktor yang memengaruhi jumlah sampah yang sebenarnya menurut saya si penghasil sampah terbanyak itu sebenernya dari
rumah tangga yah, terutama dari ibu-ibunya, penghasil sampah terbanyak itu dari ibu-ibu, kebiasaan membuang sampah
sembarangan juga. begitupun juga teknologi memengaruhi, karena butuh mesin untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan
ya jadi tidak sepenuhnya membuang sampah ke TPA ya lumayan mengurangilah ya walaupun sedikit. Selanjutnya kalau jumlah si ga
kenal musim yah, kalau jumlah sampah kan terus bertambah, mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau musim hujan
itu bau karena basah kan, angin juga.
”
16
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Ria di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu penghasil sampah itu sendiri dan
butuh teknologi untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan agar tidak semua sampah tidak dibuang ke TPA, hal ini memang sangat
membantu untuk mengurangi beban tamping di TPA yang saat ini sudah melebihi kapasitas.
Kemudian peniti juga mewawancarai Ibu Eka yang juga salah satu masyarakat di RW 06 yang menjabarkan faktor-faktor yang memengaruhi
jumlah sampah yaitu sebagai berikut: “Kalau menurut saya banyak faktornya yaitu saat ini mereka
kurang memahami cara memilah sampah, karena mereka berfikir kalau bagi mereka ini seperti kehidupan di komplek saya lihat ya
cukup dengan membayar setiap bulan, ga mau taulah yang penting saya sudah bayar tiap bulan terserah itu sampah mau diapain yang
penting rumah saya bersih gitu aja, jadi itulah yang agak sulit mengubahnya. Dan kebiasaan juga masyarakat itu acuh dengan
keadaan membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang kosong, disini ada tempat kosong sekalian lewat kan mereka,
waktu itu kali sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter lebih, sekarang udah penuh sampah, mungkin kalo di kerukin itu
bisa kelelepin orang, ya sekarang paling tinggal 50 cm, nah itulah kurangnya
kesadarannya. Selanjutnya
teknologi, misalnya
teknologi untuk mengurangi sampah, ya memang si harus dipikirkan seperti di negara-negara lain kan dipikirkan gitu loh.
16
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
Kemudian musim, musim hujan sampah akan basah dan lembab dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di
selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.”
17
Seperti yang dijabarkan oleh Ibu Eka di atas, bahwa faktor utama yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu mmasyarakat kurang mengerti
dalam memilah sampah, faktor musim juga sangat memepengaruhi karena jika musim hujan tiba sampah akan lembab atau bahkan sampah-
sampah yang terbawa air yang akan menyangut di selokan yang akan mengakibatkan menumpuknya sampah, hal ini memang membutuhkan
teknologi untuk mengurangi sampah dan ini tugas semua elemen masyarakat maupun pemerintah untuk menemukan cara yang tepat
dalam mengurangi sampah dalam hal teknologi. Sementara itu peneliti mewawancarai Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Yang memengaruhi itu antara lain jumlah penduduk, karena kan
sebagian besar sampah itu dihasilkan dari manusia itu sendiri atau sampah-sampah rumah tangga khususnya, kadang kan orang ga
sadar maksudnya dari rumahan itu biasanya plastik kaya ya beli makanan itu dengan menggunakan plastik dan kalau masyarakat
tidak tahu mana sampah yang bisa didaur ulang atau tidak itu kan menyebabkan sampah menumpuk. Selanjutnya itu kadang musim
hujan sampah-sampah dari masyarakat yang buang sembarangan itu pasti terbawa oleh air ke sungai dan lainnya itu pasti di ujungnya
akan menumpuk. Tingkat ekonomi masyarakat pun memengaruhi, kalau ekonominya kelas menengah ke atas kan pasti akan sering
berbelanja dan sebagainya.
”
18
Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah di antaranya yaitu jumlah penduduk,
musim dan tingkat ekonomi. Hal ini memang pada kenyataannya terjadi ketika musim hujan tiba, sampah di selokan pasti akan
menumpuk itu disebabkan terbawa oleh air pada saat hujan begitu pun dengan tingkat ekonomi jika masyarakat tingkat ekonominya tinggi,
17
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
18
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016
pasti akan sering berbelanja yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah .
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut:
“Ya tentunya, yaitu jumlah penduduk terutama pola hidup masyarakat itu sendiri ya. Teknologi juga banyak memengaruhi
jumlah sampah seperti plastik yang dibuang begitu saja seperti bekas kulkas, TV dan lainnya itu kan ada gabus putihnya itu kan
lama terurainya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Musim hujan pun sama bisa memengaruhi karena sampah jadi
basah aromanya jadi tercium.
”
19
Seperti yang dijelaskan Bapak Hery di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah terutama yaitu pola hidup, jika
masyarakat memiliki pola hidup yang suka berbelanja pasti akan mempengaruhi jumlah sampah yang ada di rumah, apalagi sekarang
teknologi yang semakin maju ada model TV atau kulkas baru pasti ingin membelinya itu juga akan menambah sampah baru di rumah, belum lagi
musim hujan yang mengakibatkan sampah-sampah terbawa oleh air dan menyebabkan sampah menjadi basah juga menimbulkan aroma yang
tidak enak, semua itu merupakan faktor penambah jumlah sampah. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“
Kalau faktornya itu jika sampah tidak dikelola dengan baik, dan tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah untuk dikurangi,
ditekan, mulai dari rumah tangga dulu kan belajar milah sampah, sampah basah sampah kering seandainya semua masyarakat semua
orang bisa memperlakukan sampah itu seperti niat kita beberapa orang ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan
sampah di bak sampah, ingin mengurangi sampah di TPA sana mengurangi beban kerja, jadi kita milah dulu dari rumah jadi yang
mempengaruhi itu ketidak perduliannya orang terhadap sampah begitupun jumlah penduduknya, jadi gini kalau kita mengitung
jumlah jiwa yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah jiwanya atau kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan
paling sedikit RT nya jadi pengaruh ke jumlah jiwa. Kemajun teknologi sekarang di TPS 3R adanya mesin untuk pengolah
19
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di muka bumi kan disana dipilah lagi, ya untuk skala beberapa RW ini
membantulah untuk tidak membuang sampah ke TPA Cipeucang sana. Keadaan sosial dalam suatu masyarakat itu selalu mengalami
perubahan, begitu juga ekonomi semakin tinggi taraf hidupnya semakin banyak juga keperluan yang dibeli itulah semua itu bisa
memengaruhi jumlah sampah.
20
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu manusia itu sendiri, yang belum
bisa mengelola sampah dengan baik, jumlah penduduk, kemajuan teknologi semua itu sangat mempengaruhi dalam bertambahnya jumlah
sampah pada masyarakat. Jadi semua hal itu harus menjadi perhatian agar sampah tidak terus bertambah dan menumpuk.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Faktor jumlah sampah sebenernya kalau dikelola benar dari penduduk bisa ditangani secara benar, tapi sekarang ini
kebanyakan sampah yang liar yang jadi menumpuk, kadang orang naik motor buang sampah sembarangan asal lempar. tapi kalau
disini kan masih perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu banyak seperti di perumahan, umpamanya masih bisa langsung
dibakar kalau sampahnya benar-benar kering, tapi kan kalau yang berpenyakit itu kan sampah basah ya itu mesti ditangani secara
serius karena gabisa dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini Alhamdulillah ya walaupun belum 100 ditangani oleh TPS, kalo
dibakar bukan asap jadinya api kan yang penyakit itu asap yang basah. Faktor teknologi, sekarang aja kan bentuk kemasan
makanan jarang yang yang bisa didaur ulang gabisa diurai itu sudah berpengaruh secara teknologi dan pengolahannya pun harus
secara teknologi juga. Faktor selanjutnya yaitu musim hujan itu sampah mengikuti arus air kan dan sampah menjadi berat karena
basah.
