Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                                                                                Berdasarkan  apa  yang  dikatakan  oleh  Bapak  Imam  Aulia  di  atas, pada kenyataan memang bahwa banyak orang yang bukan warga RW 06
membuang  sampah  secara  sembarangan  di  tempat  lahan  kosong  yang ada  di  sekitar  lingkungan  RW  06,  itu  merupakan  tambahan  sumber
sampah yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang ada di RW 06.
Peneliti  juga  mewawancarai  Ibu  Ria  dalam  kaitannya  masyarakat mengetahui  arti  sampah  dan  tempat  pengolahan  sampah  mengatakan
sebagai berikut ini: “Sampah adalah sisa-sisa barang  yang sudah  tidak terpakai, terus
tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang
.
Sumber sampah dari sayuran,  dari  sesuatu  yang  kita  makan-makanan  ringan  misalnya
bungkusnya  kan  jadi  sampah  tuh  ya,  terus  makanan  yang    basi mungkin  yang  sudah  tidak  termakan  atau  sisa,  sampah  rumah
tangga  seperti  bekas  sabun  yah,  pasta  gigi
.
Yang  saya  baru  tau sekarang-sekarang  ini  baru  ngerti,  kalo  dulu  kan  belom,  jadi  ada
sampah  kering  itu  seperti  bungkus-bungkus  plastik,  plastik  juga kan  yang  kaya  bungkus  biskuit,  ada  juga  sampah  tapi  juga  kering
itu  kaya  bekas  bungkus  makanan.  Kalo  organik  itu  kan  sisa-sisa makanan  yang  bisa  cepat  terurai,  kalau  an  organik  seperti  kardus-
kardus  dan  bisa  di  daur  ulang.
Ya  sebagian  besar  yang  saya  lihat disini  kebanyakan  sampah  padat,  paling  kalau  sampah  cair  nya
seperti bekas-bekas minyak goreng ya itu aja si sampah cairnya. ”
5
Seperti  yang  dikatakan  oleh  Ibu  Ria  di  atas,  bahwa  sampah  adalah sesuatu  yang  tidak  terpakai,  tidak  berguna,  tidak  bermanfaat  jadi
dibuang,  menurut  peneliti  hal  ini  sebagian  besar  benar  namun  adapula sampah  yang  bisa  dipergunakan  lagi  dan  bahkan  bisa  menghasilkan
uang,  contoh  seperti  sampah  an  organik  kardus-kardus  yang  bisa dikumpukan dan dijual.
Selanjutnya  peneliti  mewawancarai  ibu  Eka  kaitannya  masyarakat mengetahui  arti  sampah  dan  tempat  pengolahan  sampah  mengatakan
sebagai berikut ini: “Kalau sampah itu  yang sudah terbuang dan sudah tidak terpakai
lagi. Dan  sumber  sampah  biasanya  dari  rumah  tangga,  terus
5
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
sampah-sampah  di  kantor  sampah-sampah  di  sekolah
.
Kalau sampah  itu  kan  dibagi  menjadi  dua  organik  dan  anorganik,  kalau
kita  bicara  orang  awam  sama  ibu-ibu  itu  biasanya  kita  bicaranya sampah  basah  dan  sampah  kering,  kalau  sampah  basah  itu  seperti
sampah  rumah  tangga  sisa-sisa  sayur,  nasi  basi,  sedangkan  kalau sampah  kering  itu  sampah  yang  tidak  bisa  hancur  pada  saat  itu,
seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item
yang  bisa  dijual  di  bank  sampah,  kecuali  seperti  bungkus  kopi, pernik yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau
bungkus  indomie  pengepulnya  ada  yang  terima  dan  juga  yang  ga, ada  tiga  yang  ga  diterima  di  bank  sampah  yaitu,  sterofoam,
pembalut  dan  pampers,  itu  yang  akan  dibuang  ke  tempat pengolahan akhir dalam hal ini tpst yang memiliki mesin inselator.
Kalau  di  sekitar  sini  kebanyakan  sampah  padat  daripada  sampah cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa sampah,
seperti  kantong  kresek,  terus  botol-botol  minuman  beling,  terus kertas, koran ya itu aja.
6
Menurut penyataan  Ibu  Eka di  atas, bahwa biasanya bicara kepada ibu-ibu itu ada sampah basah dan sampah kering, dan biasanya sampah-
sampah  kering  bisa  dijual  di  bank  sampah  kecuali  seperi  bungkus  kopi dan pernik kecil lainnya, karena biasanya bungkus kopi dan pernik kecil
lainnya  digunakan  kembali  untuk  membuat  sebuah  karya  seperti  hiasan rumah, tas, gantungan kunci dan lain-lain.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Sampah  itu  kan  sesuatu  yang  harus  dibuang,  kalau  sampah dibuang  sembarangan  kan  itu  akan  mencemari  lingkungan,
makanya kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu menurut  saya  emang  sesuatu  yang  harus  diperhatikan  tidak  hanya
harus  dibuang  doang.
Dan  sampah  itu  ada  dari  sampah  rumah tangga.  Jadi  orang  kan  kadang  ga  sadar  bahwa  kaya  bekas-bekas
pampers itu kan sampah, cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum kita  membuang  ke  penampungan  kan  masih  bersih  kalo  masih
ditangan kita kan kaya daun, sayuran harusnya dari awal memang harus  sudah  peduli  dengan  sampah-sampah  ini.  Disini  saya  harus
punya  tiga  tempat  sampah  satu  sampah  dapur  yang  basah,  kedua plastik-plastik  yang  tidak  bisa  di  daur  ulang  yang  harus  dibuang,
ketiga  semacam  kardus-kardus,  buku  dan  kertas  yang  tidak
6
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum;at, 25 November 2016.
terpakai.  Nah  dari  situ  sudah  harus  dipilah-pilah  dari  rumah  kita sendiri.  Nah  kalo  yang  jenis  kaya  yang  organik  itu  kan  sesuatu
sampah  yang  harus  diolah  lagi.  Kalau  yang  an  organik  itu  kan seperti  plastik-plastik,  botol  dan  lainnya  harus  dipisahkan.
Kalau gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari dapur-dapur
itu sampah padat yang dari rumah tangga itu.
7
Seperti  yang  dikatakan  Ibu  Sri  di  atas,  bahwa  sampah  merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dan tidak harus dibuang saja, sampah
harus  dipilah  dari  sumbernya  yaitu  rumah  kita  sendiri.  Jadi  sudah seharusnya  kita  sebagai  manusia  benar-benar  memperdulikan  sampah
yang kita hasilkan sendiri. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW  07  terkait  masyarakat  mengetahui  arti  sampah  dan  tempat pengolahan sampah sebagai berikut:
“Sampah  sesuatu  yang  tidak  dipergunakan  lagi  oleh  orang  lalu dibuang
.
Kebanyakan  kita  sampah  rumah  tangga  yah,  sisa-sisa sayuran.
Ya  kan  kalo  organik  sampah  yang  gampang  terurai  dan kalau  an  organik  sebaliknya
.
Ya  sebagian  besar  sampah  yang dihasilkan  disekitar  masyarakat  sini  si  sampah  padat  yah,  jarang
sam pah cair apalagi gas.”
