menyeluruh, yaitu perhatian kepada sejauh mana siswa berkembang sebagai pribadi yang mengarah menjadi manusia bagi orang lain.
Perkembangan pribadi siswa dapat diketahui dengan cara guru mengadakan hubungan dialogal, penyebaran angket, atau melalui
pengamatan terhadap perilaku para siswa. Dalam evaluasi ini guru perlu memperhatikan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat kedewasaan setiap
siswa.
2. Berbicara Sebagai Ragam Seni dan Ilmu
Batasan berbicara dalam penelitian ini adalah keterampilan berbahasa dengan menerapkan prinsip berbicara sebagai ragam seni dan ilmu.
Hal ini dimaksudkan karena berbicara di depan publik termasuk dalam kegiatan berbicara sebagai ragam seni dan ilmu. Teori yang memperkuat
pernyataan ini adalah: “Ujaran speech merupakan suatu bagian integral dari
keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial dan
pendidikannnya.” Tarigan, 2008: 15
Selain itu Tarigan juga membedakan antara ujaran dan berbicara, menurutnya bahwa berbicara itu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Tarigan, 2008: 16.
Tujuan utama
berbicara adalah
untuk berkomunikasi,
menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara haruslah memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dan harus mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Pada dasarnya berbicara sebagai
alat sosial
memiliki tiga
maksud umum
yaitu untuk
menginformasikan to inform, menghibur to entertain, bahkan untuk membujuk, meyakinkan, mengajak, dan mendesak to persuade.
Berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu: berbicara terapan atau berbicara fungsional the speech art, dan pengetahuan
berbicara the speech sciences, dengan kata lain berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan ilmu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan apabila berbicara itu dipandang sebagai suatu seni antara lain pemahaman makna semantik, debat,
argumentasi, diskusi kelompok, penafsiran lisan, dan lain-lain. Sedangkan apabila berbicara dipandang sebagai suatu ilmu yang perlu ditelaah antara
lain diftong-diftong, vowel, konsonan, bunyi-bunyi bahasa, dan sebagainya.
3. Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran berbicara di SMP termasuk dalam keterampilan
berbahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP pada kurikulum 2013 digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah TIMSS
2011. Dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks
lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di
dalamnya memiliki situasi dan konteks. Pembelajaran teks membawa siswa sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata,
dengan berpikir kritis. Teks laporan perlu diterapkan untuk melaporkan hasil observasi di lingkungan sekitar. Teks arahan atau prosedur perlu dibuat untuk
mengetahui tahapan suatu proses. Teks negosiasi perlu dibuat untuk mencari kompromi antar pihak bermasalah dan untuk mengkritik pihak lain pun teks
anekdot perlu dihasilkan. Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial yang berbeda. Perbedaan fungsi soisal tentu
terdapat dalam setiap jenis teks, baik genre sastra maupun genre non sastra, yaitu genre faktual teks laporan dan prosedural dan genre tanggapan teks
transaksional dan teks ekpositori. Pembelajaran berbicara untuk menyampaikan pendapat dalam
diskusi terdapat pada kelas VIII semester genap dengan kompetensi dasar menangkap makna teks diskusi baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam
penelitian ini kegiatan berdiskusi yang dilakukan siswa diarahkan pada suatu topik tertentu dengan mengimplementasikan PPR dan memperhatikan kriteria
penilaian berdiskusi, sebagai berikut: 1.
Intonasi Dalam suatu ujaran, intonasi adalah unsur yang sangat penting.
Penggunaan intonasi yang tepat akan memudahkan pendengar untuk menerima informasi atau pesan yang dimaksudkan pembicara. Intonasi adalah
kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang
menyertai suatu tutur, dari awal hingga perhentian yang terakhir Gorys Keraf, 1991.
2. Diksi
Seorang pembicara yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik ketika
mengungkapkannya, ia dapat memilih dan menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Dalam KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yg diharapkan. Berangkat dari pengertian tersebut,
pemilihan kata yang tepat ini bukan sekedar memilih kata yang tepat, melainkan kata yang cocok. Dalam arti, sesuai dengan konteks dimana kita
berada dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya.
3. Kelancaran
Dalam hal berbicara menyampaikan pendapat, kelancaran bukan semata-mata berbicara dengan cepat. Kelancaran yang dimaksud adalah
berbicara dengan tidak tersendat-sendat, tidak terputus-putus sehingga berlangsung dengan baik. Kelancaran dalam berbicara ini menentukan fasih
atau tidaknya seseorang dalam berbicara. 4.
Ekspresi Penampilan Menurut Taylor 1976 menyatakan bahwa ekspresi membawa
maksud pengucapan, pencurahan perasaan, rasa hati yang dilahirkan melalui tutur kata, reaksi muka, imej visual dan reaksi fisik seperti pergerakan tangan,
kaki dan badan atau keseluruhan anggota. Dengan kata lain, ekspresi merupakan sifat ungkapan dari berbagai kombinasi bahasa tubuh. Bisa saja
dalam keadaan mengantuk, lapar, senang, susah, gembira, bangga, selebrasi, iri, tidak suka, jahat,cinta, baik, nakal, dan sebagainya. Ketika berbicara di
depan umum unsur ekspresi inilah yang menjadi penilaian ketertarikan seseorang.
5. Tata Bahasa
Dalam KBBI, tata bahasa didefinisikan kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa yang meliputi kaidah fonologi, morfologi, dan
sintaksis.
C. Kerangka Berpikir
Saat ini banyak sekali peserta didik yang tidak bisa menaati aturan ketika pembelajaran di kelas berlangsung, tidak bisa datang tepat waktu dan
mengumpulkan tugas tepat waktu. Permasalahan itu merupakan parmasalahan disiplin dan tanggungjawab, dimana peserta didik belum mampu mengatur waktu
dengan baik. Salah satu penyebab utamanya adalah pendidik kurang menanamkan pendidikan berbasis nilai pada model pembelajaran yang sudah ada. Adanya
kurikulum 2013 perubahan dalam konsep pembelajaran di sekolah sudah memfokuskan perhatian kepada penilaian sikap, akan tetapi siswa belum dapat
memaknai sikap dalam pembelajaran itu. Maka dari itu, adanya paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat
mengubah sikap dan moral siswa agar lebih baik lagi. Dalam rangka untuk