”
21
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu kurang maksimalnya
pengelolaan sampah dari masyarakat sendiri, jadi kebanyakan
20
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
21
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
masyarakat membuang sampah asal saja langsung buang ke lahan yang kosong, padahal itu sangat mempengaruhi bertambahnya jumlah
sampah. Dan faktor teknologi pun sangat mempengaruhi karena sekarang banyak bentuk kemasan makanan yang sulit terurai dan itu juga
membutuhkan teknologi juga untuk bisa mengolah sampah-sampah yang seperti itu.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang dipaparkan sebagai berikut:
“Pertama yang memengaruhi yaitu jumlah penduduk karena kan setiap orang pasti menghasilkan sampah. Kalau di TPS 3R itu ada
mesin, mesin juga suatu teknologi yak an, ya itu sangat mempengaruhi untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Musim
juga jelas memengaruhi, kebanyakan kalau musim hujan ya sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-
mana.”
22
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa memang jumlah penduduk mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah, dan
faktor musim pun turut mempengaruhi jumlah sampah memang jika hujan tiba sampah bisa berantakan yang disebabkan oleh ari hujan yang
turun, tetapi jika pengolahan sampah ditangani dengan baik dan menggunakan teknologi secara benar pasti sampah tidak akan
menumpuk terus-menerus. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 terkait faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Tentu faktornya yaitu jumlah penduduk, sekarang mayoritas penduduk di RW 04 sekitar 5000an itu kan akan menghasilkan
sampah yang banyak terus sekarang kan musim hujan ini juga bisa memengaruhi jumlah sampah, contonya kan ada air sampah menjadi
basah dan menupuk diselokan.
”
23
22
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016
23
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
yaitu, adanya pertumbuhan penduduk setiap RW berbeda ini menjadikan jumlah penduduk bertambah dan jumlah sampah pun akan terus
bertambah, kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan ini sikap masyarakat yang tidak perduli dengan lingkungan, belum
pahamnya masyarakat dalam mengelola atau mengolah sampah yang dihasilkan, jadi perlunya diadakan sosialisasi mengenai pemilahan
sampah organik dan an organik maupun antara sampah basah dan sampah kering dan kemajuan teknologi yang ikut andil memengaruhinya
dengan teknologi dari zaman ke zaman yang semakin maju ini akan menambah jumlah sampah begitupun dengan musim yang tidak menentu
juga mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah terlebih lagi jika hujan sampah akan terbawa air dan tersangkut di selokan dan akan
menumpuk.
3 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konsep Pengolahan Sampah di
Tangerang Selatan dan Bahaya Sampah
Dalam kaitannya dengan pengetahuan masyarakat terhadap konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah, peneliti
mewawancarai Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Jadi, kebetulan saya pendiri di sini TPS 3R jadi awal berdirinya TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di Bandung
tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih, setelah itu baru pemerintah pusat Kementrian PU mengusulkan ke
pemerintahan mengeluarkan Undang-Undang bahwa tidak boleh lagi sampah yang dari rumah tangga itu di angkut oleh truk di
buang langsung ke TPA Tempat Pembuangan Akhir tapi harus dipilah-pilah, makanya tahun 2008 itu Undang-Undang No. 18
Tahun 2008 bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS 3R. Heeemm, kalo berbicara efektif konsep 3R ini ya tergantung
petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiap-tiap TPS 3R berjalan baru dah efektif, karena peraturan dari pemerintah mengatakan
bahwa maksimal 20-30 itu residu yang harus dibuang. Saya
pribadi di keluarga ya mengolah sampah denga cara memisahkan sampah yang basah dan kering setelah itu kita pilah juga.
”
24
Seperti yang dikatakan Bapak Imam di atas, bahwa dari sejarah dikeluarkannya Undang-Undang tentang pengelolaan sampah No. 18
Tahun 2008 itu bersamaan dengan dikeluarkannya juga Undang-Undang tentang tempat pengolahan sampah 3R reduce, reuse, recycle, hal ini
juga sesuai apa yang sekarang menjadi program kerja DKPP Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan
dengan membentuk TPS 3R disetiap kelurahan agar sampah tidak terus menumpuk dengan cepat di TPA Cipeucang yang merupakan tempat
pembuangan akhir sampah yang dimiliki Kota Tangerang Selatan saat ini.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria yang mengatakan sebagai berikut ini:
“Konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang selatan yang saya tahu itu 3R ini ya, saya taunya Reuse yah memakai kembali,
saya lebih tau itu, seperti memanfaatkan bekas galon galon dan botol beling untuk dimainkan menjadi alat musik. Berbicara sudah
efektif atau belum kalau menurut saya si belum sepenuhnya yah, saya pun dalam mengolah sampah di rumah itu dengan cara
memisahkan yang basah dan kering. Kemarin juga saya ikut dalam acara sosialisasi, sampah itu bertambah terus yah, semakin
berbahaya apalagi plastik, belum bisa mengikuti negara luar, kalau disana kan kalo belanja udah tidak menggunakan plastik,
melainkan pakai kantong yang dari bahan daur ulang.