8
Seperti  yang  dikatakan  oleh  Bapak  Hery  di  atas,  sampah  adalah sesuatu  yang  tidak  dipergunakan  lagi  lalu  dibuang,  namun  pada
kenyataannya  pun  sampah  bisa  dipergunakan  kembali  seperti  sampah- sampah  organik  sisa-sisa  sayuran,  nasi  dan  lainnya  yang  dihasilkan
sampah  dapur  bisa  dijadikan  kompos  atau  pupuk  tanaman  yang  sangat menguntungkan.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Sisa  buangan  manusia  yang  di  anggap  kebanyakan  masyarakat tidak  dipakai  lagi  padahal  kan  bukan  begitu,  sampah  itu  kan  bisa
dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga. Dan sumber sampah  ya  dari  kita  manusia,  ga  ada  yang  lain,  kalau  sampah
7
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
8
Hasil Wawancara dengan Bapak Heri Kamis, 24 November 2016.
dibuang  oleh  sekolompok  orang  atau  pabrik  pedagang  itu  kan manusia juga. Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang
diolah  menjadi  pupuk  contohnya  sampah  dapur  bisa  dijadikan pupuk padat bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya.
Jadi  kalau  sampah  keringkan  ada  yang  bisa  didaur  ulang,  ada sampah  kering  yang  berbahaya  dan  mengandung  bahan  beracun
kan istilahnya B3.  Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari industri,  sampah  yang  kita  hasilkan  kan  sebagian  besar  semua
sampah  padat  sampah  yang  berasal  dari  rumah  tangga  yah,  nah kalau sampah cair dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri.
”
9
Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa bukan hanya sisa buangan  manusia  melainkan  juga  bisa  dimanfaatkan.  Dan  pada
kenyataannya  pun  memang  sampah  masih  bisa  dimanfaatkan  sebagai bahan  daur  ulang  misalnya.  Selain  itu  menurut  Ibu  Hafni  sampah
organik pun bisa bermanfaat dijadikan pupuk tanaman dan kompos cair dengan cara memasukan sampah organik kedalam tong composter yang
diberi obat. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya  kalau  sampah  kan  limbah,  limbah  itu  ada  yang  organik  dan
non  organik.  Ya  sampah  itu  kan  dari  rumah  tangga,  dapur  ya manusia  pokonya  itu  semua  sumber  sampah,  sampah  itu  kan  ada
organik dan anorganik, kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos. Kalau disini semua saya lihat kebanyakan sampah padat ya seperti
sampah-
sampah rumah tangga itu.”
10
Seperti  yang  dipaparkan  Bapak  Mawih  di  atas,  bahwa  sampah bersumber  dari  rumah  tangga  khususnya  dapur  manusia  yang  memiliki
dua  macam  organik  dan  non  organik  yang  sebagian  besar  berbentuk sampah padat juga dapat dijadikan pupuk dan kompos.
Selanjutnya  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Yedi  terkait masyarakat  mengetahui  arti  sampah  dan  tempat  pengolahan  sampah
yang dipaparkan sebagai berikut:
9
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
10
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
“Sampah  itu  kalau  menurut  saya  si,  ya  memang  limbah  rumah tangga yang perlu dikelola juga.
Dan kebanyakan si sampah rumah tangga,  sampah-sampah  pohon,  sebagaian  besar  dari  sampah
rumah tangga ini kan sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas si jarang atau bahkan ga ada kalo di masyarakat sekitar sini.
”
11
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Bapak  Yedi  di  atas,  bahwa  sampah yaitu limbah rumah tangga yang perlu dikelola. Pada kenyataannya pun
memang  cara  pengelolaan  yang  ada  di  TPS  3R  belum  maksimal dikarenkan  mesin  pencacah  yang  ada  sering  sekali  mengalami
kerusakan, jadi terlihat bahwa sampah itu sangat menumpuk di TPS 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04  sampah yang dipaparkan sebagai berikut: “Ya sampah itu limbah dan sumber sampah itu kan dari masyarakat
itu  sendiri  jenis  sampah  ada  an  organik  itu  bisa  dipilah-pilah  dan organik  itu  ya  bisa  jadi  pupuk  tanaman.  Bentuk  sampah  itu  ada
banyak ada padat, cair dan gas juga, pada intinya si kalau disekitar sini  kebanyakan  sampah-sampah  padat  atau  sampah  rumah
tangga
”
12
Berdasarkan  wawancara  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa masyarakat  memiliki  pengetahuan  yang  baik  tentang  adanya  tempat
pengolahan  sampah  yang  berada  disekitar  lingkungan  tempat  tinggal mereka.  Pengetahuan  ini  didapat  dari  pengalaman,  penglihatan  sehari-
hari yang didapat dari warga dan sesuai dengan definisi sampah menurut WHO  World  Health  Organization  yaitu  sampah  adalah  sesuatu  yang
tidak  digunakan,  tidak  dipakai,  tidak  disenangi,  atau  sesuatu  yang dibuang  yang  berasal  dari  kegiatan  manusia  dan  tidak  terjadi  dengan
sendirinya.
13
11
Hasil Wawanara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
12
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
13
Budiman  Chandra,  Pengantar  Kesehatan  Lingkungan,  Jakarta:  Buku  Kedokteran  EGC, 2005, h. 111.
2 Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah.
Faktor utama  yang paling mempengaruhi jumlah sampah menurut Arif  Sumantri  adalah  jumlah  penduduk  bergantung  pada  aktivitas  dan
kepadatan  penduduk,  semakin  meningkat  aktivitas  penduduk  sampah yang  dihasilkan  juga  semakin  banyak  misalnya  pada  aktivitas
pembangunan,  perdagangan,  industri  dan  sebagainya.
14
Tetapi  juga banyak  faktor  lainnya  seperti  musim,  kebiasaan  masyarakat,  kemajuan
teknologi dan lain sebaginya. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
sampah Bapak Imam Aulia selaku pengurus TPS 3R Vipa Mas sekaligus masyarakat RW 06 memaparkannya sebagai berikut:
“Kalau  faktor-faktornya  itu  tergantung  dari  kepala  keluarganya, jumlah  penduduk,  kelakuan  masyarakatnya,  dan  teknologi  sangat
diperlukan  ga  bisa  pakai  sistem  yang  lama  karena  kan  mengurai sampah kan lama karena orang di luar negeri dimana-mana semua
pasti  pakai  teknologi,  selanjutnya    musim  juga  mempengaruhi kalau  hujan  itu  kan  sampah  menjadi  padat  jadi  berat  terkena  air,
nah itu kan dipilah-pilahnya jadi susah
juga.”
15
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Bapak  Imam  di  atas,  bahwa  begitu banyak  faktor  yang  mempengaruhi  jumlah  sampah  diantaranya  yaitu
jumlah  penduduk,  kelakuan  masyarakat,  teknologi,  dan  musim  tentu faktor-faktor  itu  sangat  mempengaruhi  karena  jika  suatu  daerah  dengan
jumlah  penduduknya  tinggi  maka  sampah  yang  dihasilkan  pun  akan tinggi atau banyak, kelakuam masyarakat pun sama apabila kelakuannya
tidak  perduli  terhadap  lingkungan  tentunya  mereka  akan  membuang sampah  sembarangan  dan  begitupun  dengan  teknologi  yang  dari  zaman
ke zaman semakin canggih alat-alat elektronik semakin banyak itu juga akan  memepengaruhi  bertambahnya  jumlah  sampah,  selanjutnya  yaitu
musim pun turut andil dalam mempengaruhi jumlah sampah.
