Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak bumi merupakan Sumber Daya Alam SDA yang tidak dapat diperbaharui, sedangkan kebutuhan manusia terhadap sumber daya energi akan terus mengalami peningkatan seiring dengan berkembang pesatnya sektor industri, transportasi dan perumahan. Telah diketahui bahwa tingkat produksi minyak bumi di Indonesia sebesar 390 juta ton per tahun. Diperkirakan produksinya hanya dapat bertahan dalam 11 tahun ke depan saja Beyond Petroleum, 2006. Menurut laporan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2008, potensi sumber daya batubara di Indonesia pada akhir tahun 2008 sebanyak 105 miliar ton. Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Sumatera dengan kualitas yang rendah yaitu seperti lignit batubara muda dan subbituminus. Oleh karena itu, batubara merupakan sumber energi pilihan yang dapat menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar utama. Minyak bumi dan batubara memiliki kesamaan yaitu mengandung senyawa karbon Sebayang et al., 2008. Salah satu usaha alternatif yang dilakukan adalah mengolah batubara padat menjadi bahan bakar cair BBC. Beberapa teknologi telah dilakukan untuk mengolah batubara menjadi energi alternatif, dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi pencairan dan gasifikasi penyubliman batubara Calvin, 2007. Pada umumnya metode yang digunakan dalam proses pencairan 2 batubara adalah dengan metode kimia dan fisika Natural Resources Defense Council, 2007. Berdasarkan data statistik energi dunia, pengolahan batubara dengan metode tersebut menghasilkan 40 dari total emisi gas rumah kaca dunia. International Energy Agency, 2006. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu teknologi pengolahan batubara menjadi energi alternatif dengan meminimalisasi emisi gas rumah kaca. Metode yang bisa dikembangkan dalam pencairan liquifikasi batubara adalah penggunaan mikroorganisme. Istilah tersebut dikenal dengan biosolubilisasi. Beberapa jenis fungi yang mampu mengubah batubara padat menjadi produk cair yang lebih ekonomis karena tidak membutuhkan tekanan dan temperatur yang tinggi, serta lebih ramah lingkungan. Cara yang digunakan dalam biosolubilisasi ini adalah dengan memanfaatkan jamur indigenous. Sejumlah strain jamur diketahui berinteraksi dengan batubara kualitas rendah, melalui proses ekstraselular untuk menghasilkan medium yang lebih gelap selama proses kultur Cohen et al., 1990 . Menurut Kuraesin et al. 2009, kapang Penicillium sp. merupakan salah satu kapang terseleksi yang dapat mencairkan batubara. Hasil yang didapatkan dalam penelitiannya adalah nilai absorbansi batubara yang terlarut berbanding terbalik dengan pH, jika pH menurun maka nilai absorbansi mengalami kenaikan. Kapang Penicillium sp. memiliki kemampuan untuk mendegradasi batubara karena aktivitas enzim lignoselulasenya Cohen et al., 1990. Enzim tersebut mampu mendegradasi polimer organik yang berasal dari karbohidrat dan lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang menyusun 3 batubara Hatakka, 2001. Pemanfaatan kapang Penicillium sp. akan memudahkan saat pengaplikasian, karena kapang tersebut secara alami telah teradaptasi dengan substrat batubara. Dalam penelitian ini digunakan pemanfaatan teknik nuklir yaitu iradiasi gamma untuk meningkatkan solubilisasi. Iradiasi gamma merupakan sebuah bentuk iradiasi pengion yang lebih menembus ke dalam suatu substrat daripada iradiasi alfa atau beta. Tujuan iradiasi adalah untuk membantu memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana Rahayu et al., 2009, sehingga diharapkan hasil solubilisasi batubara menjadi lebih sempurna. Dosis iradiasi gamma yang dipakai dalam penelitian ini adalah dosis 0 kGy, 5 kGy, 10 kGy, dan 20 kGy. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Selvi et al. 2006, menggunakan dosis 20 kGy dengan hasil bahwa dosis tersebut dapat mempercepat degradasi produk biosolubilisasi batubara. Akan tetapi, diantara dosis iradiasi gamma yang dipakai dalam penelitian ini belum diketahui dosis mana yang paling optimal untuk biosolubilisasi batubara. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dosis yang terbaik dari iradiasi gamma dalam pencairan batubara. Diharapkan hasil produk biosolubilisasi batubara ini dapat memperoleh metode produksi batubara yang mampu mendegradasi batubara untuk menghasilkan senyawa yang berpotensi sebagai bahan bakar serta dapat meningkatkan kualitas batubara. 4

1.2. Perumusan Masalah