4. Dikeluarkan dari sekolah.
50
Dalam pengololaan pelajaran kedisiplinan seorang siswa terhadap peraturan atau tata tertib merupakan suatu masalah yang sangat penting, yang harus ditanamkan
lebih awal tentang kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang telah ditentukan. Proses belajar mengajar di sekolah serta tujuan yang diinginkan akan sulit
tercapai secara maksimal tanpa adanya ketaatan akan peraturan kedisiplinan , sehingga kedisiplinan sangatlah penting dimiliki bagi setiap individu.
D. Pengaruh Ibadah Shalat terhadap Kedisiplinan Siswa
Dalam Al Qur‟an surat Al Ankabut ayat 45 dijelaskan ’’Sesungguhnya shalat
dapat mencegah dari perb
uatan keji dan munkar’’. Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al Mishbah diterangkan bahwa kata al-
fahsya‟ keji adalah sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan dan kekejian, baik ucapan maupun
perbuatan. Sedangkan kata al-munkar adalah segala sesuatu yang melanggar norma- norma agama dan budaya atau adat istiadat suatu masyarakat.
51
Sebagaimana kajian sebelumnya tentang kedisiplinan yang berkaitan erat dengan tata tertib, dan tata tertib itu sendiri merupakan sebuah norma atau aturan
yang berlaku di sebuah lembaga yang harus ditaati oleh anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Maka penulis berkesimpulan bahwa siapa yang telah melanggar
50
Hadari Nawawi,
Op. Cit
, h. 207
51
M. Quraish Shihab,
Tafsir Al
Mishbah, Pesan Kesan Dan Keserasian Al Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 507
peraturan atau tata tertib yang berlaku, maka ia termasuk telah melakukan perbuatan munkar.
Oleh karena dengan mengamalkan shalat maka pelakunya akan mampu terhindar dari perbuatan munkar yaitu pelanggaran terhadap aturan yang berlaku
sehingga ia akan melaksanakan aturan itu sesuai yang diinginkan yang pada akhirya membentuk pribadi-pribadi yang berjiwa disiplin.
Selain itu ibadah shalat merupakan sebuah bentuk peribadatan yang mempunyai banyak hikmah. Mengerjakannya secara teratur menyebabkan seorang
muslim selama siang dan malam mengingat relasinya dengan sang pencipta. Hal ini membuatnya tak pernah lupa bahwa ia adalah seorang hamba dan untuk mematuhi
segala apa yang diperintahkanNya. Sebagaimana yang dikatakan Mahmud Syaltud :
‟‟Dengan shalat lima waktu, seseorang muslim mengingat Tuhannya dalam masa yang berurutan pada siang dan malam hari. Dan dengan shalat ini pula ia
mengulang kehadiranNya di hadapan Tuhan, serta menghidupkan ingatan di dalam jiwa dan hatinya terhadap keagungan Tuhan. Maka iapun akan
senantiasa mematuhi segala perintahNya dan menjahui segala laranganNya.
52
Menurut Suzanne Haneef, menyatakan pula bahwa : ‟‟Membungkuk, sujud dan sujud, yang diulang-ulang dan jumlah tertentu
pada setiap shalat, seorang muslim mengekspresikan penyerahan diri, kerendahan hati, dan melalui gerakan-gerakan tubuh dalam shalat, yang terdiri
atas gerakan berdiri, kekaguman dengan seluruh keberadaannya kepada Allah
52
Mahmud Syaltud, Islam,
Aqidah Dan Syariah
, Jakarta: Pusta Amani, 1986, h. 114
SWT Yang Maha Agung. Kesadaran akan diri sebagai ciptaanNya dan mendorong unuk mengekspresikan
dalam bentuk fisik maupun verbal.‟‟
53
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa melalui shalat kita akan
selalu mengingat kepada Allah SWT mulai sejak pagi, siang, malam, hingga pagi lagi. Hal ini kemudian direalisasikan melalui sikap tunduk, patuh dan berendah diri,
memuji serta mengagungkannyaNya dengan penuh ketekunana dan kesadasan yang pada akhirnya bagi yang menjalankannya akan mampu terhindar dari segala
perbuatan keji dan kemungkaran. Agar ibadah shalat ini dapat tertanam dalam diri setiap muslim dan
menjadikannya suatu kebiasan serta kebutuhan untuk selalu menjalankannya, maka ibadah ini harus dimulai dan dibiasakan sejak usia dini. Dijelaskan menurut Zakiah
Daradjat : ‟‟Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang,
do‟a membaca Al Qur‟an, sembahyang jama‟ah di sekolah atau di langgar
harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut‟‟.
54
Adapun hikmah ibadah shalat adalah bahwa ibadah shalat yang dilaksanakan
seseorang akan memberikan dampak positif bagi yang melaksanakan. Dampak tersebut adalah terjalinnya hubungan yang kuat dan sangat dekat antara seorang
hamba dengan Allah SWT, yang membawa kenikmatan dan ketenangan.
53
Suzanne Haneef,
Islam Dan Muslim
, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996, h. 91
54
Zakiah Daradjat
, Ilmu Jiwa Agama
, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, h. 75
Jika dikaitkan dengan pendidikan khususnya kedisiplinan siswa, maka pengamalan ibadah shalat akan memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan belajar
siswa, karena sikap taat jujur, sungguh-sungguh, serta ketetapan shalat pada waktunya, yang menjadi bagian dari kepribadian orang yang shalat akan mendorong
untuk selalu aktif, rajin dan disiplin diri dalam proses pendidikannya. Menurut Ary Ginanjar Agustian, mengemukakan :
Shalat adalah sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan, waktu telah ditentukan dengan pasti sehingga orang yang mampu melakukan shalat secara
disiplin yang tinggi. Kemampuan untuk melakukan shalat tepat waktu, adalah sebuah jaminan bahwa orang tersebut disamping bisa dipercaya juga memiliki
kesadaran akan arti penting sebuah waktu yang harus ditepati.
55
Dari pendapat di atas, semakin jelas bahwa shalat yang dilakukan dengan rajin, teratur, serta berjama‟ah akan membentuk pribadi yang berdisiplin tinggi yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
55
Ary Ginanjar Agustian,
Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam,
Jakarta: Arga, 2001, h. 212
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Suatu penelitian akan dikatakan baik apabila memakai metode atau cara-cara tertentu yang tepat, sebab dengan dipakainya metode yang tepat maka penelitian yang
dilaksanakan itu akan terarah pada tujuan yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dimana peneliti bertujuan
untuk mendeskripsikan suatu hal seperti adanya, dengan data kuantitatif atau data yang dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus statistic sesuai dengan
permasalahan yang telah diajukan.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang dilihat yaitu : a.
Variabel bebas
independent variabel
“Kondisi yang mempengaruhi munculnya gejala”. Sesuai dengan pendapat tersebut maka yang menjadi
variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah pengamlan ibadah siswa. b.
Variabel terikat
dependen variabel
“segala bentuk peristiwa atau gejala yang muncul sehubungan percobaan”.
56
Sesuai dengan pendapat tersebut maka dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kedisiplinan siswa.
56
Muhammad Ali,
Penelitian Prosedur dan strategi
, Bandung: Angkasa, 1987, h. 131.