14
Arif  Sumantri,  Kesehatan  Lingkungan,  Jakarta:  Kencana  Prenada  Media  Group,  2013, cet.2, h. 66
15
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ibu Ria selaku masyarakat RW 06 yang memaparkannya sebagai berikut:
“Ya  faktor  yang  memengaruhi  jumlah  sampah  yang  sebenarnya menurut  saya  si  penghasil  sampah  terbanyak  itu  sebenernya  dari
rumah  tangga  yah,  terutama  dari  ibu-ibunya,  penghasil  sampah terbanyak  itu  dari  ibu-ibu,  kebiasaan  membuang  sampah
sembarangan juga. begitupun juga teknologi memengaruhi, karena butuh  mesin  untuk  mengubah  sampah  menjadi  serpihan-serpihan
ya  jadi  tidak  sepenuhnya  membuang  sampah  ke  TPA  ya  lumayan mengurangilah ya walaupun sedikit. Selanjutnya kalau jumlah si ga
kenal  musim  yah,  kalau  jumlah  sampah  kan  terus  bertambah, mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau musim hujan
itu bau karena basah kan, angin juga.
”
16
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Ibu  Ria  di  atas,  bahwa  faktor  yang mempengaruhi  jumlah  sampah  yaitu  penghasil  sampah  itu  sendiri  dan
butuh teknologi untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan agar tidak  semua  sampah  tidak  dibuang  ke  TPA,  hal  ini  memang  sangat
membantu untuk mengurangi beban tamping di TPA yang saat ini sudah melebihi kapasitas.
Kemudian peniti juga mewawancarai Ibu Eka yang juga salah satu masyarakat di RW 06 yang menjabarkan faktor-faktor yang memengaruhi
jumlah sampah yaitu sebagai berikut: “Kalau  menurut  saya  banyak  faktornya  yaitu  saat  ini  mereka
kurang  memahami  cara  memilah  sampah,  karena  mereka  berfikir kalau  bagi  mereka  ini  seperti  kehidupan  di  komplek  saya  lihat  ya
cukup dengan membayar setiap bulan, ga mau taulah yang penting saya sudah bayar tiap bulan terserah itu sampah mau diapain yang
penting  rumah  saya  bersih  gitu  aja,  jadi  itulah  yang  agak  sulit mengubahnya.  Dan  kebiasaan  juga  masyarakat  itu  acuh  dengan
keadaan membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang kosong,  disini  ada  tempat  kosong  sekalian  lewat  kan  mereka,
waktu itu kali sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter lebih,  sekarang  udah  penuh  sampah,  mungkin  kalo  di  kerukin  itu
bisa kelelepin orang,  ya sekarang paling tinggal  50 cm, nah itulah kurangnya
kesadarannya. Selanjutnya
teknologi, misalnya
teknologi  untuk  mengurangi  sampah,  ya  memang  si  harus dipikirkan  seperti  di  negara-negara  lain  kan  dipikirkan  gitu  loh.
16
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
Kemudian  musim,  musim  hujan  sampah  akan  basah  dan  lembab dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di
selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.”
17
Seperti  yang  dijabarkan  oleh  Ibu  Eka  di  atas,  bahwa  faktor  utama yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu mmasyarakat kurang mengerti
dalam  memilah  sampah,  faktor  musim  juga  sangat  memepengaruhi karena jika musim hujan tiba sampah akan lembab atau bahkan sampah-
sampah  yang  terbawa  air  yang  akan  menyangut  di  selokan  yang  akan mengakibatkan  menumpuknya  sampah,  hal  ini  memang  membutuhkan
teknologi  untuk  mengurangi  sampah  dan  ini  tugas  semua  elemen masyarakat  maupun  pemerintah  untuk  menemukan  cara  yang  tepat
dalam mengurangi sampah dalam hal teknologi. Sementara itu peneliti mewawancarai Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Yang  memengaruhi  itu  antara  lain  jumlah  penduduk,  karena  kan
sebagian  besar  sampah  itu  dihasilkan  dari  manusia  itu  sendiri  atau sampah-sampah  rumah  tangga  khususnya,  kadang  kan  orang  ga
sadar  maksudnya  dari  rumahan  itu  biasanya  plastik  kaya  ya  beli makanan  itu  dengan  menggunakan  plastik  dan  kalau  masyarakat
tidak  tahu  mana  sampah  yang  bisa  didaur  ulang  atau  tidak  itu  kan menyebabkan  sampah  menumpuk.  Selanjutnya  itu  kadang  musim
hujan sampah-sampah dari masyarakat yang buang sembarangan itu pasti  terbawa  oleh  air  ke  sungai  dan  lainnya  itu  pasti  di  ujungnya
akan  menumpuk.  Tingkat  ekonomi  masyarakat  pun  memengaruhi, kalau  ekonominya  kelas  menengah  ke  atas  kan  pasti  akan  sering
berbelanja dan sebagainya.
”
18
Seperti  yang  dikatakan  Ibu  Sri  di  atas,  bahwa  faktor  yang mempengaruhi  jumlah  sampah  di  antaranya  yaitu  jumlah  penduduk,
musim  dan  tingkat  ekonomi.  Hal  ini  memang  pada  kenyataannya terjadi  ketika  musim  hujan  tiba,  sampah  di  selokan  pasti  akan
menumpuk itu disebabkan terbawa oleh air pada saat hujan begitu pun dengan  tingkat  ekonomi  jika  masyarakat  tingkat  ekonominya  tinggi,
17
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
18
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016
pasti  akan  sering  berbelanja  yang  mengakibatkan  bertambahnya jumlah sampah .
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut:
“Ya  tentunya,  yaitu  jumlah  penduduk  terutama  pola  hidup masyarakat  itu  sendiri  ya.  Teknologi  juga  banyak  memengaruhi
jumlah  sampah  seperti  plastik  yang  dibuang  begitu  saja  seperti bekas  kulkas,  TV  dan  lainnya  itu  kan  ada  gabus  putihnya  itu  kan
lama  terurainya  dan  mengakibatkan  bertambahnya  jumlah  sampah. Musim  hujan  pun  sama  bisa  memengaruhi  karena  sampah  jadi
basah aromanya jadi tercium.