”
25
Seperti yang dikatakan Ibu Ria di atas, bahwa menggunakan konsep 3R yang sarankan oleh pemerintah kota melalui TPS 3R yang ada di RW
06 ini sangat baik, Ibu Ria pun sudah mulai menerapkan konsep 3R dari rumahnya sendiri, tentu hal inilah yang harus dicontoh oleh masyarakat
yang lain, sehingga program pemerintah melalui TPS 3R yang ada
24
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
25
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016
disetiap kelurahan berjalan selaras dan akan tercapai tujuan dari pemerintahnya.
Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka yang mengatakan sebagai berikut ini:
“Terkait dengan konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang Selatan kita ini, kalau yang sedang kita lakukan sekarang ini yaitu
reuse menggunakan kembali, seperti bekas minyak goreng itu bisa kita jadikan pot untuk kegiatan urban farming terus kalau recycle
kita bisa membuat tas, tempat tisu, dari plastik-plastik bekas kopi. Sampah itu kan kalau dibiarkan akan berbahaya ya ya pasti karena
sampah kan ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan pertama sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan, kedua sampah itu tidak boleh
dibakar karena kalau dibakar itu akan memengaruhi udara disekitar kita, karena kan kita menghirup udara itu akan tercemar, ketiga
sampah itu tidak boleh dikubur karena akan memengaruhi sumber mata air dan merusak tanah.
”
26
Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan ini memang sedang
dijalankan oleh Ibu Eka dari rumahnya sendiri, dengan cara menggunakan kembali sampah seperti bekas minyak goreng yang bisa
dijadikan sebagi pot tanaman, mendaur ulang seperti membuat sebuah karya yang bernilai. Pada kenyataannya memang sudah melakukan dari
konsep 3R reduce, reuse, recycle yang merupakan program dari pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak dari dapur sendiri, dan setiap 3 minggu sekali diadakan penimbangan
sampah di bank sampah. Alhamdulillah sudah ya khususnya RW kita yah, cuma mungkin ada karena ada yang belom ikut bank
sampah mungkin ada yang belum memakai atau melaksanakan 3R ini. Kalau di kelurahan kita ini ya sebagian besar sudah
melaksanakan 3R ini. Kalau saya si kaya yang dari dapur, kaya bekas-bekas masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada
kebon karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau kertas-kertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol
26
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
juga untuk saya timbang di bank sampah. Kalau menurut saya, ya bahaya kalau tidak dikelola, soalnya kan bumi kan lama lama
penuh dengan sampah.
27
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu 3R
reduce, reuse, recycle sudah banyak masyarakat yang melaksanakan karena di RW 06 ini bank sampahnya aktif jadi masyarakat sudah
melakukan konsep 3R setelah adanya TPS 3R Vipa Mas dan membentuk bank sampah.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut:
“Terkait konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan ini menurut saya ya sudah bagus, tinggal kita sebagai warga apa
namanya ya memahami tentang itu dan saling bekerjasama. Dan menurut saya belum mencapai 50 efektif terutama untuk di bank
sampahnya dan masih ada warga yang memandang bahwa kalau kita mengumpulkan sampah jadi kaya pemulung kita ada dari DKPP
di kasih tong composter untuk menghasilkan pupuk cair, sampah- sampah dapur, daun-daun dimasukan ke tong composter nanti akan
menghasilkan air lindi namanya itu untuk pupuk yang sebelumnya dikasih obat atau terasi dan air gula untuk mempercepat
pembusukan dan menghasilkan air lindi yang dimanfaatkan untuk pupuk. Saya berfikir kalau sampah dimana-mana kan pastinya
menimbulkan pencemaran, pencemaran air, aroma, bisa timbul penyakit juga kan itu bisa menyebabkan bahaya bagi masyarakat itu
sendiri.
