Jenis Penelitian Jenis dan Sumber Data Penelitian Metode Pengumpulan Data Deskripsi Data Penelitian

30 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosisatif kausal, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan yang berisfat hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih Sugiyono, 2006:11. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 1995 : 57. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintahan KabupatenKota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebanyak 13 kabupaten dan 4 kota. Universitas Sumatera Utara 31

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi Sugiyono, 1995:57. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Erlina, 2008:83. Adapun kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penetapan sampel penelitian adalah sebagai berikut : 1. Data realisasi DBH Pajak, DBH Bukan Pajak, DAU, dan Belanja Modal tercantum dalam dari Laporan Realisasi APBD pemerintahan KabupatenKota di Propinsi Sumatera Selatan yang terdaftar dalam situs www.djpk.depkeu.go.id periode 2009 - 2012. 2. Adapun kabupatenkota yang digunakan sebagai sampel penelitian bukan merupakan hasil pemekaran selama periode 2009 - 2012. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 9 sampel yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel pada penelitian yaitu 8 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun Kabupaten Penukal Abab Lematang dan Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan kabupaten hasil dari pemekaran Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2013. Pembentukan kedua kabupaten baru tersebut telah diatur dalam UU No. 7 tahun 2013 menetapkan tentang pembentukan Kabupaten Penukal Abab Lematang dan UU No. 13 Tahun 2013 menetapkan tentang pembentukan Kabupaten Musi Rawas Utara. Universitas Sumatera Utara 32 Berikut ini adalah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Selatan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Tabel 3.1 Sampel Penelitian No KabupatenKota Kriteria Sampel Penelitian Sampel 1 2 1 Kab. Banyuasin √ √ Sampel 1 2 Kab. Empat Lawang √ √ Sampel 2 3 Kab. Lahat √ √ Sampel 3 4 Kab. Muara Enim × √ - 5 Kab. Musi Banyuasin √ √ Sampel 4 6 Kab. Musi Rawas × √ - 7 Kab. Ogan Ilir √ √ - 8 Kab. Ogan Komering Ilir √ √ Sampel 5 9 Kab. Ogan Komering UluOKU √ √ Sampel 6 10 Kab. OKU Timur √ √ Sampel 7 11 Kab. OKU Selatan √ × Sampel 8 12 Kab. Penukal Abab Lematang × × - 13 Kab. Musi Rawas Utara × × - 14 Kota Palembang √ √ Sampel 9 15 Kota Prabumulih × √ - 16 Kota Lubuk Linggau × √ - 17 Kota Pagar Alam × √ -

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data panel pooled data yaitu kombinasi antara data berkala time series dengan data silang cross section selama periode Universitas Sumatera Utara 33 2009 - 2012. Data Berkala adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu kejadiankegiatan selama periode tersebut. Data Silang adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu untuk menggambarkan keadaan kegiatan pada waktu tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data Sugiyono, 2005:62. Data penelitian diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada pemerintah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Selatan selama periode 2009 - 2012 yang dipublikasikan dalam situs www.djpk.depkeu.go.id . Selain itu data penelitian juga dihimpun dari jurnal-jurnal terkait, buku, skripsi, thesis, dan sumber-sumber lainnya.

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variable yang lain. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini adalah Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Dana Alokasi Umum. Sedangkan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal adalah sebagai variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 34

3.4.1 Variabel Independen

3.4.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak

Merupakan dana bagi hasil yang bersumber dari pajak. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan telah diatur pembagian dan mekanisme dari perhitungan Dana Bagi Hasil, dimana dana bagi hasil pajak terdiri dari tiga sumber,yaitu:

1. Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan PBB

Penerimaan Negara yang bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan 90 untuk daerah dan 10 untuk pemerintah pusat. Adapun rincian dana bagi hasil pajak yang akan diberikan kepada daerah dengan pembagian 90 dari total seluruh penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:  16,2 untuk provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi.  64,8 untuk kabupatenkota bersangkutan dan didalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah KabupatenKota.  9 untuk biaya pemungutan. Sedangkan bagian dana bagi hasil pajak yang akan diberikan kepada pemerintah pusat dengan pembagian 10 dari total seluruh penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan diberikan kepada seluruh kabupaten dan kota dengan rincian sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 35  6,5 diberikan kepada kabupaten dan kota  3,5 diberikan secara insentif kepada kabupaten dan kota yang realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun sebelumnya mencapai atau bahkan melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan. Penyaluran dari Pajak Bumi dan Bangunan akan dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan yang pada umumnya dilakukan dalam tiga tahap yaitu bulan april, bulan agustus, dan bulan november tahun anggaran berjalan.

2. Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

BPHTB Penerimaan Negara yang bersumber dari BPHTB dibagi dengan imbangan 80 untuk daerah dan 20 untuk pemerintah pusat. Adapun rincian dana bagi hasil pajak yang akan diberikan kepada daerah dengan pembagian 80 dari total seluruh penerimaan BPHTB adalah sebagai berikut:  16 untuk provinsi yang bersangkutan yang nantinya akan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi.  64 untuk kabupatenkota yang bersangkutan dan akan disalurkan ke Rekening Kas Umum KabupatenKota Universitas Sumatera Utara 36 Sedangkan bagian dana bagi hasil pajak untuk pemerintah pusat yaitu 20 dari seluruh total BPHTB akan dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota. Penyaluran dari BPHTB akan dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan yang pada umumnya dilakukan dalam tiga tahap yaitu bulan april, bulan agustus, dan bulan november tahun anggaran berjalan.

3. Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri PPh WPOPDN dan PPh 21 Penerimaan Negara yang bersumber dari PPh WPOPDN dan PPh 21 dibagi dengan imbang 80 kepada daerah dan 20 kepada pemerintah pusat. Adapun rincian dana bagi hasil pajak yang akan diberikan kepada daerah dengan pembagian 20 dari total seluruh penerimaan BPHTB adalah sebagai berikut:  8 untuk provinsi yang bersangkutan  12 untuk kabupatenkota yang bersangkutan 8,4 untuk kabupatenkota tempat wajib pajak terdaftar dan 3,6 untuk seluruh kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian ya ng sama besar Universitas Sumatera Utara 37 Penyaluran Bagi Hasil PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan WPOPDN dan Pasal 21 tahun anggaran berjalan yang dilaksanakan secara triwulan, yaitu: penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga diberikan masing-masing sebesar 20 dari alokasi sementara dan penyaluran keempat didasarkan pada selisih antara alokasi defintif dengan jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan pertama sampai triwulan ketiga yang didasarkan atas pembagian sementara. Apabila penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga jumlahnya lebih besar daripada pembagian defentif maka kelebihan tersebut diperhitungkan dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.

3.4.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

Merupakan dana bagi hasil yang bersumbe dari sumber daya alam SDA. Adapun dana bagi hasil bukan pajak bersumber dari 6 sektor,yaitu:

1. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor kehutanan berasal dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan IHPH, Provisi Sumber Daya Hutan, dan Dana Reboisasi. Untuk dana bagi hasil bukan pajak yang bersumber dari IHPH akan diberikan kepada daerah sebesar 80 dengan rincian sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 38  16 untuk provinsi yang bersangkutan  64 untuk kabupatenkota penghasil Sedangkan untuk bagi hasil bukan pajak yang bersumber dari PSDH akan diberikan kepada daerah sebesar 80 dengan rincian sebagai berikut:  16 untuk provinsi yang bersangkutan  32 untuk kabupatenkota penghasil  32 akan diberikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan Dan untuk dana bagi hasil bukan pajak yang bersumber dari Dana Reboisasi akan diberikan kepada seluruh kabupatenkota penghasil sebesar 40 yang akan digunakan untuk mendanai kegiatan rehabilitasii hutan dan wilayah disekitarnya.

2. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Perikanan

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan. Dana bagi hasil bukan pajak yang bersumber dari sektor perikanan ini nantinya akan diberikan dengan imbangan 20 untuk pemerintah Universitas Sumatera Utara 39 pusat dan 80 untuk daerah yang akan diberikan dengan porsi sama besar untuk seluruh kabupatenkota.