”
19
Seperti  yang  dijelaskan  Bapak  Hery  di  atas,  bahwa  faktor  yang mempengaruhi  jumlah  sampah  terutama  yaitu  pola  hidup,  jika
masyarakat  memiliki  pola  hidup  yang  suka  berbelanja  pasti  akan mempengaruhi  jumlah  sampah  yang  ada  di  rumah,  apalagi  sekarang
teknologi yang semakin maju ada model TV atau kulkas baru pasti ingin membelinya itu juga akan menambah sampah baru di rumah, belum lagi
musim hujan yang mengakibatkan sampah-sampah terbawa oleh air dan menyebabkan  sampah  menjadi  basah  juga  menimbulkan  aroma  yang
tidak enak, semua itu merupakan faktor penambah jumlah sampah. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“
Kalau  faktornya  itu  jika  sampah  tidak  dikelola  dengan  baik,  dan tidak  tahu  bagaimana  cara  mengolah  sampah  untuk  dikurangi,
ditekan,  mulai  dari  rumah  tangga  dulu  kan  belajar  milah  sampah, sampah basah sampah kering seandainya semua  masyarakat  semua
orang  bisa  memperlakukan  sampah  itu  seperti  niat  kita  beberapa orang ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan
sampah  di  bak  sampah,  ingin  mengurangi  sampah  di  TPA  sana mengurangi  beban kerja, jadi kita milah dulu  dari  rumah jadi  yang
mempengaruhi  itu  ketidak  perduliannya  orang  terhadap  sampah begitupun  jumlah  penduduknya,  jadi  gini  kalau  kita  mengitung
jumlah jiwa yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah jiwanya atau kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan
paling  sedikit  RT  nya  jadi  pengaruh  ke  jumlah  jiwa.  Kemajun teknologi  sekarang  di  TPS  3R  adanya  mesin  untuk  pengolah
19
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di muka bumi  kan  disana  dipilah  lagi,  ya  untuk  skala  beberapa  RW  ini
membantulah  untuk  tidak  membuang  sampah  ke  TPA  Cipeucang sana. Keadaan sosial  dalam  suatu masyarakat  itu selalu mengalami
perubahan,  begitu  juga  ekonomi  semakin  tinggi  taraf  hidupnya semakin  banyak  juga  keperluan  yang  dibeli  itulah  semua  itu  bisa
memengaruhi jumlah sampah.
20
Seperti  yang dipaparkan  oleh  Ibu Hafni di  atas, bahwa faktor  yang mempengaruhi  jumlah  sampah  yaitu  manusia  itu  sendiri,  yang  belum
bisa  mengelola  sampah  dengan  baik,  jumlah  penduduk,  kemajuan teknologi  semua  itu  sangat  mempengaruhi  dalam  bertambahnya  jumlah
sampah  pada  masyarakat.  Jadi  semua  hal  itu  harus  menjadi  perhatian agar sampah tidak terus bertambah dan menumpuk.
Kemudian  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Mawih  selaku  salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Faktor  jumlah  sampah  sebenernya  kalau  dikelola  benar  dari penduduk  bisa  ditangani  secara  benar,  tapi  sekarang  ini
kebanyakan sampah yang liar yang jadi menumpuk, kadang orang naik  motor  buang  sampah  sembarangan  asal  lempar.  tapi  kalau
disini kan masih perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu banyak  seperti  di  perumahan,  umpamanya  masih  bisa  langsung
dibakar  kalau  sampahnya  benar-benar  kering,  tapi  kan  kalau  yang berpenyakit  itu  kan  sampah  basah  ya  itu  mesti  ditangani  secara
serius karena  gabisa dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini Alhamdulillah ya walaupun belum 100 ditangani oleh TPS, kalo
dibakar  bukan  asap  jadinya  api  kan  yang  penyakit  itu  asap  yang basah.  Faktor  teknologi,  sekarang  aja  kan  bentuk  kemasan
makanan  jarang  yang  yang  bisa  didaur  ulang  gabisa  diurai  itu sudah berpengaruh secara teknologi dan pengolahannya pun harus
secara  teknologi  juga.  Faktor  selanjutnya  yaitu  musim  hujan  itu sampah  mengikuti  arus  air  kan  dan  sampah  menjadi  berat  karena
basah.
”
21
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Bapak  Mawih  di  atas,  bahwa  faktor yang  mempengaruhi  jumlah  sampah  yaitu  kurang  maksimalnya
pengelolaan  sampah  dari  masyarakat  sendiri,  jadi  kebanyakan
20
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
21
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
masyarakat  membuang sampah asal  saja langsung buang ke lahan  yang kosong,  padahal  itu  sangat  mempengaruhi  bertambahnya  jumlah
sampah.  Dan  faktor  teknologi  pun  sangat  mempengaruhi  karena sekarang banyak bentuk kemasan makanan yang sulit terurai dan itu juga
membutuhkan teknologi juga untuk bisa mengolah sampah-sampah yang seperti itu.
Selanjutnya  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Yedi  yang dipaparkan sebagai berikut:
“Pertama  yang  memengaruhi  yaitu  jumlah  penduduk  karena  kan setiap  orang  pasti  menghasilkan  sampah.  Kalau  di  TPS  3R  itu  ada
mesin,  mesin  juga  suatu  teknologi  yak  an,  ya  itu  sangat mempengaruhi untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Musim
juga  jelas  memengaruhi,  kebanyakan  kalau  musim  hujan  ya sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-
mana.”
22
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Bapak  Yedi  di  atas,  bahwa  memang jumlah  penduduk  mempengaruhi  bertambahnya  jumlah  sampah,  dan
faktor  musim  pun  turut  mempengaruhi  jumlah  sampah  memang  jika hujan tiba sampah bisa berantakan yang disebabkan oleh ari hujan yang
turun,  tetapi  jika  pengolahan  sampah  ditangani  dengan  baik  dan menggunakan  teknologi  secara  benar  pasti  sampah  tidak  akan
menumpuk terus-menerus. Kemudian  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Muhammad  Sanen
selaku  ketua  RW  04    terkait  faktor-faktor  yang  memengaruhi  jumlah sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Tentu  faktornya  yaitu  jumlah  penduduk,  sekarang  mayoritas penduduk  di  RW  04  sekitar  5000an  itu  kan  akan  menghasilkan
sampah yang banyak terus sekarang kan musim hujan ini juga bisa memengaruhi jumlah sampah, contonya kan ada air sampah menjadi
basah dan menupuk diselokan.
”
23
22
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016
23
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016
Berdasarkan  wawancara  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa menurut  masyarakat  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  jumlah  sampah
yaitu, adanya pertumbuhan penduduk setiap RW berbeda ini menjadikan jumlah  penduduk  bertambah  dan  jumlah  sampah  pun  akan  terus
bertambah, kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan ini  sikap  masyarakat  yang  tidak  perduli  dengan  lingkungan,  belum
pahamnya  masyarakat  dalam  mengelola  atau  mengolah  sampah  yang dihasilkan,  jadi  perlunya  diadakan  sosialisasi  mengenai  pemilahan
sampah  organik  dan  an  organik  maupun  antara  sampah  basah  dan sampah kering dan kemajuan teknologi yang ikut andil memengaruhinya
dengan  teknologi  dari  zaman  ke  zaman  yang  semakin  maju  ini  akan menambah jumlah sampah begitupun dengan musim yang tidak menentu
juga  mempengaruhi  bertambahnya  jumlah  sampah  terlebih  lagi  jika hujan  sampah  akan  terbawa  air  dan  tersangkut  di  selokan  dan  akan
menumpuk.
3 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konsep Pengolahan Sampah di
Tangerang Selatan dan Bahaya Sampah
Dalam kaitannya dengan pengetahuan masyarakat terhadap konsep pengolahan  sampah  di  Tangerang  Selatan  dan  bahaya  sampah,  peneliti
mewawancarai  Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Jadi, kebetulan saya pendiri di sini TPS 3R jadi awal berdirinya TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di Bandung
tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih, setelah itu  baru  pemerintah  pusat  Kementrian  PU  mengusulkan  ke
pemerintahan  mengeluarkan  Undang-Undang  bahwa  tidak  boleh lagi  sampah  yang  dari  rumah  tangga  itu  di  angkut  oleh  truk  di
buang  langsung  ke  TPA  Tempat  Pembuangan  Akhir  tapi  harus dipilah-pilah,  makanya  tahun  2008  itu  Undang-Undang  No.  18
Tahun 2008 bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS 3R.  Heeemm,  kalo  berbicara  efektif  konsep  3R  ini  ya  tergantung
petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiap-tiap TPS 3R berjalan baru  dah  efektif,  karena  peraturan  dari  pemerintah  mengatakan
bahwa  maksimal  20-30  itu  residu  yang  harus  dibuang.  Saya
pribadi  di  keluarga  ya  mengolah  sampah  denga  cara  memisahkan sampah yang basah dan kering setelah itu kita pilah juga.
