yang terus menerus dirujuk olek teks atau menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu wacana.
Dalam leksia ini terdapat suatu ajaran atau nilai kebudayaan yang berkembang diasyarakat pada leksia ini kalimat yang menunjukkan adanya kode
gnomic kultural yaitu “…..semakin kueratkan dekapan agar jiwaku puas…..” Pada potongan kallimat tersebut mengandung makna bahwa budaya
yang berkembang dalam masyarakat bila terkait seseorang tengah merindukan seseorang yang lama tak ditemuinya, dan ketika itu seseorang tersebut akhirnya
datang,hal yang identik dilakukan adalah berpelukan erat, dan tak menginginkan pasangannya tersebut pergi jauh lagi meninggalkannya. Hal ini biasa dilakukan
oleh pasangan yang berlainan jenis antara perempuan dan lelaki, bukannya pasangan yang sesame jenis, antara perempuan dan perempuan.
4.2.3 Sistem Mitos
Untuk menghasilkan system mitos, system semiologi tingkat kedua Second Order Of Semiological System, mengambil seluruh system tanda pada
tingkat pertama sebagai signifier dan dibrikan signified sendiri oleh pembuat atau pengguna mitos, hingga timbul sebuah makna baru dan makna baru ini dinamai
sebagai sebuah meaning. Teks novel “Chrysan”sebagai sebuah bahasa pada tatanan signifikansi
akan dianalisa secara mitologi pada tataran bahasa atau system semiologi tingkat pertama sebagai landasannya. Dengan cara sebagai berikkut:
1. Dalam tataran linguistik, yaitu system semiologi tingkat
pertama,”penanda – penanda” berhubungan dengn “petanda – petanda” sedemikian hingga mengasilkan “tanda”
2. Selanjutnya, didalam tatarn mitos, yakni semiologi lapis kedua,
“tanda – tanda” pada tataran pertama ini pada giliranny hanya akan menjadi “petanda – petanda” ang berhubungan pula pada “petanda –
petanda” 3.
System Mitos Roland Barthes
Gambaran Pekerja Seks Komersial yang Lesbian pada novel “Chrysan” lebih ditonjolkan pada perilaku Homoseksual Lesbian Genital dan Non Genital. Serta
pandangan masyarakat yang masih menilai menilai ngatif terhadap kaum Pekerja Seksual Komersial yang Lesbian.
Dalam novel“Chrysan”ini kaum Kata Pekerja Seks Komersial adalah
digambarkan sebagai individu – seseorang yang menjual jasa seksual
individu yang pada satu sisi dia rela seperti seks oral atau hubungan seks,
menjual tubuhnya demi untuk untuk dapat mendapatkan uang.
mendapatkan uang sedangkan disisi lain Dari Wikipedia bahasa Indonesia, kebutuhan biologis yang sangat tinggi ensiklopedia bebas
sehingga menghalalkan segala cara agar keinginannya tersebut terpenuhi.Namun Lesbian adalah perilaku seksual yang
cara yang dipilih individu – individu
ditujukan pada pasangan sejenis tersebut menyimpang karena dilakukan Pasangan sejenis artinya wanita yang
dengan sejenisnya kelamin sejenis. secara seksual dan emosional merasa
Selain itu keberadaan dalam masyarakat tertarik kepada wanita lain dan dan lingkungan keluarga khususnya menjalin suatu hubungan.Hal tersebut
masih belum dapat diterima karena bukankah sebuah penyakit atau
dianggap bertentangan dengan ajaran gangguan kejiwaan melainkan lebih agama yang ada. Banyak masyarakat
cenderung pada pilihan identitas yang memandang remeh dan
seseorang Tobing, 1987:21. beranggapan negative akan keberadaan
mereka, menempatkan kaum Pekerja Seks Komersial yang memiliki orientasi
Seksual yang menyimpang yaitu homoseksual lesbian, ke posisi yang
sangat jauh dari kata “dihargai” Teks Pada Novel “Chrysan” karya
Pekerja Seks Komersial yang lesbian Hapie Joseph Aloysia yang
yang digambarkan dalam novel Menggambarkan tentang fenomena
“Chrysan” karya Hapie Joseph Pekerja Seks Komersial yang Lesbian Aloysia adalah Pekerja Seks
Komersial yang memiliki perilaku Homoseksual Lesbian Genital dan Non
Genital. Dalam fenomena ini masih banyak masyarakat yang memandang
negative pada kaum Pekerja Seks Komersial yang Lesbian
Menurut system mitos diatas,muncul adanya konsep pikir antara konsensus mengenai konsep Pekerja Seks Komersial yang Lesbian yang ini sudah
bukan merupakan penyakit jiwa. Melainkan pilihan orientasi seksual tiap – tiap individu, dengan penggambaran Pekerja Seks Komersial yang Lesbian yang
masih dinilai negative oleh sebagian besar masyarakat arena dianggap sebagai aib dan bertentangan dengan semua ajaran agama yang ada. Dengan adanya penilaian
negative seperti itu keberadaan kaum tersebut dianggap sebagai kaum margianal yang tidak patut diterima keberadaanya ditengah – tengah lingkkungan
masyarakat. Karena sifat yang tergantung pada norma social budaya, maka sulit untuk
menyatakan perilaku pekerja komersial yang lesbian ini sebagai penyakit atau gangguan jiwa. Oleh karena itu, gejala ini tidak dianggap sebagai penyakit atau
gangguan jiwa lagi melainnkan merupakan penyimpangan perilaku dan moral.
Dalam novel “Chrysan” karya Hapie Joseph Aloysia, ini menggambarkan kaum Pekerja Seks Komersial yang Lesbian bukan lagi menjadi hal yang tabu. Walaupun
masih banyak masyarakat yang menilai hal tersebut negatif terhadap kaum Pekerja Seks Komersial yang Lesbian, karena kaum ini dianggap bertentangan dengan ajaran
agama dan adat istiadat yang ada. Jika dikaji lebih dekat lagi ternyata banyak kaum tersebut yang mampu meraih kesuksessan dalam profesi yang digeluti. Ada yang
menjadi seniman, desainer, hair stylist,dosen, pengusahan, dan novelis seperti yang diceritakan dalam novel tersebut. Namun bagaimana pun juga, dominasi pemikiran
masyarakat masih menganggap perilaku tresebbut merupakan sebuah aib dan perilaku yang tdak patut untuk dilakkan oleh siapa pun dengan latar belakang agama dan
budaya yang dimiliki,meskipun ada juga yang mengatakan perilaku tersebut sebagai pilihan. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapai, mengingat sampai saat ini masih
banyak masyarakat yang membuat jarak bahkan menjauhi kaum Pekerja Seks Komersial yang lesbian.
4.3 Penggambaran Pekerja Seks Komersial yang Lesbian dalam Novel “Chrysan”