”
28
Seperti yang dikatakan Bapak Hery di atas, bahwa konsep pengolahan sampah sudah berjalan namun belum mencapai 50 di RW
07 terutama di bank sampahnya, hal ini memang menjadi tanggung jawab yang berat bagi ketua RW untuk selalu mengingatkan warganya
agar bisa melakukan konsep pengolahan sampah 3R dan dari pemerintah pun harus sering atau secara merata melakukan sosialisasi lagi tentang
27
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
28
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
konsep pengolahan 3R agar masyarakat segera sadar bahwa sampah memang memerlukan perhatian yang khusus.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Mengenai konsep sampah yang ada di Tangerang Selatan ini dan yang saya ketahui adalah pengolahan sampah secara terpadu.
Biasanya si saya di rumah membiasakan memilah sampah organik dan an organik oleh karena itu sampah kan kalau dibiarkan dan
tidak ada yang perduli akan menimbulkan dampak dan berbahaya.
”
29
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan dilakukan secara terpadu
dengan membiasakan memilah sampah organik dan an organik, dengan memilah atau memisahkan antara sampah organik dan an organik secara
tidak langsung telah melakukan proses konsep pengolahan sampah 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya konsep 3R itu kalau menurut saya kalau yang organik dibuat
pupuk dan yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola. mungkin. Sampah yang tidak dikelola kan nantinya bisa berbahaya
kalau didiamkan saja akan berdampak banyak bagi masyarakat.
”
30
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa konsep 3R kalau yang organik dibuat pupuk dan yang non organik sudah
menjadi keuntungan pengelola, namun hal ini memang terjadi, tetapi tidak hanya TPS saja yang bekerja masyarakatnya pun harus saling
bekerja sama dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melaksanakan konsep pengolahan sampah 3R.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang mengatakan sebagai berikut:
“Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya si ya bagus-bagus aja dan menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga
29
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 24 November 2016.
30
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
masalah si, harus ada perbaikan juga pada sistemnya, mungkin masih banyak kendala gatau juga dah. Saya kalau mengolah sampah
seperti biasa sampah saya kumpulkan, nanti ada petugas yang ngambilin setiap dua atau tiga hari sekali, mengenai mengolah
sampah kalau dibiarkan tidak kita kelola pasti bisa berdampak terhadap kesehatan juga.
”
31
Seperti yang dikatakan Bapak Yedi di atas, bahwa konsep pengolahan sampah sudah bagus hanya sedikit perlu perbaikan pada
sistemnya saja namun Bapak Yedi belum melaksanakan konsep 3R tersebut dari rumahnya sendiri hanya melihat di TPS 3R Vipa Mas yang
menggunakan konsep 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 terkait konsep sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh masyarakat dan dari DKPP pun sudah mensosialisasikannya kerpada
masyarakat, untuk memilah sampah dari rumah kita sendiri Iya menurut saya sudah efektiflah kira-kira baru 50 Ya kalo saya si
sediakan bak sampah aja di depan rumah, nanti ada petugas yang ngangkut ke TPS, apabila dibiarkan menumpuk kan sampah juga
akan berdampak dari segi kesehatan, udara, lingkungan. Yang paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana.
”
32
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai konsep pengolahan sampah yang ada
di Kota Tangerang Selatan cukup baik dikarenakan dari setiap RW maupun RT sering mengadakan sosialisasi terkait Tempat Pengolahan
Sampah Vipa Mas dan sudah banyak yang menjalankan konsep 3R reduce, reuse, recycle mulai dari rumahnya sendiri.
31
Hasil awancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
32
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
4 Dampak Adanya TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial
Ekonomi Masyarakat.
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
33
Dampak yang dapat ditimbulkan ada dua macam, ada dampak langsung dan dampak tak langsung. Dampak langsung artinya
dapat langsung dirasakan sedangkan dampak tak langsung yaitu dampaknya dapat dirasakan setelah selang beberapa waktu.