”
24
Seperti  yang  dikatakan  Bapak  Imam  di  atas,  bahwa  dari  sejarah dikeluarkannya  Undang-Undang  tentang  pengelolaan  sampah  No.  18
Tahun 2008 itu bersamaan dengan dikeluarkannya juga Undang-Undang tentang  tempat  pengolahan  sampah  3R  reduce,  reuse,  recycle,  hal  ini
juga  sesuai  apa  yang  sekarang  menjadi  program  kerja  DKPP  Dinas Kebersihan  Pertanaman  dan  Pemakaman  Kota  Tangerang  Selatan
dengan membentuk  TPS 3R  disetiap kelurahan agar sampah tidak terus menumpuk  dengan  cepat  di  TPA  Cipeucang  yang  merupakan  tempat
pembuangan  akhir  sampah  yang  dimiliki  Kota  Tangerang  Selatan  saat ini.
Peneliti  juga  mewawancarai  Ibu  Ria  yang  mengatakan  sebagai berikut ini:
“Konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang selatan yang saya tahu itu 3R  ini  ya, saya taunya  Reuse  yah  memakai  kembali,
saya  lebih  tau  itu,  seperti  memanfaatkan  bekas  galon  galon  dan botol beling untuk dimainkan menjadi alat musik. Berbicara sudah
efektif  atau  belum  kalau  menurut  saya  si  belum  sepenuhnya  yah, saya  pun  dalam  mengolah  sampah  di  rumah  itu  dengan  cara
memisahkan yang basah dan kering. Kemarin juga saya ikut dalam acara  sosialisasi,  sampah  itu  bertambah  terus  yah,  semakin
berbahaya apalagi plastik, belum bisa mengikuti negara luar, kalau disana  kan  kalo  belanja  udah  tidak  menggunakan  plastik,
melainkan pakai  kantong yang dari bahan daur ulang.
”
25
Seperti yang dikatakan Ibu Ria di atas, bahwa menggunakan konsep 3R yang sarankan oleh pemerintah kota melalui TPS 3R yang ada di RW
06 ini sangat baik, Ibu Ria pun sudah mulai menerapkan konsep 3R dari rumahnya sendiri, tentu hal inilah yang harus dicontoh oleh masyarakat
yang  lain,  sehingga  program  pemerintah  melalui  TPS  3R  yang  ada
24
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
25
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016
disetiap  kelurahan  berjalan  selaras  dan  akan  tercapai  tujuan  dari pemerintahnya.
Selanjutnya  peneliti  mewawancarai  ibu  Eka  yang  mengatakan sebagai berikut ini:
“Terkait dengan konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang Selatan  kita  ini,  kalau  yang  sedang  kita  lakukan  sekarang  ini  yaitu
reuse  menggunakan  kembali,  seperti  bekas  minyak  goreng  itu  bisa kita  jadikan  pot  untuk  kegiatan  urban  farming  terus  kalau  recycle
kita  bisa  membuat  tas,  tempat  tisu,  dari  plastik-plastik  bekas  kopi. Sampah itu kan kalau dibiarkan akan berbahaya ya  ya pasti karena
sampah kan ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan pertama sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan, kedua sampah itu tidak boleh
dibakar karena kalau dibakar itu akan memengaruhi udara disekitar kita,  karena  kan  kita  menghirup  udara  itu  akan  tercemar,  ketiga
sampah  itu  tidak  boleh  dikubur  karena  akan  memengaruhi  sumber mata air dan merusak tanah.
”
26
Seperti  yang  dikatakan  Ibu  Eka  di  atas,  bahwa  konsep  pengolahan sampah  yang  ada  di  Kota  Tangerang  Selatan  ini  memang  sedang
dijalankan  oleh  Ibu  Eka  dari  rumahnya  sendiri,  dengan  cara menggunakan  kembali  sampah  seperti  bekas  minyak  goreng  yang  bisa
dijadikan  sebagi  pot  tanaman,  mendaur  ulang  seperti  membuat  sebuah karya  yang bernilai.  Pada kenyataannya memang sudah melakukan dari
konsep  3R  reduce,  reuse,  recycle  yang  merupakan  program  dari pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak dari dapur  sendiri,  dan  setiap  3  minggu  sekali  diadakan  penimbangan
sampah  di  bank  sampah.  Alhamdulillah  sudah  ya  khususnya  RW kita  yah,  cuma  mungkin  ada  karena  ada  yang  belom  ikut  bank
sampah mungkin ada yang belum memakai atau melaksanakan 3R ini.  Kalau  di  kelurahan  kita  ini  ya  sebagian  besar  sudah
melaksanakan  3R  ini.  Kalau  saya  si  kaya  yang  dari  dapur,  kaya bekas-bekas masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada
kebon karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau kertas-kertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol
26
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at,  25 November 2016.
juga untuk saya timbang di bank sampah. Kalau menurut saya,  ya bahaya  kalau  tidak  dikelola,  soalnya  kan  bumi  kan  lama  lama
penuh dengan sampah.
27
Seperti  yang  dikatakan  oleh  Ibu  Sri  di  atas,  bahwa  konsep pengolahan  sampah  yang  ada    di  Kota  Tangerang  Selatan  yaitu  3R
reduce, reuse, recycle sudah banyak masyarakat yang melaksanakan karena  di  RW  06  ini  bank  sampahnya  aktif  jadi  masyarakat  sudah
melakukan  konsep  3R  setelah  adanya  TPS  3R  Vipa  Mas  dan membentuk bank sampah.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut:
“Terkait  konsep  pengolahan  sampah  di  Tangerang  Selatan  ini menurut  saya  ya  sudah  bagus,  tinggal  kita  sebagai  warga  apa
namanya  ya  memahami  tentang  itu  dan  saling  bekerjasama.  Dan menurut saya  belum mencapai  50  efektif terutama untuk  di  bank
sampahnya  dan  masih  ada  warga  yang  memandang  bahwa  kalau kita mengumpulkan sampah jadi kaya pemulung kita ada dari DKPP
di  kasih  tong  composter  untuk  menghasilkan  pupuk  cair,  sampah- sampah dapur, daun-daun dimasukan ke tong composter nanti akan
menghasilkan  air  lindi  namanya  itu  untuk  pupuk  yang  sebelumnya dikasih  obat  atau  terasi  dan  air  gula  untuk  mempercepat
pembusukan  dan  menghasilkan  air  lindi  yang  dimanfaatkan  untuk pupuk.  Saya  berfikir  kalau  sampah  dimana-mana  kan  pastinya
menimbulkan  pencemaran,  pencemaran  air,  aroma,  bisa  timbul penyakit juga kan itu bisa menyebabkan bahaya bagi masyarakat itu
sendiri.
