BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi Umur, Jumlah Anak, Pendidikan,
Pengetahuan, Sikap dan Persepsi terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
5.1.1 Pengaruh Umur terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR
di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa umur responden di wilayah kerja Puskesmas Patumbak tertinggi pada umur 20-35 tahun sebesar 57,6 dan
terendah umur 35 tahun sebesar 42,4. Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan lama ketidaklangsungan
pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas Patumbak dengan nilai p=0,908. Umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD.
Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak ideal akan mendorong pasangan untuk membatasi kelahiran, hal ini meningkatkan peluang
responden untuk menggunakan IUD. Sesuai dengan hasil penelitian di India bahwa IUD TCu 380A digunakan oleh wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita
yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan Pastuti dkk, 2007.
5.1.2 Pengaruh Jumlah Anak terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki responden di wilayah kerja Puskesmas Patumbak adalah jumlah anak 2 anak sebesar 68,7 dan jumlah anak
≤2
Universita Sumatera Utara
anak sebesar 31,3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR dengan nilai p = 0,743.
Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan AKDR. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan
responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan AKDR Dewi, 2012.
Menurut Suratun 2008 sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi
bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang paling cocok disarankan adalah
AKDR.
5.1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Patumbak diperoleh bahwa pendidikan responden lebih banyak pada pendidikan tinggi yaitu tamat SMA dan
perguruan tinggi sebesar 59,6 dan 40,4 yang berpendidikan rendah tamat SD dan SMP. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR dengan nilai p = 0,847 p0,05. Bisa dijelaskan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk
meningkatkan suatu tambahan pemahaman tentang hal-hal baru. Disamping itu
Universita Sumatera Utara
pendidikan juga merupakan suatu stimulus yang dapat menciptakan dorongan kepada seseorang untuk menerima suatu inovasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan terhadap lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR. Menurut asumsi peneliti bahwa
faktor pendidikan tidak berhubungan dengan penggunaan AKDR karena walaupun tingkat pendidikan responden tinggi jika tidak mempunyai pengetahuan yang baik
tentang AKDR dan tidak cukup mendapatkan informasi yang akurat belum tentu memilih dan menggunakan AKDR. Pendidikan responden tidak selalu beriringan
dengan tingkat pengetahuannya, pertentangan akan muncul apabila pendidikan responden tidak sejalan dengan pengetahuan yang harus diketahuinya.
Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk
menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan kecenderungan lebih sadar untuk menerima program KB Dewi, 2012. Pendidikan dengan
penggunaan IUD menunjukkan hubungan yang signifikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin kecil jumlah anak yang diinginkan, sehingga peluang
responden untuk membatasi kelahiran semakin besar. Keadaan ini akan mendorong responden untuk membatasi kelahiran dengan menggunakan IUD. Pendidikan
seseorang berhubungan dengan kesempatan seseorang menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya, termasuk informasi mengenai kesehatan reproduksi
serta manfaat penggunaan metode kontrasepsi secara rasional Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan
Universita Sumatera Utara
penggunaan alat kontrasepsi. Alasan pengaruh pendidikan terhadap peningkatan penggunaan alat kontrasepsi adalah semakin tinggi pendidikan formal seseorang, usia
kawin akan semakin tua sehingga menurunkan jumlah kelahiran Pastuti dkk, 2007. Menurut Pastuti dkk. 2007 menunjukkan bahwa responden yang
berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi untuk menggunakan IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Tingkat
pendidikan secara statistik berpengaruh positif terhadap penggunaan metode kontrasepsi, namun berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap akses dan status wanita dalam meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi.
5.1.4 Pengaruh Pengetahuan terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 99 responden dengan menanyakan pengetahuan responden tentang lama ketidaklangsungan pemakaian
AKDR, menunjukkan bahwa yang paling banyak diketahui tentang efek dari penggunaan AKDR adalah perdarahan berat pada waktu haid 71,7, sedangkan
yang paling banyak tidak diketahui oleh responden adalah cara kerja AKDR adalah tidak menimbulkan reaksi radang 71,7, sehingga diperoleh bahwa responden lebih
banyak berpengetahuan kurang 54,5. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkatpula perannya sebagai pengambil keputusan.
Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas Patumbak dengan nilai p=0,024. Ibu
Universita Sumatera Utara
dengan pengetahuan baik ketidaklangsungan pemakaian AKDR ≥ 12 bulan,
sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang ketidaklangsungan pemakaian AKDR 12 bulan. Pada umumnya orang yang berpengetahuan baik akan berperilaku baik
pula sesuai dengan apa yang diketahuinya dan tahu apa manfaat yang diperoleh dari perilaku tersebut, sebaliknya orang yang berpengetahuan kurang akan berperilaku
kurang pula karena tidak mengetahui tentang tujuan, keuntungan dan kerugian, dan efek samping.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda diperoleh bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR di
wilayah kerja Puskesmas Patumbak dengan nilai p=0,033. Pengetahuan memiliki nilai OR = 3,149 artinya ibu PUS yang berpengetahuan kurang memiliki peluang
untuk pemakaian ≤12 bulan sebesar 3,149 kali lebih besar dibanding dengan ibu PUS
yang berpengetahuan baik. Penelitian Purwoko 2000 yang dikutip oleh Ekarini bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan
keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai
pengambil keputusan. Hal ini didukung karena pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Sangat tidak penting untuk
diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran karena tidak semua buah
Universita Sumatera Utara
pikiran merupakan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, juga diperoleh
sebagai akibat pengaruh dari hubungan dengan orangtua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan sekolah dan lain-lain Soekanto, 2007.
Hasil penelitian Cahyono 2011 berdasarkan analisis SDKI tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu PUS berpengaruh signifikan terhadap
ketidaklangsungan pemakaian AKDR p=0,002. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu maka tingkat ketidaklangsungan juga semakin rendah sebaliknya semakin rendah
pengetahuan ibu maka tingkat ketidaklangsungan semakin tinggi. Menurut Nursalam 2007 pada umumnya orang yang berpengetahuan baik
akan berprilaku baik pula sesuai dengan apa yang diketahuinya dan tahu apa manfaat yang diperoleh dari prilaku tersebut, sebaliknya orang yang
berpengetahuan kurang akan berprilaku kurang pula karena tidak mengetahui tentang tujuan, manfaat dalam keluarga berencana.
Perlu dilakukan upaya promosi kesehatan kepada ibu pasangan usia subur melalui upaya peningkatan pemahaman tentang pentingnya keluarga berencana
dan pengembangan pelayanan dalam rangka peningkatan keluarga berencana adalah suatu upaya memperluas dan meningkatkan jangkauan sekaligus cakupan
pelayanan dengan maksud meningkatkan pengetahuan ibu pasangan usia subur tentang AKDR.
Universita Sumatera Utara
Upaya promosisosialisasi pemakaian AKDR dalam keluarga berencana merupakan suatu kegiatan atau tindakan untuk menginformasikan, mempengaruhi
dan membujuk serta meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu dalam keluarga berencana. Promosi dilaksanakan dengan prinsip yang sesuai dengan sosial budaya,
terintegrasi sehingga mudah dipahami oleh ibu pasangan usia subur.
5.1.5 Pengaruh Sikap terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa sikap diperoleh sebagian
besar ibu pasangan usia subur bersikap negatif sebesar 55,5 dan yang bersikap positif sebesar 44,4. Ini disebabkan karena ibu setuju bahwa AKDR tidak dapat
dipasang segera setelah melahirkan sebesar 50,5 padahal seharusnya AKDR dapat dipasang setelah melahirkan. Seperti yang dikemukakan bahwa sikap mengandung
suatu penilaian emosionalafektif senang, benci, sedih dan sebagainya, disamping komponen kognitif pengetahuan tentang obyek itu serta aspek konatif
kecenderungan bertindak. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas Patumbak dengan
nilai p=0,036. Banyak wanita yang bersikap negatif terhadap AKDR karena adanya rumor tentang AKDR. Rumor dan kesalahpahaman tentang AKDR ini telah
menyebar luas di seluruh belahan dunia dan mungkin hal inilah yang menjadi alasan terbanyak bagi wanita untuk menghindari pemakaian AKDR.
Ada pengaruh sikap ibu PUS terhadap lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas Patumbak. Sikap memiliki nilai OR = 4,060
Universita Sumatera Utara
artinya jika ibu PUS bersikap negatif untuk lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR maka peluangnya sebesar 4,060 kali lebih besar untuk pemakaian
≤12 bulan dibanding dengan ibu PUS yang bersikap positif.
Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi 2007 menyatakan sikap sebagai kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek
psikologis. Obyek psikologis disini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu
objek psikologis apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak
suka atau sikap unfavorable terhadap obyek psikologis. Sikap juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak
mitos tentang IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan suami-istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan sebagainya
Proverawati dkk, 2010. Sikap akan terbentuk ketika ada stimulus dari luar dan dalam individu. Ketika
individu dihadapkan oleh masalah kontrasepsi, maka terbentuklah sikap yang menerima kontrasepsi yaitu dengan ikut memakai kontrasepsi. Pemakai kontrasepsi
di Puskesmas Patumbak yang memakai mulai menggunakan AKDR tahun 2007 sampai 2012 diperoleh bahwa yang pemakaian 12 bulan sebesar 63,6 dan
pemakaian ≤12 bulan sebesar 36,4 . Faktor-faktor yang memengaruhi bersikap
positif, yaitu: menjarangkan kehamilan atau tidak ingin mempunyai anak lagi, umur, tuntutan pekerjaan, tuntutan keluarga, biaya, dan pendidikan. Sikap negatif terhadap
Universita Sumatera Utara
kontrasepsi yaitu tidak menerima yaitu dengan tidak memakai kontrasepsi dan beranggapan kontrasepsi mempunyai efek samping. Faktor-faktor yang memengaruhi
bersikap negatif, yaitu: salah informasi atau kurang informasi sehingga berbeda persepsi terhadap kontrasepsi.
5.1.6 Pengaruh Persepsi terhadap Lama Ketidaklangsungan Pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013
Variabel persepsi di wilayah kerja Puskesmas Patumbak sebagian besar ibu pasangan usia subur persepsi negatif sebesar 59,6 karena banyak ibu yang
menganggap bahwa alat kontrasepsi dalam rahim AKDR menyebabkan tumor pada rahim sebesar 58,6. Mereka juga menyatakan bahwa banyak wanita yang takut
menggunakan AKDR karena mendengar rumor ataupun mitos tentang AKDR. Menurut mereka, AKDR sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kanker, dapat
tertanam di dalam rahim, dan tinggal di dalam tubuh bayi yang akan dilahirkan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara
persepsi dengan lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR. Menurut Maryatun 2009 faktor yang berhubungan langsung dengan ketidak-
langsungan pemakaian kontrasepsi adalah persepsi. Persepsi ibu dan berbagai dukungan terhadap pemakaian alat kontrasepsi terutama suami ataupun masyarakat
akan berpengaruh terhadap akseptor. Suami dihubungkan dengan norma yang dianut dalam kehidupan masyarakat.
Persepsi berpengaruh terhadap terhadap lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR di wilayah kerja Puskesmas Patumbak dengan nilai p=0,035. Ibu PUS yang
Universita Sumatera Utara
memiliki persepsi negatif berpeluang untuk pemakaian ≤12 bulan sebesar 3,207 kali
lebih besar dibanding dengan ibu PUS yang memiliki persepsi positif. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ibu menyatakan bahwa alasan utama
yang menyebabkan wanita berhenti menggunakan AKDR adalah peningkatan darah menstruasi. Pemakaian AKDR dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar pada
durasi dan intensitas menstruasi banyak wanita. Hal inilah yang menjadi masalah mendasar bagi banyak perempuan di Puskesmas Patumbak sehingga akhirnya mereka
memutuskan untuk menghentikan pemakaian. Hasil penelitian Maryatun 2009 menunjukan ada hubungan antara persepsi
ibu tentang metode kontrasepsi IUD dengan pemakaian metode kontrasepsi IUD. Disebutkan dalam uji kai kuadrat yang menyebutkan bahwa sebagian besar pengguna
metode kontrasepsi IUD dalam mempersepsikan metode kontrasepsi IUD adalah baik. Berbeda dengan pengguna metode kontrasepsi Non IUD, sebagian besar ibu
pengguna metode kontrasepsi Non IUD mempersepsikan metode kontrasepsi kurang baik. Ibu pengguna kontrasepsi Non IUD tidak menggunakan metode kontrasepsi
IUD dengan alasan terbesar adalah metode kontrasepsi IUD dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Pemakaian alat kontrasepsi merupakan bentuk perilaku
seseorang yang didasari penilaian positif pada kegiatan tersebut baik dengan tujuan tertentu maupun sekedar mengikuti lingkungannya. Hal tersebut menekankan
pentingnya sebuah niat dan pemikiran yang positif terhadap perilaku seseorang. Kenyakinan akibat perilaku merupakan pengetahuan yang berasal dari diri sendiri
yang positif maupun negatif. Dari hal tersebut akan menghasilkan sikap yang selanjutnya akan menumbuhkan niat untuk melakukan sesuatu.
Universita Sumatera Utara
Menurut Setiadi dalam Syafrudin 2011 persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan
oleh suatu obyek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu obyek pelayanan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang
merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan yang diterimanya tersebut. Dalam penelitian ini bahwasanya mereka beranggapan alat kontrasepsi
dalam rahim AKDR menyebabkan tumor pada rahim.
5.2 Pengaruh Faktor Pendukung Efek Samping, Ganti Alat Kontrasepsi,