Persaingan Politik dan Kampanye Partai

pemimpin dan yang lain silahkan “membebek”. Inilah citra diri masyarakat yang hendak disampaikan SGA. Menggambarkan keterpasungan pers SGA menyebut tiada lagi berita yang bisa dibaca di koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Banyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan.koran, koran telah menjadi kertas, bukan media Kematian Paman Gober, ITPM: 6.” Pembredelan media ini tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa. Para pengusaha yang memiliki modal dan akses dengan penguasa o\pun dapat dengan “seenak perutnya” menuduh sebuah media memancing rakyat bertindak subversif. “Kamu tidak akan membredelnya kan hanya karena membuat Sari tidak bisa tidurkan?” Suaminya hanya mendengus. Ia mendengus. Ia menyingkap gorden, melihat rembulan yang terang di atas pohon palem. Dongeng Sebelum Tidur, ITPM: 23

d. Persaingan Politik dan Kampanye Partai

Membaca cerpen “Sembilan Semar” dalam kumpulan cerpen ini membawa ingatan pada demam Semar dan kampanye Pemilu tahun 1996. Dalam cerpen ini dikisahkan tentang kehadiran yang muncul tiba-tiba di berbagai sudut kota. Anak-anak buahnya melaporkan. Laporan ini membuat sang komandan aparat keamanan di Jakarta ini bingung. Delapan semar muncul secara bersamaan. Semar yang pertama kali muncul adalah Semar Putih di bundaran Hotel Indonesia. Ia marah-marah, tangannya menuding ke angkasa. Komandan menjadi ketakutan, karena semar yang marah adalah petaka. Lalu Semar Merah muncul di Patung Pizza, ia menari-nari menirukan tarian perang orang Indian. Semar Hijau menyusul kemudian. Ia muncul di dekat Patung Diponegoro, bertapa Universitas Sumatera Utara dalam kerumunan orang banyak. Semar Hitam menggemparkan dengan aksi bungee jumping di Patung Pemuda Menuding. Kemunculan Semar Kuning membuat heboh di jalan tol, ia main skate board di atas kap mobil-mobil yang macet sepanjang jalan tol. Semar ungu melakukan aksi duduk di tangga Gedung Dewan perwakilan Rakyat. Semar oranye tiba-tiba muncul di layar tv, ia berada di antara pemain basket NBA, merebut bola dari Michael Jordan maupun Shaquille O’Neal, melakukan slam dunk sampai seratus kali di ring kedua tim. Kemunculan Semar-Semar ini menimbulkan tanda tanya bagi komandan. Apakah ini hanya sebuah provokasi pihak-pihak tertentu atau benarkan Semar-Semar itu adalah Semar asli. Kalau memang asli, apakah mungkin Semar asli berjumlah delapan orang. Menentukan mana yang asli pun membuatnya bingung, orang-orang terlanjur percaya keaslian semua Semar itu. Lagi pula kedatangan Semar ke dunia nyata adalah peristiwa besar. Tentu ada hal-hal penting perlu segera diselesaikan Semar. Klimaksnya, dalam kebingungannya, komandan diperhadapkan kenyataan sulit, ia telah berubah menjadi Semar Fiberglass. “Lapor komandan Ada Semar di Patung pizza.” “Lho Semar lagi? Maksud kamu di bundaran Hotel Indonesia?” Sembilan Semar, ITPM:29 “Merah Di Ha-I Semarnya putih” “Di sana yang gadungan, Komandan Ini betul-betul Semar merah yang asli” “Semar merah, Semar putih Mana yang asli? Sembilan Semar, ITPM:31 “Laporan Semar hijau di Patung Diponegoro dikerumuni orang banyak. Apakah yang harus saya lakukan? Sembilan Semar, ITPM:34 “Sudah tiga Semar yang muncul hari ini. Semar putih, Semar Merah, dan Semar hijau. Apakah maknanya? Semar-semar ini ketiga-tiganya Universitas Sumatera Utara lebih meyakinkan sebagai Semar. Bisa saja ketiga-tiganya Semar asli. Apalah yang tidak mungkin bagi Semar bukan?” Sembilan Semar, ITPM:35 “Semar hitam, Komandan Semar hitam muncul di Patung Pemuda Menuding.” Sembilan Semar, ITPM:36 “Semar putih mengacungkan telunjuknya ke angkasa dengan bibir bergetar menahan amarah di bundaran Hotel Indonesia. Semar merah berputar-putar menarikan