”
28
Seperti  yang  dikatakan  Bapak  Hery  di  atas,  bahwa  konsep pengolahan sampah sudah berjalan namun belum mencapai 50 di RW
07  terutama  di  bank  sampahnya,  hal  ini  memang  menjadi  tanggung jawab  yang  berat  bagi  ketua  RW  untuk  selalu  mengingatkan  warganya
agar bisa melakukan konsep pengolahan sampah 3R dan dari pemerintah pun  harus  sering  atau  secara  merata  melakukan  sosialisasi  lagi  tentang
27
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
28
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
konsep  pengolahan  3R  agar  masyarakat  segera  sadar  bahwa  sampah memang memerlukan perhatian yang khusus.
Sementara  itu  peneliti  juga  mewawancarai  Ibu  Hafni  selaku  ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Mengenai konsep sampah yang ada di Tangerang Selatan ini dan yang  saya  ketahui  adalah  pengolahan  sampah  secara  terpadu.
Biasanya  si  saya  di  rumah  membiasakan  memilah  sampah  organik dan  an  organik  oleh  karena  itu  sampah  kan  kalau  dibiarkan  dan
tidak  ada  yang  perduli  akan  menimbulkan  dampak  dan berbahaya.
”
29
Seperti  yang  dipaparkan  oleh  Ibu  Hafni  di  atas,  bahwa  konsep pengolahan  sampah  di  Tangerang  Selatan  dilakukan  secara  terpadu
dengan membiasakan memilah sampah organik  dan an organik,  dengan memilah atau memisahkan antara sampah organik dan an organik secara
tidak langsung telah melakukan proses konsep pengolahan sampah 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya konsep 3R  itu  kalau menurut saya kalau  yang organik dibuat
pupuk dan  yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola. mungkin. Sampah  yang tidak dikelola kan nantinya bisa  berbahaya
kalau didiamkan saja akan berdampak banyak bagi masyarakat.
”
30
Seperti  yang dipaparkan oleh  Bapak Mawih  di atas, bahwa konsep 3R  kalau  yang  organik  dibuat  pupuk  dan  yang  non  organik  sudah
menjadi  keuntungan  pengelola,  namun  hal  ini  memang  terjadi,  tetapi tidak  hanya  TPS  saja  yang  bekerja  masyarakatnya  pun  harus  saling
bekerja  sama  dalam  menjaga  lingkungan  dengan  tidak  membuang sampah sembarangan dan melaksanakan konsep pengolahan sampah 3R.
Selanjutnya  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Yedi  yang mengatakan sebagai berikut:
“Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya si ya bagus-bagus aja dan menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga
29
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 24 November 2016.
30
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih  Rabu, 23 November 2016.
masalah  si,  harus  ada  perbaikan  juga  pada  sistemnya,  mungkin masih banyak kendala gatau juga dah. Saya kalau mengolah sampah
seperti  biasa  sampah  saya  kumpulkan,  nanti  ada  petugas  yang ngambilin  setiap  dua  atau  tiga  hari  sekali,  mengenai  mengolah
sampah  kalau  dibiarkan  tidak  kita  kelola  pasti  bisa  berdampak terhadap kesehatan juga.
”
31
Seperti  yang  dikatakan  Bapak  Yedi  di  atas,  bahwa  konsep pengolahan  sampah  sudah  bagus  hanya  sedikit  perlu  perbaikan  pada
sistemnya  saja  namun  Bapak  Yedi  belum  melaksanakan  konsep  3R tersebut dari rumahnya sendiri hanya melihat di TPS 3R Vipa Mas yang
menggunakan konsep 3R. Kemudian  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Muhammad  Sanen
selaku  ketua  RW  04    terkait  konsep  sampah  di  Tangerang  Selatan  dan bahaya sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh masyarakat dan  dari  DKPP  pun  sudah  mensosialisasikannya  kerpada
masyarakat,  untuk  memilah  sampah  dari  rumah  kita  sendiri  Iya menurut  saya  sudah  efektiflah  kira-kira  baru  50  Ya  kalo  saya  si
sediakan  bak  sampah  aja  di  depan  rumah,  nanti  ada  petugas  yang ngangkut  ke  TPS,  apabila  dibiarkan  menumpuk  kan  sampah  juga
akan  berdampak  dari  segi  kesehatan,  udara,  lingkungan.  Yang paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana.
”
32
Berdasarkan  wawancara  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa pengetahuan masyarakat mengenai konsep pengolahan sampah yang ada
di  Kota  Tangerang  Selatan  cukup  baik  dikarenakan  dari  setiap  RW maupun  RT  sering  mengadakan  sosialisasi  terkait  Tempat  Pengolahan
Sampah  Vipa  Mas  dan  sudah  banyak  yang  menjalankan  konsep  3R reduce, reuse, recycle mulai dari rumahnya sendiri.
31
Hasil awancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
32
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
4 Dampak  Adanya  TPS  3R  Vipa  Mas  Terhadap  Lingkungan  Sosial
Ekonomi Masyarakat.
Dampak  adalah  suatu  perubahan  yang  terjadi  sebagai  akibat  suatu aktivitas.
33
Dampak  yang  dapat  ditimbulkan  ada  dua  macam,  ada dampak  langsung  dan  dampak  tak  langsung.  Dampak  langsung  artinya
dapat  langsung  dirasakan  sedangkan  dampak  tak  langsung  yaitu dampaknya dapat dirasakan setelah selang beberapa waktu.
Tempat Pengolahan Sampah 3R reduce, reuse, recycle melakukan kegiatan  di  daerah  Kelurahan  Bambu  Apus  juga  memiliki  dampak
terhadap  masayarakat.  Di  antara  dampak  yang  dirasakan  oleh masyarakat  yang  paling  terasa  yakni  dampak  terhadap  lingkungan,  dan
langsung dirasakan oleh masyarakat sendiri. Dalam  kaitannya  dengan  dampak  adanya  TPS  3R  Vipa  Mas
terhadap  lingkungan  sosial  ekonomi  masyarakat,  Bapak  Imam  Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Sebelum  ini  jadi  TPS  3R  ini  tempat  penampungan  sampah sementara,  sampahnya  pun  hingga  setinggi  hangar  atau  atap  itu,
karena  kita  tidak  kelola  orang-orang  dari  luar  masyarakat  RW  06 buang  kesini  semua  awal  kita  membentuk  TPS  3R  ini  ada  pro  dan
kontra, ya kita dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah ini  tidak  kita  pilah  dari  awal  sampah  rumah  tangganya  kasihan
nantinya  di  TPA  Cipeucang.  Walaupun  pro  dan  kontra  terjadi berkali-kali,  dan  masyarakat  yang  pendidikannya  tinggi  pun  kalau
disekitar  rumahnya  ada  tempat  penampungan  sampah  ini  mereka tidak terima. Dan lingkungan sosial disini pun ada perubahan karena
kan  kita  ada  perkumpulan  bank  sampah,  pengaruhnya  juga  yang tadinya  cuek,  tapi  sekarang  kalau  ada  yang  buang  sampah
sembarang  ada  yang  liat  langsung  di  tegur  oleh  warga.  Mengenai ekonomi  kalau  disini  kan  komplek  yah,  jadi  ya  ekonominya  kelas
menengah. Dampak ekonominya pun ada kebetulan kan disini juga ada  bank  sampahnya,  bank  sampahnya  kebanyakan  dikelola  oleh
rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya itu ekonomi sosialnya jalan.