Tempat Pengolahan Sampah 3R reduce, reuse, recycle melakukan kegiatan di daerah Kelurahan Bambu Apus juga memiliki dampak
terhadap masayarakat. Di antara dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang paling terasa yakni dampak terhadap lingkungan, dan
langsung dirasakan oleh masyarakat sendiri. Dalam kaitannya dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas
terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat, Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Sebelum ini jadi TPS 3R ini tempat penampungan sampah sementara, sampahnya pun hingga setinggi hangar atau atap itu,
karena kita tidak kelola orang-orang dari luar masyarakat RW 06 buang kesini semua awal kita membentuk TPS 3R ini ada pro dan
kontra, ya kita dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah ini tidak kita pilah dari awal sampah rumah tangganya kasihan
nantinya di TPA Cipeucang. Walaupun pro dan kontra terjadi berkali-kali, dan masyarakat yang pendidikannya tinggi pun kalau
disekitar rumahnya ada tempat penampungan sampah ini mereka tidak terima. Dan lingkungan sosial disini pun ada perubahan karena
kan kita ada perkumpulan bank sampah, pengaruhnya juga yang tadinya cuek, tapi sekarang kalau ada yang buang sampah
sembarang ada yang liat langsung di tegur oleh warga. Mengenai ekonomi kalau disini kan komplek yah, jadi ya ekonominya kelas
menengah. Dampak ekonominya pun ada kebetulan kan disini juga ada bank sampahnya, bank sampahnya kebanyakan dikelola oleh
rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya itu ekonomi sosialnya jalan.
”
34
33
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09”, Skripsi,
pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18.
34
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi
masyarakat mengatakan sebagai berikut ini: “Dampak terhadap lingkungan disini lebih bersih jadi ga ada bau
sampah, lebih rapih dan teratur, karena kan sebelum adanya TPS 3R hanya tempat pembuangan sampah liar yang dibuang sama
orang yang bahkan bukan masyarakat sini. Bahkan lingkungan sosial masyarakat pun ada perubahan ada si sebagian masyarakat
yang mengunjungi TPS 3R, juga perubahan karena memang masih kebanyakan yang cuek dan kurang perduli dengan sampah masih
banyak yang kurang peduli, tapi ada juga yang sudah mulai care sama lingkungannya ya mungkin bertahaplah ya, kalau kaya itu
kan harus rajin-rajin dan cerewet buat mengajak yang lainnya. Kalau kondisi ekonomi masyarakat disini si rata-rata sudah
menengah ke atas tetapi sedikit berdampak karena kan ada bank sampah, ya emang ga seberapa dari hasil sampah yang
dikumpulkan dan ditimbang, tapi lumayan buat jajan jajan, ditabung.
”
35
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa dengan adanya TPS 3R lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur, lingkungan
sosialnya pun bahkan berubah masyarakat sering mengadakan pertemuan membuat sebuah karya di bank sampah, jadi masyarakat pun
lebih perduli dengan lingkungannya. Dari segi ekonominya juga berdampak baik bagi masyarakat yang ikut dalam bank sampah yang
terbentuk dari adanya TPS 3R bisa memilah sampah yang bisa ditimbang dan menghasilkan uang di bank sampah setiap dua minggu
nya. Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka mengatakan sebagai
berikut ini: “Mengenai dampak terhadap lingkungan kalau disini lingkungan
menjadi tertata yah dengan adanya tempat pengolahan sampah, karena sampah rumah tangga di angkut ke tempat pengolahan
sampah bukan tempat pembuangan sampah karena ada 3R nya, disitu sampah dibuang nanti dipilah, dipilah-pilah misalnya ada
35
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Jum’at, 25 November 2016.
botol, plastik nanti dipilah uangnya buat mereka-mereka yang milahnya itu, insentiflah buat mereka kan lumayan juga, nah
kebetulan kemarin itu kan mesin inselator itu lagi diperbaiki jadi belum ada kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi
dari lingkungan hidup dan boleh dibakar, karena udah beberapa bulan ini mesin sedang diperbaiki ya jadi kelihatankan sampahnya
jadi menumpuk dan akan dibuang ke TPA sebelumnya kita gapernah membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah
sampah-sampah yang ada. Dampaknya mereka senang, karena TPS kita ini dibangun dengan sedemikian rupa, image mereka itu baik
karena disana kita juga menanam, tidak hanya sampah saja disana juga kita menanamkan edukasi buat masyarakat semacam menanam
pepaya, duren, kangkung yang juga boleh diambil oleh masyarakat sekitar TPS 3R. Dampak terhadap lingkungan sosialnya ya mereka
juga sering datang ke TPS 3R dan melihat apa saja kegiatan- kegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua masyarakat
disekitar TPS 3R, jadi kita mengenalkan juga pada mereka bahwa sampah ini jangan dimusuhi. Disini si ekonominya menengah ke
atas paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari 8 RT cuma 6 yang aktif
.”