3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor Pertambangan umum berasal dari dua sumber yaitu Iuran Tetap dan Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi. Iuran Tetap adalah imbalan yang diterima atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi,atau eksploitasi pada suatu wilayah kerja. Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi adalah iuran produksi pemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil dari kesempatan eksplorasieksploitasi. Iuran tetap maupun iuran eksplorasi dan eksploitasi akan diberikan sama besar yaitu 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk daerah. Dana bagi hasil bukan pajak yang berasal dari Iuran tetap akan diberikan kepada daerah dengan rincian sebagai berikut:  16 untuk provinsi yang bersangkutan  64 untuk kabupatenkota penghasil Sedangkan dana bagi hasil bukan pajak yang berasal dari Iuran EksplorasiEksploitasi akan diberikan dengan rincian sebagai berikut:  16 untuk provinsi yang bersangkutan  32 untuk kabupatenkota penghasil Universitas Sumatera Utara 40  32 akan diberikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan

4. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor Pertambangan Minyak Bumi berasal dari wilayah kabupatenkota yang bersangkutan setelah dikurangi dengan komponen pajak dan pungutan lainnya dengan imbangan 84,5 untuk pemerintah pusat dan 15,5 untuk daerah. Adapun rincian dana bagi hasil bukan pajak yang akan diberikan kepada daerah dengan pembagian 15,5 adalah sebagai berikut :  3 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan  6 dibagikan untuk kabupaten.kota penghasil  6 dibagikan dengan proporsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan  0,5 digunakan untuk anggaran pendidikan dasar dengan rincian 01 untuk provinsi bersangkutan, 0,2 untuk kabupatenkota penghasil, dan 0,2 dibagi rata untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 41 Sedangkan Penerimaan Negara yang bersumber dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi dengan komponen pajak dan pungutan lainnya akan diberikan dengan imbangan 15 dengan rincian sebagai berikut :  5 akan diberikan untuk provinsi yang bersangkutan  10 diberikan secara merata untuk seluruh kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan  0,5 akan digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dengan komposisi 0,17 diberikan secara merata untuk provinsi yang bersangkutan dan 0,33 akan diberikan secara merata untuk seluruh kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan.

5. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor panas bumi yang berasal dari setoran bagian pemerintah danatau Iuran Tetap dan Iuran Produksi. Adapun rincian dana bagi hasil bukan pajak yang bersumber dari panas bumi akan diberikan kepada daerah dengan imbangan 80 adalah sebagai berikut:  16 untuk provinsi yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara 42  32 untuk kabupatenkota penghasil  32 akan diberikan secara merata kepada seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

6. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi

Penerimaan Negara yang bersumber dari sektor Pertambangan Gas Bumi yang berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan akan dibagi dengan imbangan 69,5 untuk pemerintah pusat dan 30,5 untuk daerah. Adapun rincian dana bagi hasil bukan pajak yang berasal dari pertambangan gas bumi yang akan diberikan kepada daerah dengan pembagian 30,5 adalah sebagai berikut:  6 untuk provinsi yang bersangkutan  12 umtuk kabupatenkota penghasil  12 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi bersangkutan  0,5 diberikan untuk menambah alokasi pendidikan yang akan diberikan dengan komposisi 0,1 untuk provinsi bersangkutan, 0,2 untuk kabupatenkota penghasil,dan 0,2 Universitas Sumatera Utara 43 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan

3.4.1.3 Dana Alokasi Umum

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah Pemerintahan Daerah Di Indonesia, 2006:108, “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antara daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Tujuan pemerataan ini diindikasikan oleh ditemukannnya ketimpangan antar daerah. Daerah dengan tingkat kebutuhan fiskal yang tinggi tetapi memiliki potensi fiskal yang rendah akan memperoleh DAU dengan jumlah yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki potensi fiskal tinggi tetapi kebutuhan fiskalnya rendah. Hal tersebut sesuai dengan Undang -Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Dana Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa kebutuhan DAU suatu daerah provinsi,kabupaten.dan kota akan ditentukan dengan menggunakan Fiscal Gap, yaitu tingkat kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah dan potensi dari daerah tersebut. Adapun ketentuan-ketentuan alternatif lainnya yang digunakan dalam menetapkan besarnya DAU yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari Pendapatan Dalam Negeri Neto Universitas Sumatera Utara 44 b. Proporsi DAU antar provinsi dan kabupatenkota dihitung dari perbandingan antar bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupatenkota c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuaproporsintatif, maka proporsi DAU antar provinsi dan kabupatenkota akan ditetapkan dengan imbangan 10 dan 90