”
34
33
Jean  Anggraini,  “Dampak  Bank  Sampah  Terhadap  Kesejahteraan  Masyarakat  dan Lingkungan  Studi  Kasus  Bank  Sampah  Cempaka  II  Kelurahan  Pondok  Petir  Rw:09”,  Skripsi,
pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18.
34
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
Peneliti  juga  mewawancarai  Ibu  Ria  dalam  kaitannya  dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial  ekonomi
masyarakat mengatakan sebagai berikut ini: “Dampak terhadap lingkungan disini lebih bersih jadi ga ada bau
sampah,  lebih  rapih  dan  teratur,  karena  kan  sebelum  adanya  TPS 3R  hanya  tempat  pembuangan  sampah  liar  yang  dibuang  sama
orang  yang  bahkan  bukan  masyarakat  sini.  Bahkan  lingkungan sosial  masyarakat  pun  ada  perubahan  ada  si  sebagian  masyarakat
yang mengunjungi TPS 3R, juga perubahan karena memang masih kebanyakan  yang  cuek  dan  kurang  perduli  dengan  sampah  masih
banyak  yang  kurang  peduli,  tapi  ada  juga  yang  sudah  mulai  care sama  lingkungannya  ya  mungkin  bertahaplah  ya,  kalau  kaya  itu
kan  harus  rajin-rajin  dan  cerewet  buat  mengajak  yang  lainnya. Kalau  kondisi  ekonomi  masyarakat  disini  si  rata-rata  sudah
menengah  ke  atas  tetapi  sedikit  berdampak  karena  kan  ada  bank sampah,  ya  emang  ga  seberapa  dari  hasil  sampah  yang
dikumpulkan  dan  ditimbang,  tapi  lumayan  buat  jajan  jajan, ditabung.
”
35
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa  dengan adanya TPS  3R  lingkungan  menjadi  lebih  bersih  dan  teratur,  lingkungan
sosialnya  pun  bahkan  berubah  masyarakat  sering  mengadakan pertemuan membuat sebuah karya di bank sampah, jadi masyarakat pun
lebih  perduli  dengan  lingkungannya.  Dari  segi  ekonominya  juga berdampak  baik  bagi  masyarakat  yang  ikut  dalam  bank  sampah  yang
terbentuk  dari  adanya  TPS  3R  bisa  memilah  sampah  yang  bisa ditimbang  dan  menghasilkan  uang  di  bank  sampah  setiap  dua  minggu
nya. Selanjutnya  peneliti  mewawancarai  ibu  Eka  mengatakan  sebagai
berikut ini: “Mengenai  dampak  terhadap  lingkungan  kalau  disini  lingkungan
menjadi  tertata  yah  dengan  adanya  tempat  pengolahan  sampah, karena  sampah  rumah  tangga  di  angkut  ke  tempat  pengolahan
sampah  bukan  tempat  pembuangan  sampah  karena  ada  3R  nya, disitu  sampah  dibuang  nanti  dipilah,  dipilah-pilah  misalnya  ada
35
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Jum’at, 25 November 2016.
botol,  plastik  nanti  dipilah  uangnya  buat  mereka-mereka  yang milahnya  itu,  insentiflah  buat  mereka  kan  lumayan  juga,  nah
kebetulan  kemarin  itu  kan  mesin  inselator  itu  lagi  diperbaiki  jadi belum ada kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi
dari  lingkungan  hidup  dan  boleh  dibakar,  karena  udah  beberapa bulan  ini  mesin  sedang  diperbaiki  ya  jadi  kelihatankan  sampahnya
jadi  menumpuk  dan  akan  dibuang  ke  TPA  sebelumnya  kita gapernah membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah
sampah-sampah yang ada. Dampaknya mereka senang, karena TPS kita  ini  dibangun  dengan  sedemikian  rupa,  image  mereka  itu  baik
karena  disana  kita  juga  menanam,  tidak  hanya  sampah  saja  disana juga kita menanamkan edukasi buat masyarakat semacam menanam
pepaya, duren, kangkung yang juga boleh diambil oleh masyarakat sekitar TPS 3R. Dampak terhadap lingkungan sosialnya  ya mereka
juga  sering  datang  ke  TPS  3R  dan  melihat  apa  saja  kegiatan- kegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua masyarakat
disekitar  TPS  3R,  jadi  kita  mengenalkan  juga  pada  mereka  bahwa sampah  ini  jangan  dimusuhi.  Disini  si  ekonominya  menengah  ke
atas paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari 8 RT cuma 6 yang aktif
.”
36
Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa dampak adanya TPS 3R  terhadap lingkungan  sosial  ekonomi masyarakat  sangat  baik,  karena
lingkungan menjadi tertata, masyarakat jadi sering berkumpul di TPS 3R saling berbagi ilmu dan sampah juga jangan dimusuhi, dampak ekonomi
terhadap  masyarakat  disekitar  RW  06  ini  hanya  yang  aktif  dalam  bank sampah saja yang sering dilakukan di TPS 3R.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Alhamdulillah dampaknya ada dan baik, mereka kan selama ini ga paham jadi setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga
lingkungan.  Yakan  buangnya  jadi  tidak  sembarangan  lagi  ya  jadi setiap  penimbangan  itu  kan  kita  kumpul  jadi  kita  paham,  ooh  ini
yang  gabisa  di  daur  ulang  ooh  ini  yang  bisa  didaur  ulang  jadi  kan mereka saling memberi dan menambah ilmu pengetahuan satu sama
lainnya. Sikap masyarakat pun menurut saya sekarang malah sangat peduli  lah,  karena  mereka  sudah  tau,  kalau  dulu  kan  mereka  gatau
dan tidak bisa disalahkan. Kondisi ekonomi Alhamdulillah si kalau masyarakat  disini  si  sudah  bagus.  Dampaknya  pun  dirasakan,  kan
mereka  setiap  bulannya  nabung  dari  hasil  sampah-sampah  yang
36
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
ditimbang  setiap  tiga  bulan  sekali  bisa  diambil  atau  enam  bulan sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya kan bertambah.
dan  kalau  yang  punya  warung  itu  akan  lebih  besar  dan  banyak menghasilkan  sampahnya  jadi  timbangannya  pun  besar  hasilnya
tergantung  dari  sampahnya  yang  ditimbang  bisa  10.000  sampai 20.000.