36
Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa dampak adanya TPS 3R terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat sangat baik, karena
lingkungan menjadi tertata, masyarakat jadi sering berkumpul di TPS 3R saling berbagi ilmu dan sampah juga jangan dimusuhi, dampak ekonomi
terhadap masyarakat disekitar RW 06 ini hanya yang aktif dalam bank sampah saja yang sering dilakukan di TPS 3R.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Alhamdulillah dampaknya ada dan baik, mereka kan selama ini ga paham jadi setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga
lingkungan. Yakan buangnya jadi tidak sembarangan lagi ya jadi setiap penimbangan itu kan kita kumpul jadi kita paham, ooh ini
yang gabisa di daur ulang ooh ini yang bisa didaur ulang jadi kan mereka saling memberi dan menambah ilmu pengetahuan satu sama
lainnya. Sikap masyarakat pun menurut saya sekarang malah sangat peduli lah, karena mereka sudah tau, kalau dulu kan mereka gatau
dan tidak bisa disalahkan. Kondisi ekonomi Alhamdulillah si kalau masyarakat disini si sudah bagus. Dampaknya pun dirasakan, kan
mereka setiap bulannya nabung dari hasil sampah-sampah yang
36
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
ditimbang setiap tiga bulan sekali bisa diambil atau enam bulan sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya kan bertambah.
dan kalau yang punya warung itu akan lebih besar dan banyak menghasilkan sampahnya jadi timbangannya pun besar hasilnya
tergantung dari sampahnya yang ditimbang bisa 10.000 sampai 20.000.
”
37
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa dari adanya TPS 3R memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan sosial maupun
ekonominya, karena dengan adanya TPS 3R terbentuknya bank sampah yang ada di setiap RW nya dan itu membantu memberikan pengetahuan-
pengetahuan tentang sampah, tentang cara memilah sampah yang akan dijual di bank sampah, intearaksi masyarakat meningkat dengan saling
bertukar pengetahuan tentang sampah, hasil dari pengumpulan sampahnya dijual di bank sampah bisa menghasilkan uang sekitar
10.000-20.000 per bulannya tergantung banyaknya sampah yang ditimbang.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 terkait dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan
sosial ekonomi masyarakat sebagai berikut: “Sebelum adanya jadi TPS 3R masyarakat masih suka buang
sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP dan dibuang ke TPA Cipeucang, tetapi setelah adanya TPS 3R ini
salah satu program DKPP kami masyarakat langsung bekerjasama dan sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut
sampah-sampah ke TPS 3R untuk di olah dengan cara 3R itu. Ya ada karena ada TPS 3R ini di RW sini juga jadi ada bank sampah,
nah dari bank sampah ini banyak warga atau masyarakat yang sering mengunjungi bank sampah, juga bertukar informasi tentang
sampah. Interaksi masyarakat pun mengalami perubahan tapi kebanyak ibu-ibunya si kalau bapak-bapaknya masih kurang, karena
kan yang lebih banyak aktif di bank sampah itu ibu-ibu. Tingkat ekonomi masyarakat disini kebanyakan pegawai negeri disini, rata-
rata sudah pensiun.
”
38
37
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
38
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
Seperti yang dipaparkan Bapa Hery di atas, bahwa TPS 3R memberikan dampak yang baik, lingkungan sosial masyarakat
mengalami perubahan dengan terbentuknya bank sampah yang setiap dua minggunya mengadakan penimbangan barang-barang yang telah
dipilah untuk dijual. Bahkan TPS 3R tidak berdampak terhadap ekonomi di masyarakat RW 07, kecuali ibu-ibu yang aktif di bank sampah.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Alhamdulillah meminimalkan tumpukan sampah di bak sampah masing-masing rumah lingkungan jadi bersih. Alhamdulillah kalau
disini ekonominya sudah menengah ke atas, kalau dampak ekonomi bagi pengolah langsung sampah di TPS 3R tentu ada perubahan
kesehatan baik.
