Aktivitas Enzim Hasil Biosolubilisasi Batubara

46

4.3. Aktivitas Enzim Hasil Biosolubilisasi Batubara

Nilai absorbansi aktivitas enzim yang didapatkan dari hasil biosolubilisasi oleh kapang Penicillium sp. mengalami kenaikan ataupun penurunan nilai yang berfluktuatif antara tiap varian dosis. Nilai absorbansi aktivitas enzim yang di dapatkan dari hasil solubilisasi dengan hari ke-7, 14, 21, dan 28 inkubasi menunjukkan nilai yang lebih tinggi aktivitas enzimnya jika dibandingkan dengan hari ke-0 Gambar 12. Aktivitas enzim tertinggi terjadi pada dosis 20 kGy dengan inkubasi 14 hari. Kenaikan terjadi lebih besar bila dibandingkan dengan dosis yang lainnya yaitu dengan nilai absorbansi sebesar 0,068. Pada hari ke-7 inkubasi aktivitas enzim mengalami kenaikan absorbansinya dibandingkan hari ke-0. Hal tersebut dapat terlihat pada seluruh varian dosis. Kenaikan absorbansi aktivitas enzim tersebut terlihat pada dosis 10 kGy hari ke-7. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai aktivitas enzim antara tiap dosis iradiasi tidak signifikan nilai probabilitas 0,05 Lampiran 4. Peningkatan yang terjadi setelah hari inkubasi ke-0 kemungkinan merupakan akibat dari penambahan buffer pada reaksi aktivitas enzim. Menurut Mustikasari 2009, perubahan pH medium mempengaruhi aktivitas enzim. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pH yang terlalu asam akan menyebabkan aktivitas enzim menurun, karena enzim dapat mengalami kerusakan. Jika dilihat pada nilai pH yang dihasilkan dari fermentasi kapang Penicillium sp., pH cenderung asam dengan kisaran 2,65-3,57 Gambar 11, maka penambahan buffer perlu dilakukan pada uji analisis aktivitas enzim. 47 Pada nilai absorbansi aktivitas enzim terjadi penurunan dan kenaikan yang berfluktuatif Gambar 12. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laborda et al. 1999, batubara mempunyai struktur yang kompleks dan heterogen yang tidak diduga sehingga enzimnya pun berbeda-beda dari mikroba. Kemampuan Penicillium sp. dalam mendegradasi batubara disebabkan oleh perbedaan sistem enzim yang dimiliki oleh kapang. Penicillium sp. selain menghasilkan enzim ligninolitik ekstraseluler juga menghasilkan enzim intraseluler yang merupakan kofaktor penting untuk ligninolisis oleh enzim lignin peroksidase Indahwati, 2009. Gambar 12. Absorbansi Aktivitas Enzim Hasil Biosolubilisasi Batubara Pada Dosis Yang Berbeda Pada dosis 20 kGy nilai absorbansi aktivitas enzim tertinggi berada pada puncak hari ke-14 inkubasi Gambar 12. Aktivitas enzim yang meningkat menandakan meningkatnya jumlah FDA terhidrolisis. Terhidrolisisnya FDA dapat dilihat pada panjang gelombang 490 nm yang menunjukkan jumlah enzim ekstraseluler seperti lipase, protease, dan esterase yang dihasilkan oleh kapang 48 Breeuwer, 1996. Bila jumlah kapang banyak, maka enzim yang dihasilkan akan banyak. Jika dilihat kurva nilai absorbansi aktivitas enzim tersebut berkorelasi dengan pertumbuhan kapang dan perkembangbiakan sel kapang. Pada dosis 20 kGy tersebut menunjukkan bahwa kapang Penicillium sp. kemungkinan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan enzim ektraseluler yang mampu mendegradasi batubara. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang diekskresikan oleh kapang ke luar tubuhnya untuk mendegradasi substrat batubara. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Faison et al. 1989, enzim ekstraseluler akan menghasilkan medium yang lebih gelap selama proses kultur cair atau cairan gelap pada permukaan batubara ketika ditumbuhkan pada permukaan kultur agar. Enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh kapang Penicillium sp. diantaranya adalah enzim laccase Lac dan peroksidase yang terdiri dari lignin peroksidase LiP dan mangan peroksidase MnP. Ketiga enzim tersebut bertanggung jawab terhadap pemecahan awal polimer lignin dan menghasilkan produk dengan berat molekul rendah, larut dalam air dan CO 2 Kuraesin et al., 2009. Meningkat atau menurunnya aktivitas enzim sejalan dengan hasil dari solubilisasi yang dapat dilihat pada nilai absorbansinya Gambar 13, maka dari hal itu aktivitas enzim berperan penting dalam mendegradasi batubara sehingga batubara dapat larut dalam medium. Menurut Faison et al. 1989 menyatakan solubilisasi batubara oleh jamur melalui proses ekstraselulernya akan menghasilkan medium yang lebih gelap dan keruh yang mengandung senyawa terlarut didalam medium sehingga nilai absorbansi aktivitas enzim semakin tinggi. 49

4.4. Absorbansi Solubilisasi Pada Panjang Gelombang 250 nm dan 450 nm