”
37
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa dari adanya TPS 3R  memberikan  dampak  yang  baik  terhadap  lingkungan  sosial  maupun
ekonominya, karena dengan adanya TPS 3R terbentuknya bank sampah yang ada di setiap RW nya dan itu membantu memberikan pengetahuan-
pengetahuan  tentang  sampah,  tentang  cara  memilah  sampah  yang  akan dijual  di  bank  sampah,  intearaksi  masyarakat  meningkat  dengan  saling
bertukar  pengetahuan  tentang  sampah,  hasil  dari  pengumpulan sampahnya  dijual  di  bank  sampah  bisa  menghasilkan  uang  sekitar
10.000-20.000  per  bulannya  tergantung  banyaknya  sampah  yang ditimbang.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW  07  terkait  dampak  adanya  TPS  3R  Vipa  Mas  terhadap  lingkungan
sosial ekonomi masyarakat sebagai berikut: “Sebelum  adanya  jadi  TPS  3R  masyarakat  masih  suka  buang
sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP dan  dibuang  ke  TPA  Cipeucang,  tetapi  setelah  adanya  TPS  3R  ini
salah  satu  program  DKPP  kami  masyarakat  langsung  bekerjasama dan sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut
sampah-sampah  ke  TPS  3R  untuk  di  olah  dengan  cara  3R  itu.  Ya ada karena ada TPS 3R ini  di RW sini juga jadi ada bank sampah,
nah  dari  bank  sampah  ini  banyak  warga  atau  masyarakat  yang sering  mengunjungi  bank  sampah,  juga  bertukar  informasi  tentang
sampah.  Interaksi  masyarakat  pun  mengalami  perubahan  tapi kebanyak ibu-ibunya si kalau bapak-bapaknya masih kurang, karena
kan  yang  lebih  banyak  aktif  di  bank  sampah  itu  ibu-ibu.  Tingkat ekonomi masyarakat disini kebanyakan pegawai negeri disini, rata-
rata sudah pensiun.
”
38
37
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
38
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
Seperti  yang  dipaparkan  Bapa  Hery  di  atas,  bahwa  TPS  3R memberikan  dampak  yang  baik,  lingkungan  sosial  masyarakat
mengalami  perubahan  dengan  terbentuknya  bank  sampah  yang  setiap dua  minggunya  mengadakan  penimbangan  barang-barang  yang  telah
dipilah untuk dijual. Bahkan TPS 3R tidak berdampak terhadap ekonomi di masyarakat RW 07, kecuali ibu-ibu yang aktif di bank sampah.
Sementara  itu  peneliti  juga  mewawancarai  Ibu  Hafni  selaku  ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Alhamdulillah  meminimalkan  tumpukan  sampah  di  bak  sampah masing-masing rumah lingkungan jadi bersih.  Alhamdulillah kalau
disini ekonominya sudah menengah ke atas, kalau dampak ekonomi bagi  pengolah  langsung  sampah  di  TPS  3R  tentu  ada  perubahan
kesehatan baik.
”
39
Seperti  yang  dipaparkan  Ibu  Hafni  di  atas,  bahwa  adanya  TPS  3R ini  berdampak  baik,  tumpukan  sampah  tidak  selalu  menumpuk  lagi,
lingkungan  menjadi  bersih.  Dan  dari  segi  ekonomi  di  RW  07 ini  sudah menengah  ke  atas  semua,  jadi  tidak  ada  dampak  ekonomi  dari  TPS  3R
terhadap masyarakat di RW 07. Kemudian  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Mawih  selaku  salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya  masyarakat  jadi  mulai  mengerti  cara  memilah  sampah  dan
perduli  dengan  lingkungan,  dengan  tidak  membuang  sampah  pada tempatnya, karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait
3R. Sikap masyarakat  ya ada berubah ada juga  yang engga, karena memang  mengubah  pemikiran  masyarakat  dalam  menjaga
lingkungan ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu. Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan pertemuan
untuk  membahas  lingkungan  kita  ini  khususnya  sampah  dengan mengadakan  kerja  bakti.  Kondisi  eonomi  disini  ga  merata  yah  ada
yang  berkecukupan  dan  ada  juga  yang  tidak,  katakan  menengah kebawah juga tidak.
”
40
39
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis 24 November 2016.
40
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
Sepeti yang telah dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa TPS 3R  memberikan  dampak  positif  dikarenakan  masyarakat  jadi  mengerti
cara  memilah  sampah,  sikap  masyarakat  pun  berubah  dengan  selalu menjaga  lingkungan  disekitarnya.  Dan  dari  segi  ekonomi  pun  tidak
berdampak pada masyarakat di RW 04. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait dampak
adanya  TPS  3R  Vipa  Mas  terhadap  lingkungan  sosial  ekonomi masyarakat yang dipaparkan sebagai berikut:
“Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baik-baik saja  tapi  pernah  ada  juga  yang  bilang  ke  saya  terganggu  dengan
adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu, apalagi  kalau  lagi  ada  angin  yang  mengarah  kesini  selama  ini  si
kalau  disini  masyarakat  masih  belum  perduli  juga,  tapi  sambil berjalan  kita  masih  berusaha  untuk  masyarakat  membuang  sampah
di  tempat  yang  sudah  disediakan  jadi  masyarakat  disini  masih kurang  perduli dengan lingkungan, karena masih ada lahan kosong
yang bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah. Kondisi ekonomi disini menengah keatas si.
”
41
Seperti  yang  dipaparkan  Bapak  Yedi  di  atas,  bahwa  dampak  TPS 3R  terhadap  lingkungan  disekitar  RW  06  ini  baik-baik  saja,  namun
pernah  juga  ada  yang  bilang  terganggu  karena  asap  yang  ditimbulkan dari  pembakaran  sampah  menggunakan  mesin,  juga  masyarakat  masih
kurang perduli terhadap sampah masih banyak yang membuang sampah sembarangan  dikarenakan  masih  banyaknya  lahan  kosong  yang
dipergunakan  untuk  membuang  sampah.  Ini  merupakan  suatu  hal  yang bisa  menyebabkan  adanya  penumpukan-penumpukan  sampah  di
sembarang  tempat-tempat  kosong  dan  akan  mengakibatkan  masyarakat yang lainnya juga mengikuti dengan membuang sampah di lahan kosong
tersebut, hal itu juga bisa mengganggu lingkungan dengan adanya aroma bau dari sampah tersebut.
Kemudian  peneliti  juga  mewawancarai  Bapak  Muhammad  Sanen selaku ketua RW 04  yang dipaparkan sebagai berikut:
41
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
“Alhamdulillah tertata rapih Ya saya juga pernah denger complain dari  warga  Vipa  Mas  itu  katanya  cerobong  asap  mesin  yang
digunakan  untuk  pembakaran  kurang  tinggi.  Lingkungan  sosialnya pun  berjalan  baik  sering  diadakannya  forum  RW  untuk  membahas
tentang  lingkungan  khususnya  sampah  dan  jadi  leih  rutin mengadakan
gotong royongnya.
Ekonomi disini
karena perkampungan  ya  jadi  ga  rata  ada  yang  mampu,  dan  menengah  ke
atas juga ada. ”
42
Berdasarkan  wawancara  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa menurut  masyarakat  banyak  dampak  positif  yang  ditimbulkan  dengan
adanya  TPS  3R  Vipa  Mas  ini,  lingkungan  tertata  dengan  rapi,  sampah- sampah tidak ada  yang  menumpuk di  sekitar rumah, terbentuknya bank
sampah  disetiap  RW,  adanya  kegiatan  gotong-royong  yang  rutin masyarakat  menjadi  peduli  lingkungan,  mayarakat  jadi  mengetahui
bahwa  sampah  juga  bisa  menghasilkan  uang.  Tetapi  disamping  semua itu  pun  juga  ada  yang  merasa  terganggu  atau  pernah  ada  masyarakat
yang  mengeluhkan  mengenai  cerobong  asap  dari  mesin  pencacah sampah  yang  kurang  tinggi  yang  mengakibatkan  terganggunya
pernapasan masyarakat.
                