Suhu Udara di Bahan

cuaca yang berfluktuasi dan selalu berubah-ubah antara cerah, mendung dan hujan. Pada percobaan keempat, suhu ruang pengering berkisar antara 52.9-74.8 ºC dengan rata-rata 64.8 ºC dengan suhu rata-rata masing-masing posisi T1 sebesar 79.7 ºC , T2 sebesar 70.6 ºC, T3 sebesar 70.7 ºC, T4 sebesar 54.4 ºC, T5 sebesar 68.1 ºC, T6 sebesar 66.4 ºC, T7 sebesar 57.3 ºC, T8 sebesar 67.1 ºC, T9 sebesar 62.6 ºC, T10 sebesar 51.7 ºC dan T outlet sebesar 63.9 ºC, sedangkan suhu lingkungannya berkisar antara 34-36 ºC dengan nilai rata-rata 34.87 ºC. Walaupun kisaran suhu ruang pengering relatif rendah dibandingkan dengan percobaan pertama dan kedua, namun rata-rata suhu ruang pengering relatif tinggi karena intensitas radiasi surya rata-rata pada percobaan keempat labih besar yaitu 1068.84 Whm² serta didukung cuaca yang cerah. Suhu udara pengering memegang peranan penting dalam menentukan cepat lambatnya tercapainya kadar air yang diinginkan. Semakin tinggi suhu udara atau semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan suhu bahan yang dikeringkan, semakin besar pula perbedaan tekanan uap jenuh antara permukaan bahan dengan lingkungan, sehingga penguapan air akan lebih banyak dan lebih cepat. Hal tersebut ditunjukan oleh hasil percobaan, dimana semakin tinggi rata-rata suhu udara pengering, maka waktu yang dibutuhkan oleh pengeringan semakin cepat.

5.3 Suhu Udara di Bahan

Udara pengering yang telah mengalami pemanasan selanjutnya melewati bahan dalam rangka proses pengeringan. Suhu udara yang melewati bahan mengalami penurunan karena selama proses pengeringan energi panas yang terkandung dalam udara diserap oleh bahan untuk menguapkan kandungan uap air yang selanjutnya terhisap oleh kipas keluar bangunan. Besarnya penurunan suhu udara pengering dipengaruhi oleh jumlah bahan yang dikeringkan. Semakin banyak bahan yang dikeringkan menyebabkan jumlah energi panas yang dimanfaatkan semakin besar. Hal ini dapat diperlihatkan dari hasil percobaan. Pada percobaan pertama bahan yang dikeringkan sebanyak 11.44 kg dengan energi yang termanfaatkan untuk menguapkan air bahan sebesar 759.15 kJ, pada percobaan kedua sebanyak 18.05 kg dengan energi untuk menguapkan air bahan sebesar 1129.10 kJ, pada percobaan ketiga sebanyak 18.97 kg dengan energi termanfaatkan untuk menguapkan air bahan sebesar 1335.73 kJ dan pada percobaan keempat bahan yang dikeringkan sebanyak 24.14 kg dengan energi yang digunakan untuk menguapkan air bahan sebesar 798.5 kJ. Sedangkan pada percobaan keempat, walaupun jumlah bahan yang dikeringkan lebih besar dibandingkan dengan percobaan lainnya, namun energi yang termanfaatkan untuk menguapkan bahan lebih kecil dibandingkan dengan percobaan lainnya. Hal ini dikarenakan massa air yang diuapkan pada percobaan keempat lebih kecil dari percobaan lainnya, yaitu sekitar 0.34 kg. Tingkat penyerapan panas oleh bahan ditunjukkan oleh besarnya selisih antara suhu udara pengering dengan suhu udara luar bahan. Adapun profil suhu bahan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13, dan 14. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 13.33 14.03 14.33 15.03 15.33 16.03 16.33 17.03 Waktu oC Lingkungan Outlet TR1 TR2 TR3 TRrata-rata Gambar 11. Profil suhu bahan pada percobaan pertama 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 13.03 13.33 14.03 14.33 15.03 15.33 16.03 Waktu o C Lingkungan Outlet TR1 TR2 TR3 TRrata-rata Gambar 12. Profil suhu bahan pada percobaan kedua 10 20 30 40 50 60 70 80 13.15 13.45 14.15 14.45 15.15 15.45 16.15 Waktu oC Lingkungan Outlet TR1 TR2 TR3 TRrata-rata Gambar 13. Profil suhu bahan pada percobaan ketiga 10 20 30 40 50 60 70 80 90 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 Waktu oC Lingkungan Outlet TR1 TR2 TR3 TRrata-rata Gambar 14. Profil suhu bahan pada percobaan keempat

5.4 Kelembaban Udara