3.4.2 Variabel Dependen

3.4.2.1 Belanja Modal

Merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinvestasi yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran unuk membiayai pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,meningkatkan kapastitas dan kualitas aset. Dalam pembukuannya, nilai perolehan aset nantinya akan dihitung mulai dari pendanaan hingga aset tersedia dan siap untuk digunakan. Belanja modal dikategorikan dalam lima kategori,yaitu : Universitas Sumatera Utara 45 1. Belanja Modal Tanah Adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan pembelian pembebasanpenyelesaian ,balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah yang dimaksud dalam kondisi siap pakai. 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Adalah seluruh pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin siap untuk digunakan. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan penambahanpenggantian gedung dan bangunan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung dan bangunan sampai dengan bangunan dan gedung dalam kondisi siap untuk digunakan. 4. Belanja Modal Jalan, Irigasi,dan Jaringan Universitas Sumatera Utara 46 Adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantianpeningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan,irigasi,dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan,irigasi,dan jaringan siap untuk digunakan. 5. Belanja Modal Fisik Lainnya Adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan penambahanpembangunanpembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan dalam kriteria belanja modal tanah, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal mesin dan peralatan, serta belanja modal jalan ,irigasi dan jaringan. Defenisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel 3.2 Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel No Variabel Defenisi Operasional Pengukuran Skala 1 Dana Bagi Hasil Pajak Dana bagi hasil pajak adalah dana bagi hasil yang bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh 21. Rasio 2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Hasil Bukan Pajak adalah dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam yang terdiri dalam enam sekrtor,yaitu sektor kehutanan, perikanan,pertambanga n umum, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambanagan panas bumi. Rasio 3 Dana Alokasi Umum Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk memenuhi kebutuhannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Rasio Universitas Sumatera Utara 48 4 Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinvestasi yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Rasio

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mendokumentasikan data sekunder yang diperoleh dari situs www.djpk.depkeu.go.id . Selain itu, peneliti juga melakukan studi kepustakaan melalui jurnal-jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengujian asumsi klasik yang dilanjutkan dengan analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis. Universitas Sumatera Utara 49

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalistas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas juga untuk melihat apakah model regresi yang digunakan sudah baik. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov- SmirnovK-S terhadap masing-masing variable. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu : 1 Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Universitas Sumatera Utara 50 2 Analisis statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari : a nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal, b nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah normal.

3.6.1.2 Uji Heterokesdastisitas

Uji heterokesdastisitas adalah uji yang dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebuk homokesdastisitas. Namun, jika varians berbeda, maka disebut heterokesdastisitas. Model yang baik adalah bahwa bila tidak terdapat Universitas Sumatera Utara 51 heterokedastisitas, dengan kata lain bahwa jika terdapat heterokedastisitas maka model tersebut kurang efisien” Santoso, 2001:208. Dasar yang dapat digunakan untuk menentukan heterokesdastisitas, antara lain: 2. Jika ada pola tertentu, seperti titik –titik yang membentuk suatu pola tertentu teratur, bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 3. Jika tidak ada pola tertentu serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Gozhali, 2013:139

3.6.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi Ghozali, 2013:110. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi Universitas Sumatera Utara 52 lainnya yang biasanya dijumpai pada data deret waktu time series. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya, sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai independen tertentu. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan memakai uji Durbin Watson DW Test, yaitu yaitu jika nilai DW terletak daiantar du dan 4-du atau du DW 4-du maka dapat dipastikan tidak terjadi autokorelasii.

3.6.1.4 Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya korelasi yang tinggi antara variable-variabel independen dalam suatu model regresi linear berganda.. Selain itu deteksi terhadap multikoliniearitas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali, 2013 : 105, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, serta variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel Universitas Sumatera Utara 53 independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1Tolerance. Nilai Cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Ada beberapa cara yang dapat digunakan jika terjadi multikolinearitas, yaitu : 1. Mengeluarkan salah satu atau lebih variable independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi 2. Menggabungkan data cross section dan time series pooling data 3. Menambah data penelitian

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan model persamaan regresi berganda dengan formula sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 + e Universitas Sumatera Utara 54 Keterangan : Y = Belanja Modal a = Konstanta X 1 = Dana Bagi Hasil Pajak X 2 = Dana Bagi Hasil Bukan Pajak X 3 = Dana Alokasi Umum b 1 = Koefisien Regresi Dana Bagi Hasil Pajak b 2 = Koefisien Regresi Dana Bagi Hasil Bukan Pajak b 3 = Koefisien Regresi Dana Alokasi Umum e = Tingkat Kesalahan Penganggu error Adapun pengujian tehadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