tari perang orang indian di Patung Pizza. Semar hijau bertapa dikerumuni orang banyak di Patung Diponegoro. Semar Hitam menggemparkan dengan ataraksi bungge jumping di Patung Pemuda Menuding.” Sembilan Semar, ITPM:37 “Semar kuning main skate board di atas kap mobil-mobil yang macet sepanjang jalan tol. Semar ungu melakuakan aksi duduk di tangga Gedung Dewan perwakilan Rakyat. Semar oranye tiba-tiba muncul di layar tv, ia berada di antara pemain basket NBA, merebut bola dari Michael Jordan maupun Shaquille O’Neal, melakukan slam dunk sampai seratus kali di ring kedua tim.” Sembilan Semar, ITPM:38 “Hari ini delapan semar datang ke Jakarta, tulis Komandan itu dalam catatan hariannya, aku sudah berlatih untuk menghadapi setiap kejutan, tapi tidak kejutan seperti ini. Sayang sekali, foto-foto yang dibuat para wartawan tidak ada yang jadi. Sampai sekarang aku tidak tahu, Semar itu sebenarnya betul-betul ada atau tidak.” Sembilan Semar, ITPM:41 Kehadiran sosok Semar dalam cerpen ini mengingatkan kita akan demam Semar dan kampanye partai di tahun 1996. Pada masa itu partai-partai politik dengan label msing-masing berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat. Memberikan janji-janji dan berbagai aksi kampanye untuk menarik simpati. Persaingan politik dan kampanye partai ini dikemas menampilkan Semar sebagai wakil partai politik tersebut. Semua partai politik megaku sebagai Semar asli. Semar, tokoh dalam dunia pewayangan. Semar Badranaya adalah tokoh punakawan yang dalam wayang JawaSunda memiliki peran yang lebih utama ketimbang wayang babon wayang dengan tokoh asli India. Merupakan Jelmaan dari Bambang Ismaya anak tertua dari Sang Hyang Tunggal. Universitas Sumatera Utara Ketiga putra Sang Hyang Tunggal, termasuk Bambang Ismaya, nama lain Semar, melakukan perlombaan menelan gunung. Bambang Ismaya kemudian berusaha untuk menelan sebuah gunung dan berhasil akan tetapi sesuatu yang sudah ditelan pasti akan berubah dan ia tidak dapat memuntahkannya kembali sehingga terjadi perubahan fisik pada perutnya yang membesar. Secara ilmu memadai akan tetapi kurang untuk memuntahkannya kembali. Karena menelan gunung inilah maka bentuk Semar menjadi besar, gemuk dan bundar. Proporsi tubuhnya sedemikian rupa sehingga nampak sebagai orang cebol. Karena termakan hasutan dan tidak dapat menguasai diri, semar Bambang Ismaya diturunkan ke bumi dan berganti nama menjadi Semar. Semar Badranaya adalah tokoh Lurah dari desa Karang Tumaritis yang merupakan bagian dari Kerajaan Amarta dibawah pimpinan Yudistira. Meskipun peranannya adalah Lurah namun sering dimintai bantuan oleh Pandawa dan Ksatria anak-anaknya bahkan oleh Batara Kresna sendiri bila terjadi kesulitan. Semar dikenal sebagai tokoh yang sangat hebat. Menurut mitos kehebatannya tidak terbatas dan sangat bijaksana. Ia seorang penasehat yang bijak. Kehebatan lainnya adalah memiliki Wahyu Tejamaya, kesaktian yang sangat diperebutkan oleh Pandawa maupun Kurawa atau siapa saja yang hendak memimpin alam ini, sebaiknya menguasai Wahyu Tejamaya ini. Menurut mitos karena Semar telah menelan gunung maka ada yang menganggap bahwa Semar merupakan lambang dari alam semesta. Semar dianggap sama dengan akal budi atau Ratu Adil. Meskipun peranan Semar sebagai pembantu, perbuatannya menunjukkan bahwa ia adalah tokoh utama atau pokok. Ia bukanlah tokoh marjinal yang tak berarti. Kesederhanaan -pada Universitas Sumatera Utara umumnya orang Jawa menganggap sebagai tanda penguasaan diri dan lingkungan serta hawa nafsu-pada Semar menjadikannya tokoh bijaksana. Walaupun sebagai tokoh yang tertua namun Semar tidak ingin memegang nafsu kekuasaan duniawi. Tokoh Semar sebagai ratu adil menggambarkan kehadiran partai-partai politik dalam kampanyenya yang