”
39
Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa adanya TPS 3R ini berdampak baik, tumpukan sampah tidak selalu menumpuk lagi,
lingkungan menjadi bersih. Dan dari segi ekonomi di RW 07 ini sudah menengah ke atas semua, jadi tidak ada dampak ekonomi dari TPS 3R
terhadap masyarakat di RW 07. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya masyarakat jadi mulai mengerti cara memilah sampah dan
perduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait
3R. Sikap masyarakat ya ada berubah ada juga yang engga, karena memang mengubah pemikiran masyarakat dalam menjaga
lingkungan ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu. Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan pertemuan
untuk membahas lingkungan kita ini khususnya sampah dengan mengadakan kerja bakti. Kondisi eonomi disini ga merata yah ada
yang berkecukupan dan ada juga yang tidak, katakan menengah kebawah juga tidak.
”
40
39
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis 24 November 2016.
40
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
Sepeti yang telah dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa TPS 3R memberikan dampak positif dikarenakan masyarakat jadi mengerti
cara memilah sampah, sikap masyarakat pun berubah dengan selalu menjaga lingkungan disekitarnya. Dan dari segi ekonomi pun tidak
berdampak pada masyarakat di RW 04. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait dampak
adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat yang dipaparkan sebagai berikut:
“Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baik-baik saja tapi pernah ada juga yang bilang ke saya terganggu dengan
adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu, apalagi kalau lagi ada angin yang mengarah kesini selama ini si
kalau disini masyarakat masih belum perduli juga, tapi sambil berjalan kita masih berusaha untuk masyarakat membuang sampah
di tempat yang sudah disediakan jadi masyarakat disini masih kurang perduli dengan lingkungan, karena masih ada lahan kosong
yang bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah. Kondisi ekonomi disini menengah keatas si.
”
41
Seperti yang dipaparkan Bapak Yedi di atas, bahwa dampak TPS 3R terhadap lingkungan disekitar RW 06 ini baik-baik saja, namun
pernah juga ada yang bilang terganggu karena asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah menggunakan mesin, juga masyarakat masih
kurang perduli terhadap sampah masih banyak yang membuang sampah sembarangan dikarenakan masih banyaknya lahan kosong yang
dipergunakan untuk membuang sampah. Ini merupakan suatu hal yang bisa menyebabkan adanya penumpukan-penumpukan sampah di
sembarang tempat-tempat kosong dan akan mengakibatkan masyarakat yang lainnya juga mengikuti dengan membuang sampah di lahan kosong
tersebut, hal itu juga bisa mengganggu lingkungan dengan adanya aroma bau dari sampah tersebut.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen selaku ketua RW 04 yang dipaparkan sebagai berikut:
41
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
“Alhamdulillah tertata rapih Ya saya juga pernah denger complain dari warga Vipa Mas itu katanya cerobong asap mesin yang
digunakan untuk pembakaran kurang tinggi. Lingkungan sosialnya pun berjalan baik sering diadakannya forum RW untuk membahas
tentang lingkungan khususnya sampah dan jadi leih rutin mengadakan
gotong royongnya.
Ekonomi disini
karena perkampungan ya jadi ga rata ada yang mampu, dan menengah ke
atas juga ada. ”
42
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut masyarakat banyak dampak positif yang ditimbulkan dengan
adanya TPS 3R Vipa Mas ini, lingkungan tertata dengan rapi, sampah- sampah tidak ada yang menumpuk di sekitar rumah, terbentuknya bank
sampah disetiap RW, adanya kegiatan gotong-royong yang rutin masyarakat menjadi peduli lingkungan, mayarakat jadi mengetahui
bahwa sampah juga bisa menghasilkan uang. Tetapi disamping semua itu pun juga ada yang merasa terganggu atau pernah ada masyarakat
yang mengeluhkan mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya
pernapasan masyarakat.