3.6.2.1 Uji Signifikansi Simultan Uji-F

Uji F adalah Uji yang digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen Ghozali, 2005:84. Pengujian simultan membandingkan nilai signifikansi F tabel dengan nilai signifikan F hitung dengan nilai signifikansi yaitu 0,05. Bentuk pengujian : Universitas Sumatera Utara 55 a. H o : b 1 =b 2 =b 3 =0, artinya variabel Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Dana Alokasi Umum secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. b. H a : b 1 ≠b 2 ≠b 3 ≠0, artinya variabel Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Dana Alokasi Umum secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika Fhitung F tabel Ha diterima jika F hitung F tabel

3.6.2.2 Uji Signifikansi Parsial Uji-t

Uji t adalah Uji yang digunakan untuk menguji apakah masing masing variable independen mempengaruhi variabel dependen. Bentuk pengujian : a. H o : b 1 b 2 b 3 = 0, artinya variabel Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Dana Alokasi Umum secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Universitas Sumatera Utara 56 b. H a : b 1 b 2 b 3 ≠ 0, artinya variabel Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, dan Dana Alokasi Umum secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Pengujian dilakukan menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada α 5 derajat kebebasan degree of freedom atau df=n-k. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung t tabel Ha diterima jika t hitung t tabel Universitas Sumatera Utara 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 sampai 4 Lintang Selatan dan 102 sampai 106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.0174 km 2 . Provinsi Sumatera Selatan bagian utara berbatasan dengan provinsi Jambi, bagian timur berbatasan dengan provinsi Kep. Bangka Belitung, bagian selatan berbatasan dengan provinsi Lampung, dan bagian barat berbatasan dengan provinsi Bengkulu. Secara Administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota, 2 diantara 13 kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran yang dilakukan pemerintah daerah pada tahun 2013 melalui UU No. 7 tahun 2013 yang menetapkan tentang pembentukan Kabupaten Penukal Abab Lematang dan UU No. 13 Tahun 2013 menetapkan tentang pembentukan Kabupaten Musi Rawas Utara. Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan terus bertambah dari tahun ke tahun, tercatat pada tahun 1971 jumlah penduduk hanya 2,931 juta jiwa, tahun 1980 meningkat menjadi 3,975, tahun 1990 meningkat menjadi 5,493 juta jiwa, tahun 2000 meningkat menjadi 6,273 juta jiwa, dan puncaknya tahun 2010 dengan Universitas Sumatera Utara 58 jumlah penduduk mencapai 8.657.774 menjadikan Sumatera Selatan sebagai provinsi ke-9 dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Sumatera selatan telah menjadi salah satu provinsi yang diperhitungkan oleh investor untuk melakukan investasi hal ini didorong dari semakin meningkatnya sarana dan prasarana penunjang di sumatera selatan, seperti keberadaan BandaraS.M Badaruddin II yang bertaraf internasional di Kota Palembang, Bandara Tanjung Enim di Kabupaten Muara Enim, Bandara Bading Agung di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Pelabuhan Palembang di Kota Palembang, dan Pelabuhan Khusus Kerta Pati di Kabupaten Muara Enim. Di bidang pendidikan juga sumatera selatan memiliki dua sekolah kejuruan bertaraf internasional, yakni SMKN 4 dan SMKN 6. Di bidang kesehatan Kota Palembang telah memiliki Puskesmas Swakelola yaitu puskesmas yang mengelola sendiri administrasi dan keuangannya, termasuk pengadaan sarana dan prasarana tanpa harus dibiayai APBD lagi. Ini merupakan suatu modal dasar dan menjadi faktor penguat menuju kemandirian masyarakat. Kemerataan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi sumatera selatan yang tidak hanya di lakukan di kota saja tetapi di kabupaten juga tidak menutup kemungkinan menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang patut untuk diperhitungkan. Berikut ini adalah kabupatenkota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota yang 8 kabupaten dan 1 kota diantaranya memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 59 Tabel 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4 50 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Langsung Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi

1 37 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 12