mengklaim diri sebagai Semar asli, ratu adil yang akan membawa perubahan. Ratu adil yang dinanti-nanti. Apalagi masyarakat telah lama menantikan kehadiran Sang Ratu Adil setelah sekian lama berada di bawah pemerintahan yang otoriter. Semar yang aneka warna ini seperti warna-warna yang diusung partai- partai politik tersebut. Merah, kuning, putih, hitam, dan sebagainya. Orang-orang juga sulit membedakan manakah partai politik yang benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat, karena semua punya janji-janji baik, semua mengklaim diri sebagai Semar asli. Program-program yang mengutamakan kepentingan rakyat, keputusan-keputusan bijak yang akan diambil untuk kesejahteraan orang banyak. Rakyat pun yakin semuanya adalah Semar asli, tergantung apa yang mereka lihat dan dengar. Awalnya orang-orang tidak percaya Semar benar-benar ada di dunia nyata, tetapi harapan yang disampaikan membuat rakyat menjadi percaya. Mungkin kehadiran “Semar” dapat membawa perubahan. Walaupun pada akhirnya tidak kelihatan jejaknya, tidak ada foto Semar yang berhasil dicetak. Apakah kehadiran “Semar-Semar” ini dapat memperbaiki suasana atau malah memperburuk keadaan? Tidak ada yang tahu pasti. “Siapakah yang percaya Semar itu benar-benar ada? Di dunia ini adakah satu orang saja yang percaya betapa manusia yang buruk rupa, membosankan, dan mulutnya berbusa dengan petuah itu sebenarnya ada –cuma saja dia bersembunyi entah di mana? Semar memang ada Universitas Sumatera Utara gambarnya. Ada wayang kulitnya. Ada pula pemain wayang orang yang memerankannya. Semar itu seolah-olah memang ada, jadi nama toko emas, cap batik, merek kecap, trade mark kaos oblong murahan, dan entah apa lagi –tapi apakah ada orang yang percaya Semar itu sebenarnya memang berada di dekat-dekat kita saja? Tidak seorang pun di muka bumi ini bahkan pernah bermimpi, bahwa Semar benar-benar ada. Sampai dia muncul di tengah orang banyak di jalanan itu, mengacungkan telunjuknya yang bergetar ke langit, dan mengeluarkan suara. “Oladalah, lae, lae…” Sembilan Semar, ITPM:25 “Tapi Semar belum mengucapkan apa-apa. Bibirnya bergetar menahan perasaan, orang-orang menunggu. Jika semar sempat muncul di dunia nyata, pasti ada peristiwa yangluar biasa. Sudah berabad-abad ia bersembunyi saja entah di sudut bumi yang mana. Entah ia tidur di mana, entah di mana ia makan. Entah di mana ia menjalani hidupnya sebagai Semar. Apakah dia diam-diam menonton wayang kulit dari balik kegelapan? Apakah ia berada di deret palaing belakang ketika Semar muncul hanya untuk diejek-ejek oleh anak-anaknya, Gareng, Petruk, Bagong, dalam babak Goro-goro yang merupakan ajang punakawan mengugat keadaan?” Sembilan Semar, ITPM:27 “Bila kebenaran berada dalam bahaya, itulah saat Semar untuk muncul mengembalikan kedamaian dunia. Namun apabila ia muncul sekarang, apakah yang akan diluruskannya? Jangan-jangan ia tidak mengerti. Jangan-jangan ia tidak mengikuti perkembangan. Jangan-jangan selama ini ia tidur saja berpuluh-puluh tahun seperti Kumbakarna. Siapa tahu ia tidak tahu bagian bumi yang satu ini baik-baik saja. Sungguh-sungguh aman, gemah ripah loh jinawi tata tentrem kata raharjo. Yaeh… wel, wel, wel, wel –apalah yang akan dilakukan Semar? Jangan-jangan ia hanya akan mengacau saja. Banyak orang sudah senang dengan keadaan sekarang. Saudah banyak keuntungan. Seorang Semar yang datang memberi peringatan hanya akan mengacaukan ketenangan “ Sembilan Semar, ITPM:28 Komandan, aparat keamanan, berasal dari militer pun telah berubah menjadi semar fiberglass. Semar yang semu. Mendekati akhir dari dwifungsi ABRI di Indonesia. Komandan itu tidak bisa mempercayai matanya. “Aku? Aku sudah menjadi Semar fiberglass?” Sembilan Semar, ITPM:41

e. Masyarakat Menantikan Perubahan